Minggu, 14 Juni 2015

Laporan lengkap instrumentasi fisika



LAPORAN LENGKAP
 PRAKTIKUM INTRUMENTASI FISIKA


Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Mengikuti Ujian Praktikum Instrumentasi Fisika pada Laboratorium Jurusan Pendidikan  Fisika

OLEH :

                                                NAMA                  : ZOE TRIANI SYAFI’I
                                                STAMBUK           : A1C313094
                                                KELAS                 : B
                                                KELOMPOK       : V                                                                                                                          JURUSAN             : PENDIDIKAN FISIKA


LABORATORIUM JURUSAN PENDIDIKAN  FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2015



DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama lengkap Zoe Triani Syafii. Lahir pada tanggal 14 September 1995 di Bukit Jalil, KL, Malaysia. Pada tahun 2001 saya masuk Sekolah Dasar di SDN Ulu Lapa-pao dan lulus pada tahun 2007. Lalu saya melanjutkan pendidikan di SMP Negeri 1 Samaturu dan lulus pada tahun 2010 dan kemudian melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Wolo dan lulus pada tahun 2013.
Kemudian saya melanjutkan pendidikan S1 dan Puji  syukur kehadirat Allah Yang Maha Esa saya di terima sebagai mahasiswi di Perguruan Tinggi Negeri Universitas Halu Oleo Kendari Sulawesi Tenggara melalui jalur SBMPTN di Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan.


VOLTMETER

A.  Pendahuluan

1.    Latar Belakang

Istilah alat ukur sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat mengetahui besarnya nilai yang digunakan dalam sebuah satuan berdasarkan tingkat ketelitian tertentu. Alat ukur terdiri atas alat ukur digital dan alat ukur analog (Daryanto, 2001).
Voltmeter merupakan salah satu contoh alat ukur digital. Voltmeter adalah alat/perkakas untuk mengukur besar tegangan listrik dalam suatu rangkaian listrik. Voltmeter disusun secara paralel terhadap letak komponen yang diukur dalam rangkaian. Alat ini terdiri dari tiga buah lempengan tembaga yang terpasang pada sebuah bakelite yang dirangkai dalam sebuah tabung kaca atau plastik. Lempengan luar berperan sebagai anoda sedangkan yang di tengah sebagai katoda. Umumnya tabung tersebut berukuran 15 x 10 cm.
Voltmeter merupakan suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik.  Voltmeter juga digunakan untuk mengukur beda potensial listrik.  Voltmeter biasanya disusun secara paralel dengan sumber tegangan atau peralatan listrik. Cara memasang voltmeter adalah dengan menghubungkan ujung sumber tegangan yang memiliki potensial yang lebih tinggi (kutub positif) harus dihubungkan keterminal  positif voltmeter, dan ujung sumber tegangan yang memiliki potensial lebih rendah harus dihubungkan keterminal negatif voltmeter. Voltmeter biasanya digunakan untuk mengukur sumber tegangan seperti baterai, elemen volta dan aki. Ketika kita mengukur tegangan atau beda potensial tetapi tidak menemukan voltmeter, kita juga dapat menggunakan multimeter.
Untuk lebih memahami mengenai cara alat ukur voltmeter, kita harus melakukan praktikum. Sebab voltmeter merupakan alat  ukur yang sering digunakan dalam praktikum fisika maupun bidang teknik. Pada percobaan voltmeter kita akan menentukan hambatan (Rm) dalam voltmeter, mengukur beda potensial voltmeter, mengetahui gejala pembebanan, presentase kesalahan pengukuran voltmeter, serta pengaruh Rm terhadap  pola pembebanan pengukuran beda potensial.


2.    Tujuan

Adapun tujuan pada percobaan  voltmeter adalah sebagai berikut.
a.    Menentukan hambatan (Rm) dalam voltmeter.
b.    Mengukur beda potensial dengan tepat.
c.    Mengamati gejala pembebanan.
d.   Menghitung persentase kesalahan.







B.   Kajian Teori


Voltmeter adalah alat ukur listrik yang digunakan untuk mengukur beda potensial atau tegangan pada ujung-ujung komponen elektronika. Voltmeter dapat dibuat dari sebuah galvanometer dan sebuah hambatan eksternal Rx yang dipasang seri. Prinsip kerja voltmeter hampir sama dengan amperemeter karena desainnya juga terdiri dari galvanometer dan hambatan seri atau multiplier (Sujatmiko 2009).
Voltmeter digital memperagakan pengukuran tegangan DC atau AC dalam bentuk  angka diskrit, sebagai pengganti defleksi jarum penunjuk pada sebuah skala kontinu seperti dalam alat ukur analog.  Penunjukan dengan angka dalam banyak pemakaian lebih menguntungkan, karena mengurangi kesalahan pembacaan oleh manusia dan  interpolasi, menghilangkan kesalahan paralaksis, memperbesar kecepatan pembacaan dan  melengkapi keluaran dalam bentuk digital yang sesuai bagi pengolahan dan pencatatan selanjutnya (Cooper, 2008).
Bila sebuah voltmeter dihubungkan antara dua titik di dalam sebuah rangkaian tahanan tinggi, dia bertindak sebagai shunt bagi bagian rangkaian sehinga memperkecil tahanan ekivalen dalam bagian rangkaian tersebut. Berarti voltmeter akan menghasilkan penunjukan tegangan yang lebih rendah dari yang sebenarnya sebelum dihubungkan. Efek ini disebut efek pembebanan (loading effect) instrumen yang terutama disebabkan oleh sensitivitas rendah                  (Endy, 2011).



C.  Metode Praktikum
                                                      
1.    Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan voltmeter adalah dapat dilihat pada tebel 1.1 berikut.
Tabel 1.1 Alat dan Bahan Pecobaan Voltmeter
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Multimeter analog 1 buah
Mengukur hambatan dan tegangan
2.
Multimeter digital
Mengukur hambatan dan tegangan
3.
Power Supply
Sebagai sumber tegangan
4.
Kabel penghubung
Untuk menghubungkan catu daya dengan voltmeter
5.
Resistor 2 buah
Sebagai hambatan
6.
Ohm meter
Untuk mengkur besar hambatan
7.
Papan rangkaian
Sebagai tempat merangkai rangkaian listrik


2.    Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah pada percobaan Voltmeter adalah sebagai berikut
a.    Pengukuran pada Voltmeter
1.    Memfungsikan satu multimeter sebagai ohmmeter dan yang lain sebagai voltmeter.
2.    Mengukur hambatan voltmeter mulai dari batas ukur terendah sampai batas ukur tertinggi.
3.    Mengamati batas ukur DC volt terendah dan mA terendah.
4.    Menentukan Rg berdasarkan  hukum Ohm dari pengamatan point 3.
5.    Menghitung hambatan voltmeter tiap batas pengukuran berdasarkan batas ukur voltmeter tiap batas pengukuran.


b.    Efek Pembebanan (Loading Effect)
1.    Mengukur beda potensial power supply dengan teliti, kemudian mengukur hambatan voltmeter dengan ohmeter, lalu mengukur beda potensial dengan hambatan R memilih dengan memperhatikan memiliki orde yang sama dengan hambatan voltmeter.
2.    Menghitung persentase kesalahan pengukuran.
3.    Memberi kesimpulan mengenai pengaruh nilai Rm terhadap pesentase kesalahan pengukuran arus listrik.


D.    Hasil  Dan Pembahasan

1.   Hasil

Percobaan voltmeter ini kita melakukan pengamatan dua kali yaitu mengukur hambatan voltmeter dan efek pembebanan.
a.    Mengukur Hambatan Voltmeter
Tabel 1.2 Data Pengamatan Mengukur Hambatan Voltmeter
No.
Batas Ukur (volt)
Hambatan
Nilai Resistansi (Ω)
1.
0,25
Rg
5,01× 103
2.
0,5
R1
10,02× 103
3.
2,5
R2
50,3× 103
4.
10
R3
2× 105
5.
50
R4
1,01× 106
6.
250
R5
2,24× 106
7.
1000
R6
8,73× 106

b.   Efek Pembebanan
Tabel 1.3 Data Pengamatan Efek Pembebanan Voltmeter
No.
Batas Ukur Power Supply (Volt)
Tegangan yang Terukur
Hambatan (Ω)
1.

3 volt
V0  = 3,3 volt

2.
V1 = 2,5 volt
R1 = 1,967× 103
3.
V2 = 2,8 volt
R2 = 1,946× 103

Berdasarkan hasil pengamatan di atas, maka untuk hambatan  dalam voltmeter dan efek pembebanan dapat dianalisis sebagai berikut.
(1)   Mentukan hambatan muka (Rm) Voltmeter

Dengan cara yang sama untuk data selanjutnya dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.4 Analisis Data Hambatan dalam untuk Voltmeter
No.
Batas Ukur (Volt)
Hambatan
Nilai (Ω)
Hambatan dalam (Ω)
1.
0,25
Rg
5,01× 103
0
2.
0,5
R1
10,02 × 103
5,01 × 103
3.
2,5
R2
50,3 × 103
4,529 × 104
4.
10
R3
2 × 105
1,95 × 105
5.
50
R4
1,01 × 106
1 × 106
6.
250
R5
2,24 × 106
2,23 × 106
7.
1000
R6
8,73 × 106
8,725 × 106

(2)   Menghitung Efek Pembebanan

Diketahui : V0 = 3,3 Volt; V1 = 2,5 Volt; dan V2 = 2,8 Volt
o  Untuk V1

o  Untuk V2



2.      Pembahasan

Voltmeter adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengukur tegangan listrik. Dengan ditambah alat multiplier akan dapat meningkatkan kemampuan pengukuran alat voltmeter berkali-kali lipat. Pada saat dilakukan pengukuran, gaya magnetik akan timbul dari interaksi antara medan magnet dan kuat arus listrik. Gaya magnet tersebut akan mampu membuat jarum alat pengukur voltmeter bergerak saat ada arus atau tegangan listrik. Semakin besar arus dan tegangan listrik yang mengalir maka semakin besar pula penyimpangan jarum dari voltmeter tersebut. Itulah prinsip kerja dari voltmeter ini. 
Voltmeter juga mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum.   Padahal tegangan yang akan diukur kadang melebihi batas ukur voltmeter.   Untuk itu, batas ukur voltmeter dapat diperbesar dengan menambah hambatan yang dipasang seri dengan voltmeter tersebut sebagai tempat berbagi tegangan.  Hambatan yang dipasang seri ini dinamakan hambatan muka. 
Percobaan ini bertujuan untuk mengetahui hambatan muka, batas ukur voltmeter maupun kesalahan saat melakukan pengukuran dengan menggunakan voltmeter, mengukur beda potensial dengan tepat mengamati gejala pembebanan, menghitung persentase kesalahan dan menentukan pengaruh Rm terhadap pola pembebanan pengukuran beda potensial.
Dari hasil pengamatan untuk penentuan nilai rasistansi dan hambatan muka untuk setiap batas ukur diperoleh bahwa ketika melakukan pengukuran untuk batas ukur 0,25 volt diperoleh hambatan yang terukur sebesar 5,01× 103 Ω  hambatan inilah yang dijadikan sebagai hambatan dalam voltmeter (Rg).   Kemudian untuk batas ukur kedua yaitu 0,5 volt diperoleh hambatan yang terukur sebesar 10,02 × 103 , dan untuk batas ukur ketiga 2,5 volt, keempat 10 v0lt, kelima 50 volt ke enam 250 volt dan ketujuh 1000 diperoleh hambatan yang terukur berturut adalah  50,3 × 103 , 200 × 103 1,01 × 106 , 2,24 × 106 dan 8,73 × 106 .
Dalam menentukan hambatan muka (Rm), yakni hambatan yang terbaca oleh multimeter dikurangi dengan hambatan galvanometer (nilai yang menunjukkan skala pada alat ukur) dengan hambatan galvanometer tetap untuk semua resistor diperoleh hambatan muka pertama sampai hambatan muka ketujuh berturut-turut adalah 0, 5,01 x 103 Ω, 4,529 x 103 Ω, 1,95 x 105 Ω, 1 x 106 Ω, 2,23 x 106 Ω dan 8,75 x 106 Ω  .Dari hasil tersebut tampak bahwa semakin besar batas ukur suatu voltmeter maka nilai hambatan dan hambatan mukanya semakin besar pula. Hal ini berarti bahwa setiap penaikan batas ukur, selalu dihubungkan dengan resistor yang berbeda yang memiliki nilai resistansi yang berbeda dan nilainya semakin besar. Akibatnya, pelipatan batas ukurnyapun semakin besar. 
Sedangkan dalam percobaan efek pembebanan yakni dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar persentase kesalahan dari hasil pengukuran tegangan ketika dihubungkan seri dan paralel dengan 2 buah resistor.   Pecobaan efek pembebanan yakni menggunakan tegangan sumber power supply sebesar 3 volt dan diperoleh tegangan yang terukur sebesar 3,3 volt, dan kita namakan dengan Vo. Ketika kita hubungakn secara seri dengan resistor yang memiliki hambatan 1,967 kΩ, tegangan yang terukur adalah 2,5 volt. Ketika dihubungkan secara paralel, tegangan yang terukur adalah 2,8 volt. Dari hasil pengamatan bahwa ketika dihubungakn secara seri lebih kecil tegangannya daripada dihubungkan secara paralel.
Penentuan persentase kesalahan pengukuran yakni dengan mengambil selisih antara tegangan sumber dengan tegangan yang terukur dibagi dengan tegangan sumber kemudian dikali 100% sehingga diperoleh persentase kesalahan pengukuran  untuk V1 sebesar 24 % dan V2 sebesar 15 %.  Hal ini berarti bahwa tingkat kesalahan pengukurannya berada dalam status yang tidak normal karena persentase kesalahan pengukurannya berada di atas 10%. Artinya kesalahan pengukuran ini masih memiliki keberartian yang relatif besar, sehingga tidak  bisa diabaikan. 


E.   Penutup

1.    Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.    Semakin besar hambatan yang diukur, semakin besar pula hambatan muka (Rm) dari voltmeter tersebut.
b.    Semakin tinggi  nilai batas ukur voltmeter semakin besar pula hambatan dalam voltmeter
c.    Nilai KSR pengukuran tidak baik karena melebihi persen toleransi  kesalahan pengukuran yakni 10%, yaitu pengukuran pertama sebesar 24% dan pengukuran kedua 15%.


2.    Saran


a.    Pengelola laboratorium
Sebaiknya kebersihan para praktikan lebih ditekankan lagi untuk menjaga kebersihan laboratorium.
b.    Asisten
Asisten percobaan voltmeter sudah bagus dalam membimbing jalannya praktikum, perlu dipertahankan.
c.    Praktikan
Para praktikan instrumen kita harus mejaga ketertiban jalannya praktikum, agar praktikum berjaln dengan baik.













AMPEREMETER

A.  Pendahuluan

1.    Latar Belakang

Istilah alat ukur sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat mengetahui besarnya nilai yang digunakan dalam sebuah satuan berdasarkan tingkat ketelitian tertentu. Alat ukur terdiri atas alat ukur digital dan alat ukur analog (Daryanto, 2001).
Dalam dunia elektronika dikenal namanya komponen elektronika, dimana pada komponen elektronika tersebut memiliki karakteristik dan kegunaan masing-masing. Setiap peralatan listrik memiliki besaran listrik masing-masing. Besaran listrik seperti kuat arus, tegangan, hambatan dan sebagainya yang terdapat pada komponen elektronika tidak semua ditangkap oleh panca indara manusia, kecuali menggunakan alat ukur tertentu.
Arus listrik adapat diukur dengan menggunakan alat yang dinamakan dengan amperemeter. Amperemeter adalah galvanometer yang didesain untuk mengukur kuat arus listrik.  Sifat listrik yang harus dimiliki amperemeter agar tidak mengubah rangkaian dengan cara rangkaian galvanometer diupayakan jauh lebih kecil dari pada hambatan rangkaian (Hasrul, 2011).
Untuk mengukur kuat arus listrik yang mengalir dalam suatu komponen, amperemeter disisipkan ke dalam rangkaian sehingga berhubungan seri dengan komponen tersebut.  Dengan demikian semua arus yang melewati komponen akan melewati amperemeter. Kehadiran amperemeter akan menambah jumlah hambatan total sehingga arus akan mengecil, sehingga arus yang terukur akan salah. 
Berdasarkan uraian di atas maka perlu kita melakukan praktikum amperemeter untuk mengetahui penggunaan amperemeter dengan tepat, hambatan dalam amperemeter dan tingkat kesalahan pengukuran.

2.    Tujuan

Adapun tujuan pada percobaan Amperemeter adalah sebagai berikut.
a.    Dapat menggunakan amperemeter dengan tepat.
b.    Menentukan hambatan dalam (Rm) amperemeter.
c.    Menentukan kesalahan pengukuran amperemeter secara praktis dan teoritis.


B.  Kajian Teori

Arus listrik adalah aliran listrik yang melalui kabel atau penghantar lainnya. Satuan Standar Intenasional untuk arus listrik adalah ampere (A). Alat yang digunakan untuk mengukur  arus listrik adalah amperemeter. Pada rangkaian luar, amperemeter dibuat seri dengan beban. Arus yang diukur pad alat ini merupakan arus yang mengalir pada rangkaian nyata yang dapat dirangkai sendiri oleh pengguna. Arus keluar dari kutub positif kemudian keluar dan masuk kembali ke kutub negatif sumber. Arus yang mengalir ke satu arah saja dengan harga konstan dinamai arus searah atau DC (Prijo, 2011).
Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus. Bagian terpenting dari Ampermeter adalah galvanometer. Galvanometer bekerja dengan prinsip gaya antara medan magnet dan kumparan berarus. Galvanometer dapat digunakan langsung untuk mengukur kuat arus searah yang kecil. Semakin besar arus yang melewati kumparan semakin besar simpangan pada galvanometer. Ampermeter terdiri dari galvanometer yang dihubungkan paralel dengan resistor yang mempunyai hambatan rendah. Tujuannya adalah untuk menaikan batas ukur ampermeter. Hasil pengukuran akan dapat terbaca pada skala yang ada pada ampermeter (Damayanti, 2011).
Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet timbul gaya lorentz yang menggerakan jarum penunjuk menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar. Demikian sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas. Besar gaya yang dimaksud sesuai dengan Prinsip Gaya Lorentz F = B.I. L (Anonim, 2010).


C.  Metode Praktikum

1.    Alat dan Bahan
                                                                        
Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan amperemeter adalah dapat dilihat pada tebel 2.1 berikut.


Tabel 2.1 Alat dan Bahan Percobaan Amperemeter
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Multimeter digital 
Mengukur hambatan dan tegangan
2.
Basicmeter
Sebagai amperemeter yang digunakan untuk mengukur arus listrik
3.
Power Supply
Sebagai sumber tegangan
4.
Kabel penghubung
Untuk menghubungkan catu daya dengan amperemeter
5.
Resistor
Sebagai hambatan

2.    Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah pada percobaan Amperemeter adalah sebagai berikut.
a.    Memfungsikan basicmeter sebagai amperemeter  dan multimeter digital sebagi ohmmeter.
b.    Mengukur hambatan amperemeter dengan ohmmeter untuk berbagai batas ukur 100 µA, 100 mA dan 1 A.
c.    Batas ukur amperemeter merupakan galvanometer, dan mencatat hambatannya sebagai RG.
d.   Menghitung hambatan dalam Rm untuk masing-masing batas pengukuran, dengan terlebih dahulu menghitung Rsh.
e.    Meng-On-kan power supply, memfungsikan multimeter sebagai voltmeter.
f.       Mengukur beda potensial power supply untuk tegangan 3 volt dan 6 volt.
g.    Membuat rangkaian berikut  berikut dengan hambatan 100 Ω.



R
V
i
 




Gambar 2.1 Rangkaian Percobaan Amperemeter

h.    Mengukur besar arus dengan tegangan 3 volt dan tegangan 6 volt.
i.        Mengulangi poin (g) dan (h) dengan hambatan 1000 Ω.
j.        Menghitung persentase kesalahan pengukuran.

                           
D.  Hasil dan Pembahasan

1.    Hasil

Hasil pengamatan percobaan amperemeter adalah sebagai berikut.

a.    Mengukur Hambatan Amperemeter
Tabel 2.2 Data Pengamatan Mengukur Hambatan Amperemeter
No.
Batas Ukur (A)
Hambatan Amperemeter  (Ω)
1.
100 x 10-6
0,6
2.
100 x 10-3
3,97 x 103
3.
1
0,4

b.   Pengukuran Arus dengan Hambatan 100 Ω
 Tabel 2.3 Pengukuran Arus dengan Hambatan 100 Ω
No.
Tegangan Power Supply
V multimeter
I (A)
1.
3
3,15
16 x 10-6
2.
6
6,5
26     10-6


c.    Pengukuran Arus dengan Hambatan 1000 Ω
Tabel 2.4 Pengukuran Arus dengan Hambatan 1000 Ω
No.
Tegangan Power Supply
V multimeter
I (A)
1.
3
3,15
2 x 10-6
2.
6
6,5
4 x 10-6




Analisis dari hasil percobaan amperemeter adalah sebagai berikut.


(1)   Menghitung Kelipatan Batas Ukur (n)

·      Batas Ukur 100 X 10-6  A
 =  = 1 kali
·      Batas ukur 100 x 10-3 A
 =  = 1000 kali
·      Batas ukur 1 A
 =  = 10.000  kali
(2)   Menghitung Hambatan Cabang  (Rsh)
Rsh =
·  Untuk n = 1 dan Ra = 0,6 Ω
 Rsh =  
             =  = ∞
· Untuk n = 1000 kali dan Ra = 3,97 x 103 Ω
Rsh =
                               =  = 3,97 Ω
· Untuk n =  106 dan Ra = 0,4  Ω
Rsh =
            = 0,4/105 -1  =  4 x 10-4 Ω
(3)   Menghitung Hambatan Dalam (Rm)
Rm = Rsh (n-1) +RG
·  Untuk Rsh = ∞ , n = 1 kali  dan Rg = 0,6 Ω
Rm  = Rsh (n-1) +RG
             =  ∞ (1-1) + 0,6
             = 0,6 Ω
· Untuk Rsh = 3,97 Ω , n = 1000 kali  dan Rg = 0,6 Ω
Rm = 3,97 (1000 -1) +0,6
       =  3,97 (999) + 0,6
                              = 3966,63 Ω
· Untuk Rsh = 4 Ω , n = 106 kali  dan Rg = 0,6 Ω
Rm = 4 (105 -1) +0,6
       =  4 (999999) + 0,6
                               =  3996,6 Ω
(4)   Menentukan Kuat Arus (I)
(a)      Secara Teori
I =
v Untuk R = 100 Ω
I1 =  =  = 0,03 A
I2 =  =  = 0,06 A
v Untuk R = 1000
I1 =  =  = 0,003 A
I2 =  =  = 0,006 A
(b)   Secara Praktek
I` =
v Untuk R = 100 Ω
I`1 =  =  =  = 0,029 A
I`2 =  =  =  = 0,059 A

v Untuk R = 1000 Ω
I`1 =  =  =  = 0,029 A
I`2 =  =  =  = 0,059 A
(5)   Menentukan Kesalahan Relatif (KSR)
v Untuk R = 100 Ω
KSR1 =  x 100%
          =  x 100 %
          = 3,4%
KSR2 =  x 100%
          =  x 100 %
          = 1,6 %
v Untuk R = 1000 Ω
KSR1 =  x 100%
        =  x 100 %
                                = 3,4%
                     KSR2 =  x 100%
 =  x 100 %
                                = 1,6%
2.    Pembahasan

Amperemeter adalah alat untuk mengukur kuat arus. Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz). Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet timbul gaya lorentz yang menggerakan jarum penunjuk menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar, maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan jarum penunjuk juga akan lebih besar.   Demikian sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke posisi semula oleh pegas. Besar gaya yang dimaksud sesuai dengan Prinsip Gaya Lorentz F = B. I.  L. Untuk mengukur kuat arus listrik yang mengalir dalam suatu rangkaian, amperemeter disisipkan ke dalam rangkaian sehingga berhubung seri dengan rangkaian tersebut. Dengan demikian semua arus yang melewati rangkaian akan melewati amperemeter. Amperemeter mempunyai batas ukur maksimum, jadi agar amperemeter dapat mengukur arus yang melebihi batas ukur amperemeter tersebut haruslah dipasang suatu hambatan yang disebut shunt. Kelebihan arus akan mengalir kehambatan shunt ini. 
Pada pengamatan kali ini pertama-tama kami mengamati bagaimana  menggunakan amperemeter dengan baik, sehingga hasil pengukuran arus yang kita peroleh tidak keliru. Sebelumnya kita harus mengetahui batasan ukur amperemeter, serta skala maksimum amperemeter yang kita gunakan, Dengan mengetahui hal tersebut kita dapat menentukan besar arus yang mengalir pada amperemeter itu sendiri dengan menggunakan berbagai batasan ukur pada amperemeter serta dapat pula kita menentukan pelipatan batas ukurnya. Karena pada amperemeter itu sendiri memiliki batasan ukur sehingga apabila terjadi kelebihan arus akan menyebabkan kerusakan pada amperemeter. Dalam hal ini kita bisa menghindarinya dengan memasang suatu hambatan yang dikenal dengan hambatan shunt. Dimana apabila arus yang mengalir pada ampremeter melebihi batas ukurnya maka akan dialirkan pada hamabatan shunt ini. Hal ini dapat terjadi karena hambatan shunt ini diparalelkan dengan amperemeter tersebut dalam rangkaian.
Pengamatan selanjutnya menentukan besar hambatan dalam dalam amperemeter. Dimana dari data pengamatan peroleh untuk batas ukur 100 µA hambatan dalam ohmeter menunjukan 3,97 Ω, untuk batas ukur 1A hambatan dalam ohmeter menunjukan 0,4 Ω, Dari hasil ini terlihat bahwa perubahannya tidak signifikan. Seharusnya teori yang ada menyatakan bahwa semakin besar batas ukurnya, maka semakin besar pula hambatan dalamnya. Hal ini bisa terjadi setiap melakukan pengukuran, dikarenakan dua faktor yaitu alat yang kita gunakan mengalami kerusakan dan kurangnya ketelitian melakukan pengukuran.
Dari data ini kami menentukan besar pelipatan batas ukur pada amperemeter.  Dimana nilai pelipatan batas ukur ini teori menyatakan bahwa batas ukur sebanding dengan arus terendah dan berbanding terbalik dengan batas ukur minimumnya.   Dari data analisis terlihat bahwa untuk jangkauan ukur 100 µA besar pelipatan batas ukurnya adalah 1 kali, untuk 100 mA adalah 100 kali dan untuk 1 A = 106 kali.   Hal ini menunjukan bahwa semakin besar jangkauan ukur yang kita gunakan maka akan semakin besar pula pelipatan batas ukurnya. Dari hasil yang diperoleh praktek yang dilakukan sesuai dengan teori yang ada.
Selanjutnya  mengamati mengenai cara menentukan hambatan dalam sebuah amperemeter. Langkah pertama yang kami lakukan adalah merangkai alat dengan menambahkan resistor yang dipasang paralel dengan RG, Untuk pengamatan kali ini kami menggunakan dua buah resistor yaitu resistor 100 Ω dan resistor 1000 Ω. Untuk R = 100 Ω serta untuk masing-masing voltase 3 v dan 6 v besar I yang terukur adalah 16 µA dan 26 µA.   Untuk R = 1 k Ω, dengan voltase 3 v dan 6 v, diperoleh nilai I = 2 µA dan  4 µA. Dari data ini kita dapat menentukan besar hambatan shunt. Dimana hambatan shunt sebanding dengan RG dan berbanding terbalik dengan pelipatan batas ukur kurang 1. Dari analisis data yang kami peroleh semakin besar pelipatan batas ukur yang digunakan maka besar hambatan shunt akan semakin kecil. Hal ini menunjukan bahwa dengan semakin besarnya pelipatan batasan ukur yang diberikan pada amperemeter maka semakin besar pula arus yang dapat dilewatkan pada amperemeter dengan demikian maka kelebihan arus yang ada pada amperemeter akan semakin kecil sehingga besar hambatan shunt yang digunakan akan semakin kecil pula. Selanjutnya dari nilai Rsh yang diperoleh ini kita dapat menentukan besar hambatan dalam, dari analisis data yang kami peroleh terlihat bahwa semakin besar pelipatan batas ukur yang kami peroleh maka semakin besar pula hambatan dalam ohmmeter.
Selajutnya pada percobaan ini kami menentukan besar arus yang mengalir dalam rangkaian secara teori serta secara praktek.   Untuk R = 100 Ω, kami memperoleh besar arus  secara teori adalah sebesar 0,03 A dan secara praktek besar arus yang kami peroleh adalah 0,03 A. Dari hasil yang kami peroleh tersebut terlihat bahwa tidak ada perbedaan besar arus yang kami peroleh untuk hambatan yang sama baik secara praktek maupun teori.   Hal ini juga terjadi untuk data-data yang lain yang dapat dilihat pada analisis data yang kami lakukan.  Hal ini dibuktikan juga dengan presentase kesalahan pengukurang yang kami peroleh. Dimana untuk presentase kesalahan relatif pengukuran kami meperoleh nilai KSR  untuk R = 100  Ω adalah 3,4 %  sedangkan untuk R = 1 KΩ nilai KSR adalah 1,6 %.   Hal ini menunjukan bahwa keadaan seperti ini dikatakan baik karena tidak melebihi presentase toleransi kesalahan pengukuran  yakni tidak melebihi 10 %. 


E.  Penutup

1.    Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.    Amperemeter adalah alat yang digunakan untuk mengukur arus listrik.
b.   Semakin tinggi  nilai batas ukur amperemeter semakin besar pula hambatan dalam amperemeter. Untuk batas ukur 1 x10-6 A, hambatan dalamnya yaitu 0,6 Ω dan untuk hambatan 10-3 A, hambatan dalamnya yaitu 3,97 kΩ.
c.    Nilai KSR pengukuran  baik karena tidak melebihi persen toleransi  kesalahan pengukuran yakni 10%, yaitu pengukuran pertama sebesar 3,4 % dan pengukuran kedua 1,6%.


2.      Saran

a.    Pengelola Laboratorium
Sebaiknya para praktikan lebih ditekankan lagi untuk menjaga kebersihan laboratorium.
b.   Asisten
Asisten percobaan amperemeter sudah bagus dalam membimbing jalannya praktikum, akan tetapi volume suaranya saat menjelaskan perlu ditingkatkan lagi.
c.    Praktikan
Para praktikan instrumen kita harus mejaga ketertiban jalannya praktikum, agar praktikum berjalan dengan baik.















OHMMETER

A.  Pendahuluan

1.    Latar Belakang
Istilah alat ukur sering kita dengar dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur dapat didefinisikan sebagai suatu alat yang dapat mengetahui besarnya nilai yang digunakan dalam sebuah satuan berdasarkan tingkat ketelitian tertentu. Alat ukur terdiri atas alat ukur digital dan alat ukur analog (Daryanto, 2001).
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengukur satuan-satuan listrik seperti tegangan, arus, hambatan dan lain-lain. Untuk mengukur satuan-satuan listrik tersebut tentunya dibutuhkan alat yang relevan untuk mengukunya. Untuk mengukur hambatan membutuhkan alat yang dinamakan dengan ohmmeter. Pada umumnya ohmmeter tidak berdiri sendiri. Amperemeter untuk mengukur ampere (kuat arus listrik), voltmeter untuk mengukur volt (besar tegangan listrik) dan ohm meter untuk mengukur ohm (hambatan listrik) menggabungkan fungsi mejadi satu kesatuan yang disebut avometer (ampere volt meter) atau disebut juga Multimeter.
Ohmmeter adalah perangkat yang mengukur jumlah listrik yang dihasilkan pergeseran seperti elektron melewati sebuah konduktor listrik. Juga dikenal sebagai hambatan listrik, nilainya dinyatakan dalam satuan “ohm.” Pengukuran ini diatur oleh “Hukum Ohm,” yang menyatakan bahwa arus yang melalui rangkaian listrik berbanding lurus dengan jumlah tegangan yang diberikan. Ketika ditulis sebagai persamaan aljabar, fenomena alam ini akan terlihat seperti ini: R = V/I, dimana R adalah Resistensi, V Tegangan, dan I mewakili Arus. Ini ilustrasi dari hubungan antara nilai-nilai tersebut diberikan untuk abad ke-19 fisikawan Jerman dan guru, George Simon Ohm.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu kita melakukan praktikum ohmmeter untuk mengetahui penentuan skala ohmmeter dan mengukur hambatan resistor dengan tepat.


2.    Tujuan

Adapun tujuan pada percobaan Ohmmeter  adalah sebagai berikut.
a.    Menentukan skala ohmmeter.
b.    Mengukur hambatan resistor dengan tepat.

B.  Kajian Teori

Menurut Giancolli (1999: 190) Ohm-meter adalah daya untuk menahan mengalirnya arus listrik dalam suatu  konduktor. “PaulA. Tipler (1996:234) menyatakan ”Besarnya satuan hambatan yang diukur oleh alat ini dinyatakan dalam ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm (Jefri, 2013).
Tipe yang lebih akurat dari ohmmeter memiliki sirkuit elektronik yang melewati arus constant (I) melalui hambatan, dan sirkuti lainnya yang mengukur voltase (V) melalui hambatan. Menurut persamaan berikut, yang berasal dari hukum Ohm, nilai dari hambatan (R) dapat ditulis dengan:
R=V/I..................................................................(3.1)
V menyatakan potensial listrik (voltase/tegangan) dan I menyatakan besarnya arus listrik yang mengalir.
Untuk pengukuran tingkat tinggi tipe meteran yang ada di atas sangat tidak memadai. Ini karena pembacaan meteran adalah jumlah dari hambatan pengukuran timah, hambatan kontak dan hambatannya diukur. Untuk mengurangi efek ini, ohmmeter yang teliti untuk mengukur voltase melalui resistor. Dengan tipe dari meteran ini, setiap arus voltase turun dikarenakan hambatan dari gulungan pertama dari timah dan hubungan hambatan mereka diabaikan oleh meteran. Teknik pengukuran empat terminal ini dinamakan pengukuran Kelvin, setelah metode William Thomson, yang menemukan Jembatan Kelvin pada tahun 1861 untuk mengukur hambatan yang sangat rendah. Metode empat terminal ini dapat juga digunakan untuk melakukan pengukuran akurat dari hambatan tingkat rendah (Utari, 2011).


C.  Metode Praktikum

1.    Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Ohmmeter adalah dapat dilihat pada tebel 3.1 berikut.
Tabel 3.1 Alat dan Bahan Percobaan Ohmmeter
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Dua buah multimeter analog dan digital
Untuk mengukur tegangan, hambatan, dan kuat arus listrik  
2.
Resistor: 10 Ω, 100 Ω, 10 kΩ, 100 kΩ, 1 MΩ
Sebagai hambatan (bahan amatan)
3.
Probe
Menghubungkan ohmeter digital dengan resisitor

2.    Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah pada percobaan ohmmeter adalah sebagai berikut.
a.    Mengamati skala ohmmeter, memperhatikan dimana nilai nol, untuk nilai skala ditengah-tengah, ¾ skala penuh, dan ¼ skala penuh.
b.    Memfungsikan dua multimeter sebagai ohmmeter.
c.    Dengan menggunakan multimeter analog memilih saklar 1 kali, menghubungkan singkat kedua probe dan mengatur hingga jarum menunjuk nol.
d.   Mengukur hambatan ohmmeter dengan ohmmeter lainnya.
e.    Memindahkan saklar dari 10 kali dan mengatur kembali hambatannya.
f.       Mengulangi langkah (e) untuk 100 kali dan 1 k kali
g.    Mengukur resistansi resistor 10 Ω dengan batas ukur 1 kali, 10 kali, 100 kali, 1 kali.
h.    Mengulangi langkah (g) untuk resistor 100Ω, 10kΩ, 100 kΩ dan 1 MΩ.
i.        Membandingkan hasil pengukuran masing-masing.
j.        Dengan menggunakan multimeter digital, mengukur hambatan resistor 10ῼ, 100Ω, 10kΩ, 100 kΩ dan 1 MΩ.




D.  Hasil Dan Pembahasan
1.    Hasil
Hasil pengamatan percobaan ohmmeter adalah sebagai berikut.
a.    Menentukan Skala Ohmmeter

Tabel 3.2 Menentukan  Skala pada Ohmmeter
No
Skala
Besarnya (Ω)
1.
Skala penuh
500
2.
skala penuh
20
3.
skala penuh
70
4.
skala penuh
7

b.   Mengukur Hambatan Resistor dengan Menggunakan Multimeter Analog

Tabel 3.3 Data Pengamatan Percobaan Multimeter Analog
No.
Resistor
Kode warna
1x(Ω)
10x
(Ω)
100x (Ω)
1kx(Ω)
1.
10 Ω
coklat, hitam, hitam, emas
0
0
0
0
2.
100 Ω
coklat, hitam, coklat emas
50
0
0
0
3.
10 K Ω
Coklat, hitam, jingga, emas
2
500
4
0
4.
100 K Ω
Coklat, hitam, kuning, emas
2000
500
60
5.
1 M Ω
Coklat, hitam, hitam, hijau, emas 
2000
2000
750


c.    Mengukur Hambatan Resistor dengan Multimeter Digital

Tabel 3.4 Data Pengamatan Percobaan Multimeter Digital
No.
Resistor
Kode Warna
Besarnya (Ω)
1.
10Ω
coklat, hitam, hitam, emas
10,0
2.
100Ω
coklat, hitam, coklat emas
99,0
3.
10KΩ
Coklat, hitam, jingga, emas
9,75K
4.
100KΩ
Coklat, hitam, kuning, emas
0,1M
5.
1MΩ
Coklat, hitam, hitam, hijau, emas 
0,998M


Analisis data dari hasil percobaan ohmmeter adalah sebagai berikut.
1.      Menentukan resistansi maksimum dan minimum
(a)       Untuk   kode warna Resistor 10ῼ (Coklat-hitam-hitam-emas)
R = AB × 10C ± D
   = (10 - 0,5) s/d (10 + 0,5)
Maksimal : 10 + 0.5 = 10.5 Ω
Minimal    : 10 – 0.5 = 9.5 Ω
           Jadi nilai toleransinya pada pengukuran multimeter berkisar antara 9,5 Ω. S/d 10,5 Ω. Pada nilai pengukuran multimeter digital 9,99 Ω. Nilai ini memenuhi pada nilai maksimum pengukuran.
(b)  Untuk kode warna Resistor 100 Ω (Coklat-hitam-coklat-emas)
R = AB × 10C ± D
   = (100 - 0,5) s/d (100 + 0,5)
Maksimum : 100 + 0.5 = 100.5  Ω
Minimum   : 100 – 0.5 = 99.5 Ω
           Jadi nilai toleransinya pada pengukuran multimeter digital  berkisar antara 99,5 Ω. S/d 100,5 Ω. Pada nilai pengukuran multimeter digital 99,2 Ω. Nilai ini memenuhi pada nilai maksimum pengukuran.
(c)  Untuk kode warna Resistor 10K Ω (Coklat-hitam-coklat)
R = AB × 10C ± D
   = (10000 - 0,5) s/d (10000 + 0,5)
Maksimum : 10000 + 0.5 = 10000.5 Ω
Minimum    : 10000 – 0.5 = 9999.5 Ω



Jadi nilai toleransinya pada pengukuran multimeter berkisar antara
  = 9999,5 Ω. S/d 10000,5 Ω. Pada nilai pengukuran multimeter digital 9,86 kΩ. Nilai ini tidak memenuhi pada nilai maksimum pengukuran karena nilainya lebih kecil dari nilai maksimum.
(d)     Untuk kode warna Resistor 100 K Ω (Coklat-hitam-kuning-emas)
R = AB × 10C ± D
   = (100000 - 0,5) s/d (100000 + 0,5)
Minimum : 100.000 + 0.5 = 100000.5 Ω              
Minimum : 100.000 – 0.5 = 99999.5 Ω
Jadi  nilai toleransinya pada pengukuran multimeter digital berkisar antara 99999,5 Ω. S/d 100000,5 Ω. Pada nilai pengukuran multimeter digital 99,4 kΩ. Nilai ini memenuhi pada nilai maksimum pengukuran.
(e)      Untuk kode warna Resistor 1MΩ (Coklat-hitam-hijau-emas)
R = AB × 10C ± D
   = (1000000 - 0,05) s/d (1000000 + 0,05)
Maksimum : 1000000 + 0.5  = 1000000.5 Ω
Minimum   : 1000000 – 0.5  = 999999.5 Ω
Jadi  nilai toleransinya pada pengukuran  multimeter Digital berkisar antara  999999,5 Ω. s/d 1000000,5 Ω. Pada nilai pengukuran multimeter digital 1 MΩ. Nilai ini memenuhi pada nilai antar minimum dan maksimum pengukuran.














2.    Pembahasan

Ohm meter adalah alat yang digunakan untuk mengukur hambatan listrik yang merupakan suatu daya yang mampu menahan aliran listrik pada konduktor. Alat tersebut menggunakan galvanometer untuk melihat besarnya arus listrik yang kemudian dikalibrasi ke satuan ohm. Alat ohm-meter ini menggunakan galvanometer untuk mengukur besarnya arus listrik yang lewat pada suatu hambatan listrik (R), yang kemudian dikalibrasikan ke satuan ohm.
Desain asli dari ohmmeter menyediakan baterai kecil untuk menahan arus listrik. Ini menggunakan galvanometer untuk mengukur arus listrik melalui hambatan. Skala dari galvanometer ditandai pada ohm, karena voltase tetap dari baterai memastikan bahwa hambatan menurun, arus yang melalui meter akan meningkat.
Pada dasarnya prinsip kerja dari ohm-meter adalah besarnya arus listrik yang mengalir melalui sebuah penghantar metal pada rangkaian, dan ohm menemukan sebuah persamaan yang sederhana, menjelaskan bagaimana hubungan antara tegangan, arus, dan hambatan yang saling berhubungan. 
Hambatan listrik adalah perbandingan antara tegangan listrik dari suatu komponen elektronik (misalnya resistor) dengan arus listrik yang melewatinya. Menurut (Tipler 1996: 134). Pada Ohmmeter prinsipnya adalah benda dialiri listrik dan diukur tahanan listriknya. Sedangkan pada Ampermeter, yang mengukur besar kuat arus, tidak diperlukan sumber arus listrik karena sumbernya adalah benda yang diukur tersebut.”
Pada ohm-meter ada dua bentuk yaitu bentuk ohm-meter analoq dan bentuk ohm-meter digital. Ohm-meter analog lebih banyak dipakai untuk kegunaan sehari-hari, seperti para tukang servis TV atau komputer kebanyakan menggunakan jenis yang analog. Ohm-meter digital memiliki akurasi yang tinggi, dan kegunaan yang lebih banyak jika dibandingkan dengan multimeter analog. Yaitu memiliki tambahan-tambahan satuan yang lebih teliti, dan juga opsi pengukuran yang lebih banyak, tidak terbatas pada ampere, volt, dan ohm saja.
Pada percobaan ohmmeter ini, mulanya kita mengamati skala pada Ohmmeter dengan memperhatikan skala penuh, 1/2 skala penuh, ¾ skala penuh dan ¼ skala penuh. Setelah melakukan pengamatan terlihat bahwa besarnya skala penuh adalah 500, ½ skala penuh besarnya 20, ¾ skala penuh besarnya 70, dan ¼ skala penuh besarnya 7. Kemudian kita memfungsikan dua buah multimeter analog dan digital sebagai ohmmeter. Sebelum melakukan pengukuran, terlebih dahulu dilakukan kalibrasi terhadap ohmmeter dengan cara menghubung singkat kedua probe sehingga jarum menunjukkan angka nol.
Untuk pengukuran hambatan resistor dengan menggunakan multimeter analog, saklar diubah sebanyak 4 kali, dimana mula-mula dilakukan pengukuran dengan batas ukur yang beragam yaitu 1XΩ, 10XΩ, 100XΩ, dan 1KXΩ. Untuk Resistor 10Ω nilai resistansinya untuk semua batas ukur menunjukan 0Ω. Hal ini disebabkan karena ohmmeter tidak dapat mengukur hambatan yang terlalu kecil, jarum masih menunjukkan pada angka nol  karena hambatan dalam d’arsonal pada ohmmeter analog terlampau besar. Untuk resistor 100Ω, nilai batas ukur untuk 1XΩ bernilai 50 Ω, sedangkan pada batas ukur 10X, 100X dan 1KXΩ berturut-turut adalah 0Ω. Untuk resistor 10KΩ terlihat bahwa batas ukur terbaca pada 1XΩ, 10XΩ, dan 100XΩ yaitu berturut-turut 2Ω 500Ω, 4Ω, sedangkan untuk batas ukur 1KXΩ adalah 0Ω. Untuk resistor 100KΩ terlihat dari hasil pengukurun menggunakan ohmmeter bahwa pada batas ukur 1X adalah ∞ serta pada batas ukur 10XΩ dan 100XΩ dan 1KXΩ adalah 2000 Ω,  500Ω dan 60Ω. Untuk resistor yang terakhir  yakni 1MΩ terlihat dari hasil pengukuran menujukkan bahwa  batas ukur 1X, 100X adalah 2000 Ω dan pada batas ukur 10XΩ adalah tak hingga (∞). Pada batas ukur 1KxΩ  adalah 750Ω.
Dari hasil pengkuran menggunakan multimeter yang difungsikan sebagai ohmmeter terlihat bahwa pengukuran hambatan akan terlihat semakin kecil dengan batas ukur yang semakin besar nilai nol yang ditunjukkan pada batas ukur dari resistor tersebut. Sedangkan nilai tak hingga yang ditunjukkan merupakan batas ukurnya masih sangat besar sehingga batas ukur harus memenuhi nilai yang besar juga.
Pada pengukuran hambatan resistor dengan menggunakan  multimeter digital, hanya dilakukan pengukuran dengan batas ukur 1X saja. Terlihat bahwa keakuratan pengukuran sangat jelas, sudah mendekati nilai resistor yang sebenarnya. Hal ini disebabkan karena hasil pengukurannya langsung tertera pada layar berupa digit angka. Dapat juga dilakukan pengukuran nilai hambatan berdasarkan kode warna, setelah dibandingkan hasilnya tidak jauh berbeda dengan pengukuran menggunakan multimeter digital karena dengan menggunakan kode warna kita lihat ada nilai toleransi yakni dari lima resistor yang kita gunakan yaitu 10 Ω, 100 Ω, 10KΩ, 100KΩ dan 1 MΩ menggunakan toleransi warna emas yang nilai toleransinya 5 % atau 0,05. Perbandingan nilai pengukuran resistor 10 Ω, 100 Ω, 100KΩ dan 1 MΩ memenuhi nilai pada pengukuran digital karena berada diantara nilai minimum dan maksimum. Tapi pada resistor 10KΩ nilai pengukuran multimeter digital tidak memenuhi karena berada dibawah nilai minimum.

E.  Penutup
1.   Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
1.    Penentuan skala pada ohmmeter dapat diamati dengan memperhatikan dimana nilai nol. Setelah melakukan pengamatan terlihat bahwa nilai skala penuh adalah 500, ½  skala penuh  nilainya 20, 3/4 skala penuh nilainya berkisar antara 70 dan ¼ skala penuh nilainya adalah 7.
2.    Mengukur hambatan resistor dengan menggunakan multimeter digital maupun dengan kode warna, nilai antara keduanya hampir sama, misalnya resistor 10 Ω, diukur dengan multimeter digital hambatannya yaitu 9,99 Ω sedangkan berdasrkan kode warna yaitu 10 ± 0,5 Ω.

2.   Saran

1.    Pengelola Laboratorium
Sebaiknya para praktikan lebih ditekankan lagi untuk menjaga kebersihan laboratorium.
2.    Asisten
Asisten percobaan ohmmeter sudah bagus dalam membimbing jalannya praktikum, perlu dipertahankan dan ditingkatkan lagi pada praktikum-praktikum selanjutnya.
3.    Praktikan
Para praktikan instrumen kita harus menjaga ketertiban jalannya praktikum agar praktikum berjalan dengan baik. Teman-teman kelompok 4 khususnya laki-lakinya jangan hanya cerita pada saat praktek, akan tetapi perhatikan juga apa yang dilakukan saat praktek.











CHATODA RAY OSCILLOSCOPE (CRO)

A.  Pendahuluan

1.    Latar Belakang

Salah satu alat ukur yang tidak kalah penting untuk diketahui dalam melakukan pengukuran adalah osiloskop. Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Dengan mengunakan osiloskop kita dapat mengetahui besaran–besaran pada siyal listrik seperti tegangan, frekuensi, periode dan bentuk sinyal dari objek yang diukur. Oleh sebab itu osiloskop mesti diketahui karena dengan memngunakan osiloskop dapat lebih memudahkan kita dalam mengukur banyak besaran sekaligus. Selain itu dengan osiloskop kita juga dapat membedakan gelombang AC dan gelombang DC, serta dapat juga melihat atau mendeteksi gangguan–gangguan dalam sistim transmisi atau penyaluran seperti gangguan noise (Gunawan, 2010).
Sebuah osiloskop merupakan alat berfungsi untuk menampilkan bentuk gelombang suatu sinyal. Alat ini sangat diperlukan untuk menguji rangkaian listrik maupun rangkaian elektronik. Pada oscilloscope terdapat fasilitas yang digunakan untuk merubah skala vertical atau horizontal sehingga bentuk gelombang isyarat dapat ditampilkan lebih jelas. Oscilloscope yang mempunyai fungsi dual trace dapat menampilkan dua buah bentuk gelombang pada saat yang bersamaan, dengan demikian isyarat-isyarat yang berasal dari bagian sistem elektronik yang berbeda dapat dibandingkan seketika.
Osiloskop merupakan serangkaian alat untuk mengamati sinyal ± sinyal yang masuk pada osiloskop, untuk kemudian diteliti hasil keluaran dari masukkan sinyal tersebut. Amplitudo dan periode dapat dicari dengan menggunakan osiloskop. Osiloskop dapat menunujukkan sinyal dengan isyarat sinusoida, persegi, atau dalam bentuk pola Lissajous. Amplitudo ditunjukkan pada arah vertikal dan periode pada arah horizontal.
Osiloskop memiliki tabung panjang yang disebut tabung sinar katoda yang disusun oleh pemanas, katode, kisi pengatur, anode pemusat, anoda pemercepat, plat untuk simpangan horizontal, anoda untuk simpangan vertical, lapisan logam, berkas sinar elektron dan layer pliorosensi.
Untuk lebih memahami tentang osiloskop baik dalam segi kegunaan, fungsi serta apa saja yang bisa kita lakukan dengan memanfaatkan osiloskop seperti mengukur beda potensial AC dn DC, mengukur frekuensi sinyal, menentukan hubungan nilai Vpp dan Vrms dan menentukan interferensi dua gelombang sejajar dan tegak lurus maka kita perlu melakukan percobaan mengenai osiloskop.

2.    Tujuan

Adapun tujuan pada percobaan Chatoda Ray Oscilloscope adalah sebagai berikut.
a.    Mengukur beda potensial AC dn DC.
b.    Menentukan hubungan nilai Vpp dan Vrms.




B.  Kajian Teori

Cathode Ray Oscilloskop (CRO) atau yang kita kenal dengan nama osiloskop merupakan piranti yang kerjanya didasari oleh adanya sinar katoda yang dipengaruhi oleh medan listrik dan dapat menyebabkan perpendaran jika mengenai zat pendar. Piranti ini mempunyai tugas menunjukkan secara visual dinamika besaran sebagai fungsi waktu. Sebagai alat ukur, osiloskop menghasilkan nilai besaran setiap saat sepanjang waktu yang berjalan. Besaran yang dimaksudkan adalah tegangan, sehingga bila bukan tegangan maka harus diubah dahulu menjadi bentuk tegangan (Sanjaya, 2010).
Secara umum osiloskop berfungsi untuk menganalisa tingkah laku besaran yang berubah-ubah terhadap waktu yang ditampilkan pada layar, untuk melihat bentuk sinyal yang sedang diamati. Dengan Osiloskop maka kita dapat mengetahui berapa frekuensi, periode dan tegangan dari sinyal. Dengan sedikit penyetelan kita juga bisa mengetahui beda fasa antara sinyal masukan dan sinyal keluaran (Henry, 2010).
Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai fonemena dinamik melalui pemakaian transducer yang mengubah arus, tekanan, tegangan, temperatur, percepatan, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan. CRO digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkan ke CRO guna penafsiran kuantitatif (Hendrawan, 2012).

C.  Metode Praktikum

1.    Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada percobaan Chatoda Ray Oscilloscope adalah dapat dilihat pada tebel 4.1 berikut.
Tabel 4.1 Alat dan Bahan Percobaan Chatoda Ray Oscilloscope
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
CRO (osiloskop)
Untuk menampilkan bentuk gelombang dan skala gelombang
2.
Power Supply
Sebagai sumber tegangan
3.
Kabel penghubung
Untuk menghubungkan catu daya dengan multimeter dan osiloskop
4.
Multimeter
Untuk mengukur tegangan AC dan DC
5.
AFG
Sebagai pembangkit sinyal


2.      Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah pada percobaan Chatoda Ray Oscilloscope adalah sebagai berikut.
a.    Memasukan kabel probe ke chanel 1 osiloskop.
b.    Mengkalibrasi sweep time/div dan volt/div dengan menghubungkan probe channel 1 ke sumber sinyal acuan dn mengatur tombol kalibrasnya hingga sesuai tegangan dan frekuensi acuan, mencatat hasil Vpp dan vol/div yang terbaca pad dioda osiloskop.
c.    Menghidupkan power supply, dengan keluaran arus DC sebesar 3 volt dan menghubungkan dengan CRO osiloskop. Mengukur tegangan dengan menggunakan multimeter sebagai Vm-m. Mengamati bentuk gelombang yang terjadi dan skala yang terbentuk, pada layar osiloskop.

d.   Untuk tegangan 6 volt dan 9 volt, melakukan prosedur yang sama untuk poin (c) dan (5).
e.      Mengulangi langkah (d) sampai (e) akan tetapi dengan arus keluaran AC.
                                          
D.  Hasil  Dan Pembahasan

1.    Hasil
Hasil pengamatan percobaan chatoda ray oscilloscope adalah sebagai  berikut.
a.    Mengkalibrasi Osiloskop

Vpp  =  x  x skala
3,40 = 5 x  x 3
3,40 = 15 x
 =  = 0,226 volt

b.   Mengamati Penentuan Skala
(1)   Untuk Tegangan DC
Tabel 4.2 Penentuan Skala untuk Tegangan DC
No.
Vsumber (volt)
Vm-m (volt)
Skala
1.
3
3,092
5
2.
6
5,94
10
3.
9
9,05
15

(2)   Untuk Tegangan AC
Tabel 4.3 Penentuan Skala untuk Tegangan AC
No.
Vsumber (volt)
Vm-m (volt)
Skala
1.
3
3,176
10
2.
6
6,37
18
3.
9
9,82
28

Analisis dari hasil percobaan chatoda ray oscilloscope adalah sebagai berikut.

1.    Menghitung Vpp Tegangan AC dan DC

(a) Tegangan DC
        - Tegangan = 3 volt dan Skala = 5
Vpp  =  x  x skala
                   = (5 x 0,226 x 5) = 5,65 volt
-  Tegangan = 6 volt dan Skala = 10
Vpp  =  x  x skala
          = (5 x 0,226 x 10) = 11,3 volt
-  Tegangan = 9 volt dan Skala = 15
Vpp  =  x  x skala
            = (5 x 0,226 x 15) = 16,95 volt

(b) Tegangan AC
       -  Tegangan = 3 volt dan Skala = 10
Vpp  =  x  x skala
                   = (5 x 0,226 x 5) = 11,3 volt
-  Tegangan = 6 volt dan Skala = 18
    Vpp   =  x  x skala
                                        = (5 x 0,226 x 18) = 20,34 volt
-  Tegangan = 9 volt dan Skala = 28
Vpp  =  x  x skala
                 = (5 x 0,226 x 28) = 31,64 volt



2.    Menghitung Vrms

a.       Untuk Tegangan DC
Vrms =  =  = 4,03 volt
b.      Untuk Tegangan AC
Vrms =  =  = 4,035 volt.


2.    Pembahasan

Osiloskop adalah alat ukur besaran listrik yang dapat memetakan sinyal listrik. Pada kebanyakan aplikasi, grafik yang ditampilkan memperlihatkan bagaimana sinyal berubah terhadap waktu. Pada osiloskop menunjukkan bahwa pada sumbu vertikal (Y) merepresentasikan tegangan V, pada sumbu horisontal (X) menunjukkan besaran waktu t.
Osiloskop merupakan serangkaian alat untuk mengamati sinyal -sinyal yang masuk pada osiloskop, untuk kemudian diteliti hasil keluaran dari masukkan sinyal tersebut.Amplitudo dan periode dapat dicari dengan menggunakan osiloskop. Osiloskop dapat menunujukkan sinyal dengan isyarat sinusoidal dan persegi atau kotak-kotak. Pada osiloskop memiliki tabung sinar katoda yang digunakan untuk menyelidiki gejala yang bersifat periodik. Percobaan CRO ini kita akan mengukur beda potensial AC dan DC serta hubungan nilai Vpp dan Vrms.
Sebelum osiloskop bisa dipakai untuk melihat sinyal maka osiloskop perlu disetel dulu agar tidak terjadi kesalahan fatal dalam pengukuran. Langkah awal pemakaian yaitu pengkalibrasian. Yang pertama kali harus muncul di layar adalah garis lurus mendatar jika tidak ada sinyal masukan. Yang perlu disetel adalah fokus, intensitas, kemiringan, x position, dan y position. Dengan menggunakan tegangan referensi yang terdapat di osiloskop maka kita bisa melakukan pengkalibrasian sederhana. Ada dua tegangan referensi yang bisa dijadikan acuan yaitu tegangan persegi 2 Vpp dan 0.2 Vpp dengan frekuensi 1 KHz. Setelah probe dikalibrasi maka dengan menempelkan probe pada terminal tegangan acuan maka akan muncul tegangan persegi pada layar. Jika yang dijadikan acuan adalah tegangan 2 Vpp maka pada posisi 1 volt/div (satu kotak vertikal mewakili tegangan 1 volt) harus terdapat nilai tegangan dari puncak ke puncak sebanyak dua kotak dan untuk time/div 1 ms/div (satu kotak horizontal mewakili waktu 1 ms) harus terdapat satu gelombang untuk satu kotak. Jika masih belum tepat maka perlu disetel dengan potensio yang terdapat di tengah-tengah knob pengganti Volt/div dan time/div. Atau kalau pada gambar osiloskop diatas berupa potensio dengan label "var". 
Hal yang terlebih dahulu dilakukan pada percobaan osiloskop ini adalah mengkalibrasi osiloskop. Kalibrasi adalah suatu kegiatan untuk menentukan kebenaran konvensional nilai penunjukan alat inspeksi, alat pengukuran dan alat pengujian. Tujuan kalibrasi adalah menentukan deviasi (penyimpangan) kebenaran nilai konvensional penunjukan suatu instrumen ukur dan menjamin hasil-hasil pengukuran sesuai dengan standar nasional maupun Internasional. Dari hasil pengamatan untuk pengkalibrasian osiloskop, nilai Vpp adalah 3,40 volt, vot/div adalah 5 volt, div/skala adalah 0,226 volt dan skala 3.
Mengukur beda potensial AC dan DC kita menggunakan sumber tegangan 3 volt, 6 volt dan 9 volt. Untuk melihat tegangannya kita mengukurnya menggunakan multimeter. Secara teori, pengukuran tegangan menggunakan multimeter, dapat dianggap menunjukkan nilai tegangan yang sebenarnya. Tapi tidak halnya untuk sumber tegangan AC, karena seperti di ketahui bahwa tegangan AC merupakan tegangan dengan fungsi dari waktu. Percobaan yang dilakukan untuk tegangan DC, tegangan sumber dan Vpp-nya adalah berbanding lurus. Apabila tegangan sumber semakin besar maka Vpp-nya semakin besar pula. Data yang didapatkan dari hasil pengamatan dan analisis data yaitu sumber tegangan 3 volt Vpp adalah 5,65 volt, dan tegangan 6 volt Vpp adalah 11,3 volt.
Percobaan yang dikukan untuk  tegangan AC, sama halnya dengan tegangan DC, yaitu berbanding lurus antara tegangan sumber dan Vpp. Dimana semakin besar tegangan sumber maka Vpp semakin besar pula. Dari hasil pengamatan dan analisis data yaitu tegangan sumber 3 volt, Vpp adalah 11,3 volt dan tegangan sumber 6 Vpp adalah 20,34 volt.
Selanjutnya adalah mencari hubungan nilai Vpp dan nilai Vrms baik tegangan AC maupun tegangan DC. Baik tegangan DC maupun tegangan AC hubungan antara Vpp dan Vrms berbanding terbalik , yaitu nilai Vpp besar sedangkan nilai Vrmsnya kecil. Dari hasil analisi data, untuk tegangan DC dengan Vpp 5,65 volt Vrms adalah 4,03 volt. Tegangan AC dengan Vpp 11,3 volt, Vrms adalah 4,03 volt.




E.  Penutup

1.    Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang didapat pada percobaan ini adalah sebagai berikut.
a.    Beda potensial AC 11,3 volt, 20,34 volt dan 31,64 volt sedangkan untuk beda potensial DC adalah 5,65 volt, 11,3 volt dan 16,95 volt. Beda potensial dengan menggunakan multimeter untuk tegangan DC yaitu 3,092 volt, 5,94 volt dan 9,05 volt sedangakan tegangan AC yaitu 3,176 volt, 6,37 volt dan 9,82 volt.
b.    Vpp dan nilai Vrms baik tegangan AC maupun tegangan DC berbanding lurus. Untuk tegangan DC dengan Vpp 5,65 volt Vrms adalah 4,03 volt sedangkan tegangan AC dengan Vpp 11,3 volt, Vrms adalah 4,03 volt.

2.    Saran
a.    Pengelola Laboratorium
Sebaiknya para praktikan lebih ditekankan lagi untuk menjaga kebersihan laboratorium.
b.    Asisten
Asisten percobaan Amperemeter sudah bagus dalam membimbing jalannya praktikum, akan tetapi volume suaranya saat menjelaskan perlu ditingkatkan lagi.
c.    Praktikan
Para praktikan instrumen kita harus mejaga ketertiban jalannya praktikum, agar praktikum berjalan dengan baik.
PENGENALAN ALAT-ALAT UKUR LISTRIK

A.  Pendahuluan

1.    Latar Belakang

Perkembangan teknologi berjalan dengan sangat pesat, dan meliputi berbagai aspek bidang kehidupan seperti riset, telekomunikasi, industri, hiburan, dan pendidikan. Teknologi mampu mengubah sesuatu pekerjaan yang dilakukan secara manual menjadi otomatis dan juga sesuatu yang analog menjadi digital, sehingga mendorong manusia untuk lebih meningkatkan lagi kemampuan di bidang teknologi. Salah satu yang mengalami perkembangan adalah adalah alat-alat ukur listik dari analog menjadi digital. Perkembangan alat ukur dapat menumbuhkan teknologi dalam bidang elektronika.
Sebagai manusia kita memiliki keterbatasan. Apalagi dalam hal yang berhubungan dengan pengukuran. sehingga, kita membutuhkan suatu alat bantu ukur yang dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan yang kita lakukan. berawal dari kesadaran inilah manusia mulai mengembangkan beberapa teknik untuk menciptakan alat ukur tersebut.
Alat ukur adalah alat yang digunakan untuk mengukur benda atau kejadian tersebut. Seluruh alat pengukur dapat terkena kesalahan peralatan yang bervariasi. Alat ukur listrik digital pada prinsipnya terdiri dari rangkaian elektronik yang berfungsi mengubah sinyal-sinyal listrik dari besaran listrik yang akan diukur menjadi angka-angka yang menyatakan nilai besaran listrik yang diukur itu.
Setiap orang harus megetahui alat-alat ukur listrik digital beserta fungsinya, karena digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Alat ukur digital saat ini banyak dipakai karena praktis, murah dan mudah dioperasikan.  Dari segi efektifitas dan efisiensi, sejauh ini alat ukur listrik digital masih menempati posisi teratas di kalangan penggunanya.
Berdasarkan uraian di atas, maka kita harus melakukan pengenalan alat-alat ukur listrik digital seperti digital LCR meter, digital sound level meter, digital watt meter, digital anemometer, digital manometer, digital infrared thermometer 3 in 1, digital light meter, digital teslameter, digital conductivity meter, GPS dan multimeter mengetahui jenis dan fungsinya masing-masing.

2.    Tujuan

Adapun tujuan pada percobaan Pengenalan Alat-Alat Ukur Listrik adalah untuk mengetahui jenis-jenis alat ukur beserta fungsinya masing-masing.


B.  Kajian Teori
                                                                                              
Sistem pengukuran dikenal ada dikenal sistem pengukuran digital. Sistem digital berhubungan dengan informasi dan data digital. Penunjukan angka digital berupa angka diskret dan pulsa diskontinyu dberhubungan dengan waktu. Penunjukan display dari tegangan atau arus dari meter digital berupa angka tanpa harus membaca dari skala meter. Alat ukur digital saat sekarang banyak dipakai dengan berbagai kelebihannya, murah, mudah dioperaikan dan praktis (Musbee, 2013).
Alat ukur adalah sebuah instrumen dapat didefinisikan sebagai sebuah alat yang digunakan untuk menentukan nilai atau besaran dari suatu kuantitas atau variabel.  Salah satunya adalah alat ukur medan magnet.  Alat ukur tersebut adalah teslameter.  Alat tersebut dapat mengetahui nilai besaran medan magnet.  Adapun alat tersebut sangat mahal sehingga tidak terjangkau.  Banyak aplikasi kumparan seperti transformator dan motor DC (Mufid, 2009).
Pemakaian terpenting adalah sebagai alat ukur arus dan alat ukur tegangan. Pada pemakaian sebagai ampere meter (ammeter), diupayakan semua arus pada suatu titik cabang yang diukur dapat melalui ammeter. Tujuannya adalah pada titik cabang tersebut seolah-olah terjadi hubung singkat, yaitu mempunyai resistansi rendah dan penurunan tegangan yang rendah. Untuk pemakaian sebagai voltmeter (dipasang di antara dua titik), diupayakan agar arus yang lewat ke meter (voltmeter) sekecil mungkin. Tujuannya adalah agar di kedua titik sambungan seolah-olah merupakan rangkaian terbuka, yaitu memiliki resistansi yang sangat besar atau dilewati arus yang sangat kecil (Anggara, 2010).


C.  Metode Praktikum

1.    Alat dan Bahan

Adapun alat dan bahan yang digunakan pada Pengenalan Alat-Alat Ukur Listrik adalah dapat dilihat pada tebel 5.1berikut.
Tabel 5.1 Alat dan Bahan Percobaan Pengenalan Alat-Alat Ukur Listrik
No.
Nama Alat dan Bahan
Kegunaan
1.
Digital LCR meter
Untuk mengukur induktansi dengan range (20 mH-20 H), kapasitansi dengan range (20 nF-1000 µF) dan resistansi dengan range (200 Ω-20 MΩ)
2.
Digital sound level meter
Untuk mengukur intensitas bunyi relati dalam range (30 dB-130dB)
3.
Digital watt meter
Untuk mengukur daya listrik secara langsung dalam range tegangan AC (0-600 V) dan arus (0-10 A) atau (0-6000 watt) dengan karakteristik frekuensi (45 Hz-65 Hz)
4.
Digital Anemometer
Untuk mengukur kecepatan aliran udara/angin dalam range (80 ft/min – 58,3 knots) atau (0,4m/dt – 30 m/det). 
5.
Digital Manometer
Untuk mengukur tekanan udara
6.
Digital Infrared Thermometer 3
in 1
Mengukur temperatur tanpa kontak  langsung pada range  (-20 C – 400 C)
7.
Digital Light meter (lux meter)
Untuk mengukur intensitas cahaya dalam range (0-400.000 lux)
8.
Digital Teslameter (EMF TESTER)
Mengukur intensitas medan radiasi  elektromagnetik
9.
Digital condoctivity meter
Untuk mengukur konduktivitas panas suatu bahan dalam range (20 µS – 200 mS).
10.
GPS
Menentukan posisi di permukaan bumi
11
Global water/Current Meter
Untuk mengukur kecepatan arus air
12.
Multimeter
Untuk mengukur arus, hambatan dan tegangan.


2.    Prosedur Kerja

Adapun langkah-langkah pada percobaan Pengenalan Alat-Alat ukur Listrik adalah sebagai berikut.
a.    Mengambil digital LCR meter.
b.    Mengetahui fungsi dari masing-masing tombol yang ada pada digital LCR meter.
c.    Mengambil gambar digital LCR meter.
d.   Mengulangi langkah (1) sampai (3) untuk alat-alat ukur yang lain.


D.  Hasil dan Pembahasan

1.    Hasil

Hasil pengamatan pada percobaan alat-alur ukr listrik digital adalah sebagai berikut.
a.    Digital LCR Meter

6
5
4
 3
2
1
 
Gambar 5.1 Digital LCR Meter

Keterangan:
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran
2.    Tombol ON/OFF untuk menyalakan dan mematikan alat
3.    Tombol R,C,R untuk menentukan daerah pengukuran (apakah untuk mengukur resistansi, induktansi dan kapasitansi).
4.    Saklar putar untuk menunjukkan daerah pengukuran atau memilih batas ukur.
5.    Input positif sebagai sumber masukkan positif
6.    Input negatif sebagai sumber masukkan negatif.






b.   Digital Sound Level Meter

6
5
 3
4
2
 1
Gambar 5.2 Digital Sound Level Meter

Keterangan :
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran
2.    Power untuk menyalakan dan mematikan alat
3.    Hold untuk menghentikan angka-angka yang berubah-ubah.
4.    Rec max/min untuk menampilkan nilai tertinggi dan nilai terendah hasil pengukuran.
5.    0c/0f untuk mengukur suhu ruangan.
6.    Range untuk mengetahui daerah jangkauan pengukuran.

c.    Digital Watt Meter

 2
 5
 4
 3
 5
 1
        Gambar 5.3 Digital Watt Meter


Keterangan :
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran
2.    Watt Zero Adjust digunakan untuk tampilan pada layar display bernilai nol.
3.    Tombol X untuk menentukan batas ukur yang digunakan sesuai dengan batas yang telah ditentukan di sebelah tombol.
4.    Power source (watt dan 10a) sebagai masukkan kabel power sumber (input).
5.    Load (terminal com dan v) sebagai masukkan kabel beban (output).

d.   Digital Anemometer
 6
 5
 4
 3
 2
 1
Gambar 5.4 Digital Anemometer

Keterangan :
1.    Baling-baling untuk menandakan adanya aliran angin
2.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran
3.    Max/min untuk melihat nilai terbesar atau nilai terkecil dari hasil yang diperoleh
4.    Hold untuk menghentikan nilai yang berubah-ubah.
5.    Power untuk menghidupkan dan mematikan alat.
6.    Unit untuk mengubah satuan.
e.    Digital Manometer
 6
 7
 4
 5
 3
 2
 1
Gambar 5.5 Digital Manometer

Keterangan :
1.    Tombol kalibrasi untuk mengkalibrasi alat.
2.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran.
3.    Power untuk menyalakan dan mematikan alat.
4.    Hold untuk menghentikan angka yang berubah-ubah.
5.    Zero adjust digunakan agar tampilan pada layar display bernilai nol.
6.    Unit untuk mengubah satuan.
7.    Max/min untuk melihat nilai terbesar atau terkecil dari hasil pengukuran.









f.      Digital Infared Thermometer 3 in 1

 8
 7
 6
 5
 4
 3
 1
 2
            Gambar  5.6 Digital infrared thermometer 3 in 1

Keterangan:
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran.
2.    Power untuk menghidupkan atau mematikan alat.
3.    Hold untuk menghidupkan lampu layar.
4.    Rec.max/min untuk untuk melihat nilai terbesar n trkecil dari hasil yang diperoleh.
5.    Sensor berfungsi iuntuk mengubah tipe K,J,R,E,T.
6.    0c/0f untuk mengubah satuan 0c ke 0f atau sebaliknya.
7.    Emis>25 laser i/o untuk menghidupka sensor.
8.    Rel mengatur K,J,R,E,T.



g.    Digital Ligt Meter (lux Meter)

 7
 6
 5
 4
 3
 2
 1
       Gambar 5.7  Lux Meter

Keterangan :
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran.
2.    Sensor untuk mendeteksi cahaya.
3.    Power untuk menyalakan dan mematikan alat.
4.    Hold untuk menghentikan angka pengukuran yang berubah-ubah (mengkonstankan angka).
5.    Rec max/min untuk menentukan nilai tertinggi dan nilai terndah hasil pengukuran.
6.    Range untuk mengkalibrasi alat.
7.    Zero adjust digunakan agar angka pada layar display bernilai nol.








h.   Emf Tester (Digital Teslameter)

 1
 3
 2
Gambar 5.8 Digital Teslameter

Keterangan :
1.    Sensor, untuk mendeteksi radiasi elektromagnetik.
2.    Layar display, untuk menampilkan hasil p-engukuran.
3.    Tombol x untuk mengubah nilai range dan mematikan alat

i.       Digital Conductivity Meter
 3
 2
 1
Gambar 5.9 Digital Conductivity Meter

Keterangan :
1.    Layar display berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran.
2.    Power berfungsi untuk menyalakan dan mematikan alat.
3.    Sensor berfungsi untuk mendeteksi konduktivitas panas suatu bahan.

J.    GPS
 1
 
 10
 9
 8
7
 6
 2
 5
 4
 3
Gambar 5.10 GPS
Keterangan :                                                                          
1.      On/of untuk menghidupkan atau mematikan GPS.
2.      Find untuk menemukan satelit.
3.      Shourcut ke menu utama untuk menampilkan menu utama.
4.      Oke sebagai tombol untuk memilih.
5.      Sound untuk mengatur suara pada GPS.
6.      Menu untuk menampilkan menu yang ada pada GPS.
7.      Zoom in untuk memperbesar tampilan.
8.      Navigasi untuk mkenggerakkan kursor.
9.      Zoom out untuk memperkecil tampilan.
10.  Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran.





K.  Global Water


 3
2
 1
     
           Gambar 5.11 Global water

Keterangan :
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran.
2.    Baling-baling untuk menandakan adanya aliran air.
3.    Skala untuk mengukur kedalaman air.















L.     Multimeter
1
 
2
3
4
5
Gambar 5.12 Multimeter

Keterangan :
1.    Layar display untuk menampilkan hasil pengukuran
2.    Hold untuk mengkonstankan angka pada layar display.
3.    Probe berfungsi sebagai test pin positif dan test pin negatif.
4.    Range untuk melemahkan masukan agar tegangan masukan sesuai dengan nilai yang diinginkan.
5.    Saklar pemutar untuk memilih berbagai fungsi pengukuran dalam instrumen tersebut.


2.    Pembahasan

Sebagai manusia kita memiliki keterbatasan.  Apalagi dalam hal yang berhubungan dengan pengukuran. Sehingga, kita membutuhkan suatu alat bantu ukur yang dapat mempermudah dan mempercepat pekerjaan yang kita lakukan. Berawal dari kesadaran inilah, manusia mulai mengembangkan beberapa teknik untuk menciptakan alat bantu ukur tersebut. Sejak zaman dahulu hingga sekarang perkembangan alat ukur terus mengalami kemajuan.  Dimulai dari alat ukuryang menggunakan tenaga manusia/manual hingga alat ukur listrik.  Dari alat ukur listrik analog hingga berekspansi pada alat ukur listrik digital.  Dari segi efektifitas dan efisiensi, sejauh ini alat ukur listrik digital masing menempati posisi teratas.  Sehingga, banyak pengguna yang lebih memilih untuk menggunakan alat ukur listrik digital daripada analog. 
Pada praktikum alat-alat ukur listrik digital ini, diperkenalkan 12 macam alat ukur listrik digital, yakni: Digital Sound Level Meter, Digital Anemometer, Digital Infra Red Thermometer 3 in 1, Digital Teslameter, Sadan Global Water/Current Meter, GPS, Multimeter, Digital Watt meter, digital LCR meter, dan digital manometer.  Masing-masing alat ini memiliki kapasitas dan kapabilitas yang berbeda satu sama lain. 
LCR meter adalah suatu alat untuk mengukur induktansi, kapasitansi, dan resistansi suatu komponen.Cara kerja LCR meter pada umumnya adalah dengan memberi sumber tegangan AC pada komponen yang diukur. Tegangan dan arus pada komponen tersebut digunakan untuk menentukan impedansi. Sedangkan beda sudut fasa antara tegangan dan arus digunakan untuk menentukan besar induktansi atau kapasitansi atau resistansi pada komponen tersebut.
Digital LCR meter memiliki 6 tombol dan tombol tersebut memiliki fungsi masing-masing. Layar display  berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Tombol ON/OFF berfungsi untuk menyalakan dan mematikan alat. Tombol L,C,R berfungsi untuk menentukan daerah pengukuran (apakah untuk mengukur resistansi, induktansi dan kapasintansi). Saklar pemutar berfungsi untuk menunjukan derah pengukuran atau memilih batas ukur. Input Positif berfungsi sebagai masukan positif. Input negatif berfungsi sebagai masukan negatif.
Digital Sound level meter digunakan untuk mengukur suara. Prisip kerjanya adalah tekanan suara diubah menjadi tegangan melalui mikrofon dengan mengubah tekanan menjadi gerakan. Gerakan ini selanjutnya diubah menjadi tegangan oleh tranduser yang cocok biasanya tipe kapasitansi piezoelektrik atau tipe kumparan berputar. Berikutnya setelah penguat pertama adalah jaringan imbangan. Jaringan ini adalah suatu filter elektris yang mempunyai tanggapan frekuensi disesuaikan sehingga mendekati tanggapan frekuensi telinga manusia rata-rata. Jaringan timbangan adalah filter elektris yang dirancang mendekati tanggapan pendengaran manusia pada tiga tingkat kenyaringan yang berbeda. Sehingga pembacaan instrument akan menyatakan kenyaringan yang terasakan.
Digital sound level meter memiliki 6 tombol dan masing-masing tombol mempunyai fungsi masing-masing. Layar display  berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Power berfungsi untuk menyalakan dan mematikan alat. Hold berfungsi untuk menghentikan angka-angka yang berubah-ubah. Rec max/min berfungsi untuk menampilkan nilai tertinggi dan nilai terendah hasil pengukuran.  Range berfungsi untuk mengetahui daerah jangkauan pengukuran.
Anemometer adalah sebuah alat yang mampu untuk mengukur kecepatan angin. dalam satuan pengukur anemometer ini biasanya digunakan : m/s, km/h, ft/m, knots. Adapun cara kerja anemometer ini adalah ketika angin meniup baling-baling alat ini, dan melalui putaran baling-baling tersebut dikirim ke perangkat pembacanya lalu ditampilkan pada monitor berbetuk digital.
Digital sound level meter memiliki 6 tombol dan masing-masing tombol mempunyai fungsi masing-masing. Baling-baling berfungsi untuk menandakan adanya aliran angin. Layar display  berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Power berfungsi untuk menyalakan dan mematikan alat. Hold berfungsi untuk menghentikan angka-angka yang berubah-ubah. Max/min berfungsi untuk menampilkan nilai tertinggi dan nilai terendah hasil pengukuran.  Unit berfungsi untuk mengubah satuan.
Wattmeter pada dasarnya merupakan penggabungan dari dua alat ukur yaitu Amperemeter dan Voltmeter, untuk itu pada Wattmeter pasti terdiri dari kumparan arus (kumparan tetap) (kumparan putar), sehingga pemasangannya juga sama yaitu kumparan arus dipasang seri dengan beban dan kumparan tegangan dipasang paralel dengan sumber tegangan. Apabila alat ukur Wattmeter dihubungkan dengan sumber daya (gambar Rangkaian wattmeter jenis elektrodinamometer), arus yang melalui kumparan tetapnya adalah i1 , serta arus yang melalui kumparan putarnya i2 , dan dibuat supaya masing-masing berbanding lurus dengan arus beban i dan tegangan beban v, maka momen yang menggerakkan alat putar pada alat ukur ini adalah i1. i2 = Kvi untuk arus searah, dimaka K adalah adalah suatu konstanta, dengan demikian besarnya momen berbanding lurus dengan daya pada beban VI .
Digital wattmeter memiliki 5 tombol, dan masing-masing tombol memiliki fungsi masing-masing. Layar display berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Watt zero adjust berfungsi untuk menampilkan angka nol pada layar display. Tombol X berfungsi untuk  menentukan batas ukur yang sesuai dengan batas yang telah ditenteukan di sebelah tombol. Power ource berfungsi sebagai masukan kabel input. Loada berfungsi sebagai masukan kabel beban.
Digital infrared thermometer merupakan alat untuk mengukur temperatur benda atau sistem pada range -200C s/d 4000C dengan menembakkan sinar inframerah pada target. Namun, keistimewaan thermometer ini dibandingkan dengan thermometer lain yaitu alat ini bisa mengukur temperature benda atau sistem tersebut tanpa kontak langsung dengan benda atau sistem yang diukur. Thermometer infrared dinyalakan  dengan menekan tombol ON/OFF, lalu thermometer diarahkan ke benda yang akan diukur suhunya.   Maka, suhu benda akan terbaca pada layar thermometer.
Digital infrared thermometer memiki 8 tombol dan masing-masing tombol memiki fungsi masing-masing. Layar display berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Power berfungsi untuk mematikan dan menyalakan alat. Hold berfungsi untuk menghidupkan lampu layar. Rec. max/min berfungsi untuk melihat nilai terbesar dan terkecil hasil pengukura. sensor berfungsi untuk mengubah K,J,R,E,T. 0c/0f berfungsi untuk mengubah 0 C ke 0 F atau sebaliknya. Emis > 25 laser i/o berfungsi untuk menghidupkan sensor.
Cara kerja GPS atau Global Positioning System adalah dengan menangkap sinyal dari satelit. Dengan GPS kita bisa mengetahui posisi kita di belahan muka Bumi ini, jadi kita tidak lagi tersesat bila kita tahu arah dan posisi yang kita tuju, oleh karenanya penting sebagai salah satu perlengkapan survival. GPS sendiri dalam menentukan titik letak di Bumi mengunakan bantuan penyelarasan (synchronization) sinyal yang mengunakan menggunakan 24 satelit, satelit tersebut kemudian mengirimkan sinyal gelombang mikro ke Bumi. Sinyal ini diterima oleh alat penerima (GPS receiver ) di permukaan, dan digunakan untuk menentukan letak, kecepatan, arah, dan waktu. Satu hal yang perlu di perhatikan, Karena GPS bekerja mengandalkan satelit, maka penggunaannya disarankan di tempat terbuka. Penggunaan di dalam ruangan, akan berakibat GPS tidak akan bekerja secara akurat dan maksimal.
GPS memiliki 10 tombol dan masing-masing tombol memiliki fungsi masing-masing. On/of berfungsi untuk menghidupkan atau mematikan GPS. Find berfungsi untuk menemukan satelit. Shorcut berfungsi untuk menampilkan menu utama. Oke berfungsi sebagai tombol untuk memilih. Sound berfungsi untuk mengatur suara pada GPS. Menu berfungsi untuk menampilkan menu yang ada pada GPS. Zoom berfungsi untuk memperbesar tampilan. Navigasi berfungsi untuk menggerakan kursor. Zoom out berfungsi untuk memperkecil tampilan. Layar display befungsi untuk menampilkan hasil pengukuran.
Multimeter digital yaitu sistem mengubah analog menjadi digital. Dalam artian kata pengukuran dilakukan secara analog (menggunakan bahasa biner) . lalu diubah menjadi digital (bahasa desimal). Prinsip kerja multimeter yaitu banyak masukan, terutama yang berasal dari transduser, merupakan isyarat analog yang harus disandikan menjadi informasi digital sebelum masukan itu diproses, dianalisa atau disimpan didalam kalang digital. Pengubah mengambil masukan, mencobanya, dan kemudian memproduksi suatu kata digital bersandi yang sesuai dengan taraf dari isyarat analog yang sedang diperiksa. Keluaran digital bisa berderet (bit demi bit) atau berjajar dengan semua bit yang disandikan disajikan serentak. Dalam sebagian besar pengubah, isyarat harus ditahan mantap selama proses pengubahan.
Multimeter digital memiliki 5 tombol dan masing-masing tombol memiliki fungsi masing-masing. Layar display berfungsi untuk menampilkan hasil pengukuran. Hold berfungsi untuk mengkonstankan angka pada layar display. Probe berfungsi untuk test pin postif dan test pin negatif. Range berfungsi untuk melemahkan masukan  agar tegangan masukan sesuai dengan nilai yag diinginka. Saklar pemura berfungsi untuk memilih pengukuran.








E.  Penutup

1.    Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang diperoleh dari percobaan alat-alat ukur adalah alat-alat ukur digital merupakan alat alat ukur  yang prinsipnya terdiri dari rangkaian elektronik yang berfungsi mengubah sinyal-sinyal listrik dari besaran listrik yang akan diukur menjadi angka-angka yang menyatakan nilai besaran listrik yang diukur itu.

2.    Saran

a.    Pengelola Laboratorium
Sebaiknya para praktikan lebih ditekankan lagi untuk menjaga kebersihan laboratorium.
b.    Asisten
Sebaiknya alat-alat ukur listrik digital tidak hanya diperkenalkan jenis dan fungsi-fungsinya saja, tetapi harus kita praktekan secara langsung.
c.    Praktikan
Para praktikan instrumen kita harus mejaga ketertiban jalannya praktikum, agar praktikum berjalan dengan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar