BAB
VI
MODEL
ATOM RUTHERFORD-BOHR
Standar Kompetensi :
1. Memahami
sifat-sifat dasar atom
2. Mengenal
dan mengetahui model atom Thomson
3. Memahami
model inti atom rutherford
4. Memahami
konsep spectrum garis
Tujuan
Pembelajaran :
1. Agar
mahasiswa dapat memahami beberapa sifat dasar atom
2. Agar
mahasiswa dapat mengenal dan mengetahui model atom Thomson
3. Agar
mahasiswa dapat memahami model inti atom rutherford
4. Agar
mahasiswa dapat memahami konsep spectrum garis
PEMBAHASAN
6.1 SIFAT-SIFAT
DASAR ATOM
Atom berasal dari bahasa Yunani
yaitu “atomos”dimana "a" berarti "tidak" dan "tomos"
berarti "terbagi", jadi atom merupakan sesuatu yang tidak
dapat terbagi-bagi.Beberapa
ahli mengungkapkan beberapa pendapat tentang atom dimana menurut Demokritos, atom adalah
partikel terkecil penyusun seluruh materi di alam semesta, menurut John Dalton atom adalah
partikel terkecil dari suatu unsur yang masih mempunyai sifat seperti unsurnya.Menurut J.J. Thomson, atom adalah bola
yang bermuatan positif dan elektron yang bermuatan negatif tersebar secara
merata sedangkan menurut Ernest
Rutherford: Atom adalah partikel yang terdiri dari inti atom, yaitu
proton dan neutron yang berada pada bagian pusat dan dikelilingi
elektron-elektron.
Di dalam atom terdapat sub-atom,
yaitu partikel penyusun atom yang ukurannya lebih kecil.Sulit bagi kita untuk
membayangkan seberapa kecil atom ini, satu titik yang ada di akhir kalimat ini
saja memiliki panjang sekitar 20 juta atom.Setiap atom memiliki inti, yang
terdiri dari proton dan neutron, serta elektron yang
bergerak cepat di sekitar inti. Elektron-elektron ini terdapat pada tingkatan
energi yang berbeda-beda, yang disebut kulit, tiap kulit memiliki jumlah batas
untuk elektron, apabila elektron di kulit pertama sudah memenuhi batas, maka
elektron akan memenuhi kulit kedua dan seterusnya. Secara lebih jelasnya atom
dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6.1 Atom
|
Berdasarkan penjelasan di atas, elektron,neutron dan proton
merupakan bagian terkecil dari atom, namun para ilmuan modern berpendapat bahwa
proton dan neutron tersusun atas partikel-partikel yang lebih kecil lagi yang
disebut kuark. Atom memiliki
beberapa sifat dasar diantaranya :
1.
Atom sangatlah kecil, jari-jarinya sekitar 0,1 nm (0,1 × 10-9 m).
Jari-jari atom adalah
jarak dari pusat inti ke elektron paling luar.Jari-jari atom ditentukan dengan
mengukur panjang ikatan (jarak antar inti) dalam senyawa.Jari-jari atom dapat
dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6.2 Jari-jari Atom
Dengan demikian, mencoba “melihat” sebuah atom
dengan menggunakan cahaya tampak (λ
500 nm), lewat efek difraksi misalnya adalah
usaha yang sia-sia karena jari “tangan” cahaya-tampak terlalu besar untuk
menyelidiki struktur arloji atom yang sangat halus. (Dapat di taksir secara
kasar ukuran maksimum sebuah atom
dengan cara meninjau bentuk kubus sebuah unsur zat, misalnya unsur besi. Besi
memiliki rapat massa sekitar 8 g/cm3 dan berat atom sekitar 50. Satu
mol besi (50 g) mengandung jumlah atom sebanyak bilangan Avogadro, sekitar 6 × 1023 buah atom menempati volume sekitar
6 cm3, sehingga 1 atom menempati volume ruang sekitar 10-23
cm3. Jika dianggap atom-atom zat padat tersusun sangat rapat seperti
bola-bola keras yang bersentuhan, maka diameter sebuah atom adalah kurang lebih
).
2.
Semua atom stabil-mereka
tidak membelah diri secara spontan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil; sema
gaya dalam yang mengikat atom haruslah berimbang. Ini berarti, semua gaya tarik
dalam atom tentulah saling berlawanan karena bila tidak demikian semua atom
dalam alam semesta ini akan berantakan.
3.
Semua atom mengandung elektron bermuatan negatif,
namun netral. Jika sebuah atom atau
sekumpulan atom diganggu dengan gaya yang cukup kuat, elektronnya akan
terpancarkan.
4.
Atom memancarkan dan menyerap radiasi elektromagnet. Spektrum radiasi beberapa cahaya
tampak (λ ~ 500nm), sinar X (λ ~ 1nm), sinar ultraviolet (λ ~ 10nm), sinar
inframera (λ ~ 0,1μm), dan seterusnya. Dalam pengukuran pancaran
radiasi elektromagnet yang khas, arus elektrik dilewatkan melalui sebuah tabung
berisi cuplikan wujud zat suatu unsur tertentu, yang kemudian memancarkan
radiasi elektromagnet apabila sebuah atom yang tereksitasi berpindah kembali
keadaaan dasarnya. Berbagai panjang gelombang yang dipancarkan sebuah atom
dapat diukur dengan ketelitian tinggi, misalnya dengan menggunakan kisi
difraksi dalam hal cahaya tampak. Panjang gelombang radiasi yang diserap dapat
diukur dengan melewatkan seberkas cahaya putih melalui suatu cuplikan gas, dan
kemudian mengamati warna-warna apakah dari cahaya putih yang hilang kaerena
diserap oleh gas. Semua atom selalu memencarkan dan menyerap radiasi dengan
panjang gelombang yang sama-panjang gelombang yang hadir dalam percobaan penyerapan radiasi.
6.2
MODEL ATOM THOMSON
Model struktur atom
pertama adalah yang dikemukakan oleh J. J. Thomson, yang telah terkenal karena
keberhasilannya mencirikan elektron dan mengukur nisbah muatan terhadap massa
(e/m) elektron. Model atom Thomson ini berhasil menerangkan banyak sifat atom
yang diketahui seperti: ukuran, massa, jumlah elektron, dan kenetralan muatan
elektrik. Dalam model ini, sebuah atom dipandang mengandung Z elektron yang
dibenamkan dalam suatu bola bermuatan positif seragam. Muatan positif total
bola adalah Ze, massanya pada dasarnya adalah massa atom (massa elektron
terlalu ringan sehingga tidak banyak mempengaruhi massa atom), dan bahwa
jari-jari R bola ini adalah jari-jari
atom pula. (Model ini seringkali dikenal dengan nama model kue karena
elektron-elektron tersebar di seluruh atom seperti halnya kismis yang tersebar
dalam kue puding prem atau roti kismis).
Gambar
6.3 Model Atom Thomson
Pada gambar di atas, bagian berwarna oranye bermuatan
positif, sedangkan berwarna hijau adalah elektron yang bermuatan negatif.
Sampai akhir abad ke-19, konsep mengenai bentuk atom masih berupa bola pejal layaknya bola biliar. Sedangkan pada tahun 1987 Joseph John Thomson secara total merubah konsep atom dengan adanya penemuan elektron yang dikenal dengan teori atom Thomson.
Sampai akhir abad ke-19, konsep mengenai bentuk atom masih berupa bola pejal layaknya bola biliar. Sedangkan pada tahun 1987 Joseph John Thomson secara total merubah konsep atom dengan adanya penemuan elektron yang dikenal dengan teori atom Thomson.
Gaya
pada sebuah elektron yang berjarak r
dari pusat sebuah bola bermuatan positif berjari-jari R dapat dihitung dengan menggunakan rumus-rumus dasar
elektrostatik. Fraksi volume sebauh bola berjari-jari r dari volume keseluruhan bola barjari-jari R sama dengan fraksi muatan dalam bola itu dari muatan total Ze. Jadi,
Menurut hukum Gauss, medan elektrik pada jarak r dapat dicari dari muatan total yang
terkandung di dalam bola berjari-jari r:
Karena sifat simetri bola dari persoalannya, medan
elektrik E tetap nilainya di seluruh
permukaan bola, sehingga integralnya dapat langsung dihitung dengan hasil E.4Ï€r2.
Jadi,
Dengan menggunakan Persamaan (6.1) bagi muatan total
yang terkandung di dalam bola, di peroleh
Karena sebuah elektron dengan muatan e menderita
gaya sebesar F = eE, maka
Dengan k = Ze2/4πε0R3.
Gaya
ini cenderung menarik elektron menuju pusat atom, sehingga hasilnya dapat
memberantakkan atom. Oleh karena itu, harus ada gaya lain, yang melawan tarikan
elektrik ini agar semua elektron dipertahankan tetap seimbang pada jari-jari r. Gaya tambahan ini dipasok oleh gaya
tolak-menolak antara elektron sehingga semua elektron tetap dalam kesetimbangan
mantap.
Keadaan
ini sama seperti yang dialami sebuah benda bermassa m yang tergantung pada sebuah pegas dengan tetapan pegas k, dalam medan gravitasi Bumi. Gaya
pegas yang dialami benda, yang besarnya F
= kx, berlawanan arah dengantarikan gravitasi Bumi, yang besarnya F = mg. Bendanya setimbang dibawah
tarikan kedua gaya yang berlawanan arah itu. Jika bendanya di pindahkan sedikit
jauh dari kedudukan setimbangnya, kemudian dilepaskan, ia akan bergetar
(osilasi) dengan frekuensi v = (1/2Ï€)
.
Oleh karena itu, di perkirakan bahwa elektron-elektron dalam
atom Thomson akan bergetar sekitar kedudukan setimbangnya dengan frekuensi v = (1/2Ï€)
dengan k
adalah tetapan yang didefinisikan oleh Persamaan (6.4). Karena muatan elektrik
yang bergetar memancarkan gelombang elektromagnet dengan frekuensi yang sama
dengan frekuensi getarnya, dapatlah di perkirakan bahwa berdasarkan model
Thomson, semua frekuensi radiasi yang dipancarkan atom akan memperlihatkan
frekuensi ciri khas ini.
Diperkirakan
bahwa sebuah elektron dalam model atom Thomson memancarkan radiasi pada
frekuensi getarnya, dengan akibat amplitudo getarnya menurun, atau menyerap suatu radiasi pada frekuensi
yang sama pula, dengan akibat amplitudo getarnya meningkat.
Kegagalan mencolok model Thomson muncul dari hamburan partikel
(proyektif) bermuatan atom. Meninjau gerak sebuah partikel bermuatan positif
yang menerobos sebuah atom. Karena adanya gaya elektrik dari atom terhadap
partikel tersebut, maka lintasannya mengalami pembelokannya cukup berarti dari
arah gerak semulanya. Gaya-gaya tersebut adalah (1) gaya tolak yang ditimbulkan
muatan positif atom, dan (2) gaya tarik oleh elektron-elektron yang bermuatan
negatif. Dianggap bahwa massa partikel yang dibelokkan tersebut lebih besar
daripada massa elektron, tetapi lebih kecil daripada massa atom. Pada peristiwa
interaksi antara partikel dengan sebuah elektron, gaya tarik menarik antara
keduanya tentulah sama besar (menurut hukum ketiga Newton), sehingga yang
terutama merasakan akibatnya adalah elektron yang massanya jauh lebih kecil;
sedangkan efeknya pada proyektil dapatlah diabaikan.
Gambar 6.2 memperlihatkan pembelokan lintasan sebuah partikel,
yang bergerk dengan laju v (dianggap v <<sehingga dengan menggunakan
mekanika takrelavistik, K = ½mv2) sepanjang sebuah garis lurus berjarak b dari pusat atom seandainya tidak dibelokkan. [Jarak b disebut parameter impak (impact parameter)]. Tolakan gaya elektrik
menyebabkan arah gerak partikel sedikit membelok, sehingga setelah melewati
atom, partikel bergerak sepanjang suatu lintasan yang agak membelok, sebesar
sudut θ, dari arah gerak
semulanya.
Saat dihitung sudut θ ini dengan meninjau impuls
yang diterima partikel, yang memberikannya sebagian momentum dalam arah y
Pada sebarang titik sepanjang lintasan proyektil, berlaku
Dengan menganggap proyektilnya
bermuatan q = ze, maka gaya F yang dialaminya adalah Qe, dengan E diberikan oleh Persamaan (6.3),
di mana k adalah tetapan yang sama seperti yang didefinisikan
oleh Persamaan (6.4). karen cos φ
b/r, diperoleh
T adalah waktu total yang dibutuhkan proyektil untuk melewati
atom yang sama dengan jarak tempuh total dalam atom dibagi dengan laju rata-rata.
Karena pembelokannya kecil, lintasannya dapat dihampiri dengan sebuah garis
lurus, seperti diperlihatkan pada Gambar 6.3, dan karena laju rata-ratanya
hampir sama dengan v, maka
dan
Dengan menganggap px
tidak berubah, diperoleh
dan jika θ
kecil, maka tan θ
θ
sehingga
Bila melakukan percobaan hamburan,
tidak dapat menembakkan satu proyektil k pada sebuah atom dan juga tidak
dapat mengendalikan atau menentukan parameter impak b. Yang dilakukan adalah menembakkan seberkas partikel pada
selembar tipis bahan tertentu. Berkasnya mungkin dibelokkan seperti yang
diperlihatkan pada Gambar 6.4, dan dapat menentukan sudut hambur Θav atau sudut hambur Θmaks-nya. (Θ menyatakan sudut hambur yang diukur; sedangkan θ adalah sudut hambur oleh satu atom).
Dengan
menurunkan Persamaan (6.11) terhadap b,
dapat memperoleh, yakni sudut hambur θmaks bagi satu tumbukan:
Untuk mendapatkan sudut hambur rata-rata, atomnya ditinjau dari
sudut pandang partikel, dan membayangan penampang berbentuk piringan bundar
yang dilihat terbagi atas cincin-cincin sepusat. Setiap kali proyektil memasuki
daerah sebuah incin berjari-jari b
dengan lebar db, ia dihamburkan ke
dalam rentang sudut dθ sekitar θ.
Fraksi partikel (dari berkas) datang
pada atom yang memasuki cincin tersebut (dan dengan demikian yang terhambur
pada sudut θ) adalah tidak lain
dariada fraksi luas sasaran yng ditempati cincin tersebut atau 2Ï€b db/Î r2. Sudut hambur rata-rata bagi satu
tumbukan diperoleh dengan merata-ratakan
terhadap semua nilai b yang mungkin:
dengan melakukan integrasinya, dan mempergunakan θ dari Persamaan (6.11), akhirnya diperoleh
Sudut ini
terlalu kecil, sihingga patut dipertanyakan apakah pembelokan sekecil itu dapat
diamati dalam laboratorium. Yang tidak ditinju disini adalah kenyataan bahwa
ketika menempuh suatu jarak tertentu dalam bahan, proyektil mengalami banyak sekali tumbukan dengan atom-atom
bahan, dan setiap tumbukan akan membelokkan proyektil sebesar suatu sudut belok
tertentu yang rata-ratanya adalah θav. Beberapa dari antara
tumbukan ini memberikan hasil sudut belok total yang lebih besar, sedangkan
yang lainnya memberikan hasil sudut belok total yang lebih besar, sedangkan
yang lainnya memberikan hasil sudut belok total yang lebih kecil. Nilai sudut
hambur total yang diamati Θ
tunduk pada hukum-hukum statistik; khususnya, bila terdapat N tumbuan, maka Θav =
θav, dan bahwa
probabilitas hamburan pada sebarang sudut yang lebih besar daripada suatu sudut
Θ adalah e-(Θ/Θav)2.
Pada kasus
proyektil menembus selembar emas setebal 1 μm
(10-6 m), ia akan menumbuk sekitar 104 buah atom (karena
masing-masing atom memiliki diameter sekitar 0,1 nm). Karena itu, sudut hambur
laboratoris rata-rata besarnya Θav sekitar
θav, atau sekitar 1˚. Angka ini tidak menyimpang jauh dari yang diamati dalam berbagai
percobaan.
Tetapi jika
menguji probabilitas hamburan ini untuk sudut yang ebih besar (Θ > 90˚)
didapati bahwa ramalannya meleset jauh dari percobaan. Untuk Θav
1˚, probabilitas yang diperkirakan bagi sudut yang lebih besar
daripada 90˚ adalah e-90 =
e-8100 = 10-3500 percobaan semacam ini dilakukan oleh
Hans Geiger dan Ernest Marsden dalam laboratorium Profesor Ernest Rutherford
pada 1910. Hasil yang mereka peroleh memperlihatkan bahwa probabilitas sebuah
partikel alfa dihamburkan pada sudut-sudut yang lebih besar daripada 90˚ adalah sekitar 10-4. Penyimpangan yang cukup
mencolok antara hasil yang diperkirakan (yakni 10-3500) dan nilai
yang diamati (10-4) dilukiskan oleh Prof. Rutherford dalam kata-kata
berikut:
“Ini adalah peristiwa sangat tidak masuk akal yang pernah
terjadi dalam hidup saya. Ini sama tidak masuk akalnya dengan ibarat anda
menembakkan sebuah peluru 15 inci pada selembar kertas tissue dan peluru itu
kemudian balik menembaki anda”.
Analisi terhadap berbagai hasil percobaan hamburan seperti ini
mendorong Rutherford untuk mengusulkan bahwa massa dan muatan positif atom
tidaklah tersebar secara merata dalam seluruh volume atom, tetapi terbatas
hanya dalam suatu daerah sangat kecil, dengan diameter sekitar 10-14
m, pada pusat atom.
6.3 Inti Atom Rutherford
Ernest Rotherford melakukan pengujian terhadap teori atom Thomson,
dengan cara menembaki lempengan emas yang sangat tipis (dengan ketebalan 0.01
mm) dengan partikel alfa. Jika model atom Thomson itu benar, maka gerakan
partikel alfa tidak akan dibelokkan sewaktu menumbuk lempeng emas.
Namun, Rutherford mendapatkan hasil bahwa ternyata partikel alfa
yang ditembakkan tidak semuanya mampu menembus lempeng emas secara lurus. Beberapa
diantaranya ada yang di belokkan ke arah positif dan negatif dan sebagian ada
yang dipantulakan kembali.
Gambar 6.3.
Skema percobaan hamburan sinar alfa. Sumber daya partikel alfa. Sumber radio
aktif partikel alfa ditempatkan dalam rongga sebuah logam pelindungyang diberi
sebuah lubang kecil. Partikel-partikel alfa yang keluar menumbuki lembaran
logam F dan terhamburkan ke dalam selang sudut dθ. Setiap kali partikel alfa menumbuk layar S, terpancar sebintik
cahaya yang diamati dengan mikroskop M yang dapat digerakkan secara bebas.
Dari percobaan
tersebut, dia berkesimpulan bahwa sebagian partikel alfa dipantulkan kembali
karena bertumbukan dengan bagian yang sangat keras dari atom, yang disebut inti
atom.Pada tahun 1911 dia mengemukakan teori atom yang baru.Dalam teorinya, dia
menyatakan bahwa atom terdiri proton, elektron dan neotron, juga bahwa inti
atom dikelilingi oleh elektron-elektron pada jarak yang relatif jauh dimana
elektron-elektron berputar mengelilingi inti atom dengan garis orbitnya layaknya
sistem tata surya. Selanjutnya, percobaan ini dialnjutkan oleh James Chadwick
(1932), yang memastikan bahwa partikel lain pada inti atom tersebut adalah neutron.
Sementara
itu, kelemahan dari teori ini adalah, Rotherford tidak dapat menjelaskan
mengapa electron tidak jatuh ke dalam inti atom. Karena, secara fisik gerakan
electron mengelilingi inti disertai pemancaran energi yang lama-kelamaan akan
berkurang dan mendekati inti, kemudian habis dan jatuh ke dalam inti.Dengan
demikian Rutherford mengusulkan bahwa muatan dan massa atom terpusatkan pada
pusatnya, dalam suatu daerah yang disebut inti (nucleus).
|
Gambar 6.4 Hamburan oleh sebuah inti inti atom
Kajian mengenai
hamburan partikel bermuatan oleh inti atom yang lazimnya disebut hamburan
Rutherford terbagi dalam tiga bagian yaitu:
1. perhitungan
fraksi partikel yang dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada θ,
dari gambar terlihat bahwa setiap
partikel dengan parameter impak yang lebih kecil daripada suatu nilai tertentu
b akan dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada θ (dari b) yang
bersangkutan. Andaikan lembar tipisnya setebal satu atom- suatu lapisan tunggal
atom-atom tersusun sangat rapat,. masing-masing atom tampak sebagai sebuah
piringan bundar, dengan luas
. Jika lembar tersebut mengandung
tersebut mengandung N buah atom maka luas totalnya adalah
. Untuk hamburan dengan sudut yang lebih
besar daripada θ, parameter impaknya berada antara nol dan b yang berarti bahwa
jarak hampiran proyektil ke inti atom berada dalam daerah piringan bundar
seluas
. Jika semua proyektil dianggap tersebar
merata pada luas lembar tadi , fraksi proyektil yang berada dalam luas tersebut
adalah
.
Ketebalan lembar hambur
yang sebenarnya, dapat mencapai sekitar susunan seribu atau sepuluh ribu buah
atom. Anadaikan t adalah ketebalan lembar hambur dan A adalah luasnya, dan
andaika pula bahwa
adalah kerapatan dan M adalah massa
molekul bahan pembuat lembar itu. Jadi volume lembar tersebut adalah At, dan
massanya
At, sehingga jumlah molnya
. Jadi, jumlah atom atau inti persatuan
volume adalah
NA
adalah bilangan Avogadro (yakni jumlah atom pergram molekum). Bagi sebuah
proyektil datang, jumlah inti atom persatuan luas yang tampak baginya adalah
; secara rata-rata, setiap inti memberi
saham luas sebesar
pada medan tampak proyektil, untuk sudut
hambur yang lebih besar daripada θ, proyektil harus berada dalam daerah
lingkaran seluas
yang
berpusat pada sebuah atom. Dengan demikian, fraksi partikel yang dihamburkan
pada sudut yang lebih besar daripada θ adalah tidak lain daripada jumlah
partikel yang menghampiri sebuah atom dalam suatu daerah cakupan
Parameter
impak b diberikan oleh persamaan:
Dengan
anggapan bahwa semua partikel datang tersebar merata pada luas lembar hambur.
Contoh:
Selembar
emas (
) dengan ketebalan 2,0 x 10-6
m, digunakan untuk menghamburkan partikel-partikel alfa berenergi kinetic 8,0
MeV.
a. Berapa
fraksi partikel alfa yang dihamburkan ke dalam sudut yang lebih besar daripada
900?
b. Berapa
fraksi partikel alfa yang dihambur dalam sudut antara 900 dan 450?
Pemecahan:
a. Untuk
kasus ini, jumlah inti persatuan volume dapat dihitung sebagai berikut:
Untuk hamburan pada sudut 900,
parameter impak b dapat dihitung dari persamaan (6.17):
Sehingga
dan dengan demikian kita peroleh
b. Dengan
mengulangi perhitungan di atas untuk θ = 450, kita peroleh
Dan
. jika fraksi total partikel yang
dihamburkan pada sudut yang lebih besar daripada 450 adalah
, dan dari angka itu,
dihamburkan kedalam sudut-sudut yang lebih
besar daripada 900, maka fraksi partikel yang dihamburkan antara 450
dan 900 haruslah
2.
Rumus hamburan Rutherford dan bukti
percobaanya.
Agar kita dapat menghitung probabilitas hamburan sebuah partikel
ke dalam suatu selang sudut kecil pada θ (antara θ dan θ + dθ), kita syaratkan
parameter impaknya terletak dalam suatu selang kecil db di b.
Dengan
demikian fraksi, df, adalah
Menurut
persamaan (6.19). dengan mendiferensiasikan persamaan (6.17), kita peroleh
pernyataan db dalam dθ sebagai berikut:
Jadi,
Tanda
minus pada persamaan 20 hanyalah memberitahukan bahawa θ bertambah jika b
berkurang. Jika kita tempatkan sebuah detector bagi partikel yang terhambur
pada sudut θ sejauh jarak r dari inti atom. Maka probabilitas bagi sebuah
partikel untuk dihamburkan ke dalam detector tersebut bergantung pada df, namun
demikian df hanyalah memberika peluang bagi semua proyektil yang dihamburkan
pada sudut θ ke dalam dθ, dan dapat dilihat bahwa semua proyektil itu akan
terdistribusi secara merata sekitar sebuah cincin berjari-jari r sin θ denagan
ketebalan r dθ. Luas cincinnya adalah dA = (2πr sin θ)r dθ. Untuk menghitung
laju arah hambur proyektil ke dalam detekktor, harus diketahui probabilitas
persatuan luas bagi hamburan ke dalam daerah cincin tadi. Ini diberikan oleh
, yang disebut dengan N(θ). Selanjutnya
dengan melakukan suatu manipulasi perhitungan maka diperoleh:
Inilah
rumus hanburan Rutherford.
Rumus
Rutherford ini kemudian diuji kebenarannya dalam laboratorium Rutherford oleh
Geiger dan marsden, melalui serangkaian percobaan yang memerlukan ketelitian
dan keterampilan tinggi. Untuk percobaan ini, mereka menggunakan
partikel-partikel alfa (z = 2) dengan mengamati hamburannya dari berbagai jenis
lembar tipis logam. Mengingat pada saat itu belum tersedia pencatat electron
dan alat pemrosesnya, maka Geiger dan Marsden mengamati dan mencatat
partikel-partikel alfanya dengan menghitung kerdipan cahaya (scintillations) yang dihasilkan apabila
partikel-partikel alfa tersebut menumbuk sebuah layar sulfida seng.
a. N(θ)
t.
untuk percobaan ini Geiger dan marsden menggunakan sumber 8 MeV partikel alfa
dari peluruhan radioaktif yang kemudian dihamburkan pada bebagai lembar hambur
berketebalan t yang berbeda, dengan sudut hambur θ dipertahankan tetap pada 250.
Hasil-hasil yang diperoleh diperlihatkan pada gambar 6.12, yang menampakkan
secara jelas ketergantungan N(θ) pada t secara linear. Juga terbukti bahwa pada
sudut hamburan sedang inipun, hamburan tunggal lebih berperan daripada hamburan
jamak (multiple). Menurut teori
statistic acak dari hamburan jamak, probabilitas hamburan pada sudut berbanding
lurus dengan akar pangkat dua dari hamburan tunggal, sehingga dapat
diperkirakan bahwa N(θ)
. Gambar 6.12. memprlihatkan secara jelas
bahwa perkiraan ini tidaklah benar).
b. N(θ)
pada percobaan ini, Geiger dan marsden
menggunakan berbagai jenis bahan pengambur, dengan ketebalan yang hampir (namun tidaklah tepat) sama. Oleh karena
itu, ketergantungan linear ini menjadi jauh lebih sulit diuji dibandingkan
terhadap kasus (a), mengingat pengujiannya melibatkan ketebalan berbeda untuk
bahan yang berbeda. Namun demikian, hasil-hasil yang diperoleh sesuai dengan
kebergantungan linear dari N(θ) pada
.
c.
N(θ)
. Untuk menguji ramalan rumus hamburan
Rutherford ini, Geiger dan marsden mempertahankan ketebalan lembar hamburan
tetap dan mengubah laju partikel-partikel alfanya. Hal ini dicapai dengan
memperlambat partikel-partikel alfa yang dipancarkan dari sumber radioaktif
dengan dengan mempergunakan lembar tipis mika. Dari berbagai pengkuran sescara
terpisah, dapatlah diketahui pengaruh beda ketebalan mika pada kecepatan
partikel alfa.
d.
. ketergantungan N pada θ mungkin adalah ciri
yang paling utama dan istimewa dari rumus hamburan Rutherford. Rumus ini juga
menghasilkan perubahan terbesar dalam N yang dapat dicapai dalam percobaan.
Dalam percobaan sebelumnya perubahan N hanya mencapai sekitar orde 10;
sedangkan dalam percobaan ini perubahan N malahan mencapai 5 hingga sekitar 10
kali mulai dari sudut yang terkecil hingga yang terbesar. Geiger dan marsden
menggunakan selembar emas dengan mengubah θ dari 50 hingga 1500.
Kecocokannya dengan rumus Rutherford sekali lagi sangat baik.
3. Jarak hampiri terdekat partikel hambur ke
inti penghambur
Jarak ini kita dapati dengan persamaan :
………………………………………...…………………(6.14)
Walaupun jarak inti
sangat kecil (lebih kecil daripada jari-jari sebuah atom, misalnya), ternyata
masih lebih besar daripada jari-jari inti atom emas (sekitar 7
10-15
m).jadi partikelnya selalu berada di luar daerah sebaran muatan inti, sehingga
hukum hamburan Rutherford, yang diturunkan dengan anggapan bahwa partikelnya
tetap berada di luar inti, akan tetap berlaku pada peristiwa hamburannya. Jika
kita memperbesar energy kinetic partikel, atau menurunkan gaya tolak
elektriknya dengan menggunakan inti sasaran bernomor atom Z rendah, maka
persyaratan ini tidak dapat lagi dipenuhi. Dalam beberapa kasus tertentu, jarak
hampiri terdekat partikel dapat lebih kecil daripada jari-jari inti. Apabila
ini terjadi, maka gaya yang bekerja pada partikel tak lagi seluruhnya dari
muatan elektrik inti, sehingga hukum hamburan Rutherford tak lagi berlaku. Dan
kasus ini memberi kita suatu cara terbaik untuk mengukur jari-jari inti.
Contoh :
Carilah jarak hampir terdekat dari sebuah
partikel alfa berenergi 8,0 MeV yang ditembakkan pada selembar emas.
Pemecahan:
6.4 SPEKTRUM GARIS
Spektrum adalah
suatu kondisi yang tidak terbatas pada serangkaian situasi tertentu terhadap
nilai-nilai tetapi dapat bervariasi dan tak terbatas dalam sebuah peristiwa
yang secara terus-menerus.Definisi spectrum garis yaitu spectrum yang tersusun
oleh garis-garis putus yang berhubungan dengan panjang gelombang tunggal dari
suatu pancaran atau serapan radiasi.Setiap garis berhubungan dengan perubahan
orbit electron.Spectrum garis ini dihasilkan oleh atom-atom ion sederhana dalam
gas, misalnya atom helium dan raksa.
Spektrum kontinu adalah radiasi yang dihasilkan oleh atom
yang tereksitasi yang terdiri dari berbagai warna yang bersinambungan, yaitu
ungu, biru, hijau, kuning, jingga, merah.Semakin besar panjang gelombang maka
semakin kecil energinya, maka artinya sinar ungu mempunyai foton dengan energi
terbesar, sedangkan sinar merah mempunyai foton dengan energi terkecil.Spektrum
garis adalah radiasi yang dihasilkan oleh atom yang tereksitasi yang hanya
terdiri dari beberapa warna garis yang terputus putus; yaitu ungu, biru, merah.
Radiasi
electromagnet dari berbagai atom dapat dikelompokkan kedalam spectrum kontinu
dan spectrum diskret atau garis. Pada spectrum kontinu, panjang gelombang
radiasi yang dipancarkan merentang dari suatu nilai minimum, mungkin 0, hingga
suatu nilai maksimum, mungkin menghampiri
. Radiasi dari objek panas berpijar
merupakan salah satu contoh yang tergolong dalam kelompok ini.Cahaya putih
merupakan campuran dari semua warna cahaya tampak.Dengan demikian, sebuah objek
panas berpijar memancarkan semua frekuensi spectrum cahaya tampak. Jika
sebaliknya, kita timbulkan loncatan bunga api listrik dalam sebuah tabung yang
berisi sejumlah kecil gas atau uap suatu unsur tertentu , seperti air-raksa,
natrium, atau gas neon,maka hanya sehimpunan panjang gelombang diskret cahaya
tertentu saja yang dipancarkan.
Gambar 6.5 Peralatan
untuk mengamati spectrum serap
Contoh
spectrum”garis”semacam itu diperlihatkan pada gambar diatas.Kedua garis tegas
436 nm (biru) dan 546 (hijau) dalam spectrum air raksa inilah yang memberi
warna biru hijau bagi lampu gas air raksa yang digunakan untuk menerangi jalan
raya.Garis kuning tegas pada 590 nm dalam spectrum natrium (yang sebenarnya
adalah suatu doublet-yakni dua garis spectrum yang sangat rapat) menyebabkan
lampu jalan gas natrium berwarna kuning lembut.Dan terpancarnya warna merah
dari lampu “iklan neon” disebabkan oleh garis spectrum merah tajam dari gas
neon.
Jika sebuah gas diletakkan di dalam tabung kemudian arus
listrik dialirkan ke dalam tabung, gas akan memancarkan cahaya. Cahaya yang
dipancarkan oleh setiap gas berbeda-beda dan merupakan karakteristik gas
tersebut.Cahaya dipancarkan dalam bentuk spektrum garis dan bukan spektrum yang
kontinu.
Percobaan lain yang
mungkin adalah dengan melewatkan seberkas cahaya putih melalui suatu cuplikan
gas. Apabila percobaan ini dilakukan, akan kita temukan bahwa beberapa panjang
gelombang cahaya tersebut diserap oleh gas yang dilewati, dan dihasilkan lagi
suatu spectrum garis. Semua panjang gelombang ini berkaitan dengan sebagian
besar (tetapi tidak semuanya)panjang selombang yang tampak dalam spectrum
pancar (emisi).
Pada umunya, penafsiran
spectrum garis ini menjadi rumit sekali pada atom-atom kompleks, karena itu
kita hanya akan membahas secara khusus spectrum garis dari atom tersederhana,
yakni atom hydrogen. Spectrum atom ini, karena kesederhanaan atomnya yang hanya
memiliki satu electron, memperlihatkan keteraturan dalam spectrum pancar dan
serapnya.
Spektrum garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan
panjang gelombang berbeda. Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling
sederhana, deret panjang gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan matematis.
Dalam bahasan mengenai
radiasi benda hitam, kita berkenalan dengan contoh “metode ilmiah
terbaik”.Menurut metode ini, untuk menerangkan suatu data percobaan yang belum
ada teorinya, kita mencoba menemukan dulu suatu fungsi untuk mencocokkan
datanya. Seorang guru sekolah menengah berkebangsaan swiss, Johannes Balmer,
mencatat bahwa sekelompok panjang gelombang spectrum garis pancar hydrogen dalam
daerah tampak dapat dicocokkan secara tepat dengan rumus
=
364.5
……………………………………………………………..(6.15)
Satuan
adalah nm dan n hanya bernilai bulat mulai
dari 3. Sebagai contoh, untuk n=3,
. Rumus ini sekarangdikenal sebagai rumus
balmer dan deretan garis spectrum yang cocok dengannya disebut deret balmer.
Panjang gelombang 364,5 nm, yang berhubungan dengan n
, disebut batas deret. Dengan segera
didapati bahwa semua kelompok garis spectrum dalam spectrum hydrogen dapat
dicocokkan dengan rumus serupa sebagai berikut :
…………………………………………………………(6.17)
Dengan
adalah panjang gelombang deret batas yang
sesuai, dengan n mengambil nilai bulat mulai dari n0 + 1. (untuk
deret Balmer, n0 =2). Deret lainnya sekarang dikenal sebagai deret
Lyman (n0=1), Paschen (n0=3), Bracket (n0=4),
dan pfund(n0=5). Ciri menarik lainnya dari panjang gelombang
spectrum hydrogen terangkum dalam asas gabung Ritz(Ritz combination principle).
Jika kita ubah panjang gelombang spectrum pancar hydrogen kedalam frekuensi,
kita jumpai sifat menarik berikut :
jumlah sepasang frekuensi tertentu memberikan frekuensi lai yang juga menarik
ini dalam spectrum hydrogen. Dengan demikian, setiap model atom hydrogen yang
berhasil haruslah dapat menerangkan keteraturan aritmetik yang menarik ini
dalam berbagai spectrum pancarnya.
Gambar deret spectrum
pancar dan serap atom hydrogen. Semakin mendekati batas deretnya, semakin rapat
garis-garis spectrum yang bersangkutan. Semua spectrum ini tampak dalam
spectrum pancar, hanyalah deret Lyman yang muncul dalam spectrum serap.
Dengan R adalah konstanta Rydberg yang
bernilai:
Contoh
Batas deret dari deret Paschen (n0
= 3) adalah 820,1 nm. Tentukan ketiga panjang gelombang terpanjang dari deret
Paschen ini,
Pemecahan:
Ketiga transisi ini berada dalam rentang
inframerah spectrum electromagnet.
KESIMPULAN
Adapun kesimpulan yang
dapat diambilberdasarkan pembahasan di atas yaitu:
1.
Atom merupakan unit terkecil penyusun
materi yang sifat dasar dasarnya yaitu memiliki ukuran yang kecil (jari-jarinya
sekitar 0,1 nm (0,1 x 10-9 m)), bersifat stabil (mengandung electron
bermuatan negatif namun netral), kemudian memancarkan dan menyerap radiasi
elektromagnetik serta Atom
memiliki momentum sudut dan sifat magnetik.
2.
Menurut Thomson, Atom merupakan partikel
yang bersifat netral, oleh karena elektron bermuatan negatif, maka harus ada
partikel lain yang bermuatan positifuntuk menetrallkan muatan negatif electron.
3.
Rutherford menduga bahwa didalam inti
atom terdapat partikel netral yang berfungsi mengikat partikel-partikel positif
agar tidak saling tolak menolak.
4.
Spektrum
garis membentuk suatu deretan warna cahaya dengan panjang gelombang berbeda.
Untuk gas hidrogen yang merupakan atom yang paling sederhana, deret panjang
gelombang ini ternyata mempunyai pola tertentu yang dapat dinyatakan dalam
bentuk persamaan matematis.
DAFTAR
PUSTAKA
Beiser,
Arthur. 1999. Konsep Fisika Modern Edisi
Keempat.Erlangga. Jakarta.
Krane,
Kenneth S. 1992. Fisika Modern.
Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar