Selasa, 30 Juni 2015

makalah model pembelajaran pendekatan scientific dan model pembelajaran berbasis masalah



Makalah

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR
(Model Pembelajaran Pendekatan Scientific Dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah)


 





OLEH
(KELOMPOK IV)
1.      ZOE TRIANI.S                     (A1C3 13 094)
2.      ISWAN LABUDU                (A1C3 11 088)
3.      AZIZ BARIATMO               (A1C3 11 014)
4.      ROSNAINI GAMSIR          (A1C3 13 054)
5.      HUSNUL KHATIMA          (A1C3 13 112)
6.      IIN SAPUTRI                       (A1C3 13 016)
7.      WAODE KUASA                 (A1C3 13 070)
8.      MUH ARBI                           (A1C3 13 0)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU OLEO
KENDARI
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat rahmat dan karunia-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan makalah “Model Pembelajaran Scientific Dan Model Pembelajaran Berbasis Masalah” dengan baik, guna melaksanakan tugas kami sebagai mahasiswa.
Penulis menyadari bahwa sebagai manusia bukanlah mahluk yang sempurna, sehingga tidak mungkin melepaskan diri dari berbagai kelemahan dan sifat alpa. Kondisi tersebut berpengaruh langsung pada isi makalah ini, yang secara pasti tidak dapat lepas dari berbagai kekurangan. Untuk itu dengan rendah hati dan penuh harapan, penulis menunggu kritik-kritik dan saran-saran yang membangun dari pembaca. Kesediaan pembaca menyampaikan bahan masukan sangat berharga bagi penulis, guna melakukan perbaikan-perbaikan dan penyempurnaan isi makalah ini yang berikutnya.
Dalam kesempatan yang sangat baik ini, izinkan penulis menyampaikan terima kasih yang tulus bagi pihak-pihak yang telah banyak membantu dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu teriring pula doa penulis semoga kebaikan tersebut mendapat balasan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa. Semoga makalah yang sederhana ini dapat dipetik manfaatnya oleh pihak-pihak yang memerlukannya.

                                                                                              Kendari,    Oktober 2014


                                                                                                   Penulis



DAFTAR ISI
                                                                                   
KATA PENGANTAR.................................................................................. i
DAFTAR ISI................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................
1.1.Latar Belakang ………………………..…………………………….1
1.2.Rumusan  Masalah............................................................................ 2
1.3.Tujuan penulisan............................................................................... 2
1.4  Manfaat Penulisan............................................................................ 3
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................. 4
2.1  Konsep Dasar Pendekatan Scientific ...........................................
2.2  Langkah-Langkah Pendekatan Scientific......................................
2.3  Latar Belakang Filosofis Pembelajaran Berbasis Masalah
(PBM)............................................................................................
2.4  Konsep Dasar dan Karakteristik PBM..........................................
2.5  Hakikat Masalah dalam Pembelajarn Berbasis Masalah................
2.6  Sintaks Model Pembelajarn Berbasis Masalah..............................
2.7   Keunggulan dan Kelemahan PBM ..............................................
BAB III PENUTUP.......................................................................................
3.1  Kesimpulan.....................................................................................
3.2  Saran..............................................................................................
DAFTAR PUSTAKA





BAB I
PENDAHULUAN


1.1    Latar Belakang
Kurikulum 2013 mengajak kita semua untuk semangat dan optimis akan meraih pendidikan yang lebih baik. Kurikulum 2013 yang menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah sebagai katalisator utamanya atau perangkat atau apa pun itu namanya. Pendekatan ilmiah (scientific approach) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan peserta didik dalam pendekatan atau proses kerja yang memenuhi kriteria ilmiah. Dalam konsep pendekatan scientific yang disampaikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.
            Selain itu dalam proses belajar mengajar diperlukan adanya model pembelajran,salahsatunya yaitu model pembelajaran berbasis masalah. Model pembelajaran berbasis masalah yaitu pembelajaran yang dipusatkan pada siswa melalui pemberian masalah di awal pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Soedjadi (200 : 99) bahwa: “ Model pembelajaran berbasis masalah memulai pembelajaran  dengan masalah yang kompleks misalnya tentang hal-hal dalam kehidupan sehari-hari, kemudian dikupas  menuju kepada  konsep-konsep sederhana yang terkait”. Dengan pemberian masaalah diawal pembelajaran pada pembelajaran  berbasis masalah  diharapkan nantinya mampu membawa  sisiwa untuk berpikir kritis, kreatif, dan mempunyai  keterampilan memecahkan masalah, serta memperoleh pengetahuan dan konsep dasar dari materi yang  diajarkan tersebut. Setelah pemberian masalah di awal  pembelajaran kemudian  dilanjutkan  dengan adanya pengorganisasian siswa untuk belajar, melakukan penyelidikan dan diakhiri dengan penyajian hasil karya serta pengevaluasian proses pemecahan masalah. Sehingga dari pemecahan masalah tersebut siswa  dapat  menemukan konsep  dengan  membangunnya sendiri.
Pada hakikatnya, proses belajar mengajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya memiliki berbagai komponen yang saling bekerja sama dan terpadu untuk mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen tersebut adalah tujuan pengajaran, guru dan peserta didik, bahan pelajaran, metode dan strategi belajar mengajar, alat atau media, sumber pelajaran dan evaluasi. Tentu saja, sebelum memutuskan untuk menerapkan metode dan media tertentu dalam pembelajaran, guru hendaknya terlebih dahulu mengenali karakteristik siswa dan karakteristik bahan ajar.
Dalam konsep lama model penyampaian informasi, pendidik (teacher) berperan sebagai seorang expert yang menyampaikan informasi kepada peserta didik (learner). Akan tetapi, seiring dengan perubahan kurikulum, pembelajaran dituntut untuk lebih melibatkan peran aktif peserta didik (Nurul, 2009). Apalagi saat ini siswa mempunyai kreativitas yang lebih tinggi, memiliki keinginan untuk mencari dan mendapatkan sesuatu yang baru, anti kemonotonan dan berjiwa dinamis. Karakter seperti ini tentu saja harus diikuti dengan pola pengajaran guru yang mampu menampung perubahan tersebut. Guru hendaknya memiliki kepekaan menyediakan, menunjukkan, membimbing, dan memotivasi siswa agar mereka dapat berinteraksi dengan berbagai sumber belajar yang ada.                
1.2    Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut :
a)      Bagaimana Konsep Dasar Pendekatan Scientific ?
b)      Bagaimana Langkah-langkah Pendekatan Scientific ?
c)      Bagaimana Latar Belakang Filosofis Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
d)     Bagaimana Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
e)      Bagaimana Hakikat Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
f)       Bagaimana Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
g)      Bagaimana Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) ?
1.3    Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a)      Mengetahui Konsep Dasar Pendekatan Scientific.
b)      Mengetahui Langkah-langkah Pendekatan Scientific.
c)      Mengetahui Latar Belakang Filosofis Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
d)     Mengetahui Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
e)      Mengetahui Hakikat Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
f)       Mengetahui Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
g)      Mengetahui Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
1.4    Manfaat Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
a)      Dapat mengetahui Konsep Dasar Pendekatan Scientific.
b)      Dapat mengetahui Langkah-langkah Pendekatan Scientific.
c)      Dapat mengetahui Latar Belakang Filosofis Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
d)     Dapat mengetahui Konsep Dasar dan Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
e)      Dapat mengetahui Hakikat Masalah dalam Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
f)       Dapat mengetahui Sintaks Model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).
g)      Dapat mengetahui Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).




BAB II
                                                       PEMBAHASAN                    

2.1     KONSEP DASAR PENDEKATAN SCIENTIFIC

Pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar  peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal, memahami  berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber  melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan keterampilan proses seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan, dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru diperlukan. Akan tetapi bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan semakin bertambah dewasanya siswa atau semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar yaitu teori Bruner, teori Piaget, dan teori Vygotsky.  Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan. Ada empat hal pokok berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund, 1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang merupakan suatau penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memiliki kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal di atas adalah bersesuaian dengan proses kognitif yang diperlukan dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa. Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi. Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu asimilasi dan akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada didalam pikirannya. Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan atau ekuilibrasi antara asimilasi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya  menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada dalam zone of proximal development daerah terletak antara tingkat perkembangan anak saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu. (Nur dan Wikandari, 2000:4).



Ø  Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.      berpusat pada siswa.
2.      melibatkan keterampilan proses sains dalam mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip.
3.      melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4.      dapat mengembangkan karakter siswa.
Ø  Tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific didasarkan pada keunggulan pendekatan tersebut.
            Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan scientific adalah:
1.      untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa.
2.      untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara sistematik.
3.      terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
4.      diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5.      untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis artikel ilmiah.
6.      untuk mengembangkan karakter siswa.
Ø  Beberapa prinsip pendekatan scientific dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1.      pembelajaran berpusat pada siswa
2.      pembelajaran membentuk students’ self concept
3.      pembelajaran terhindar dari verbalisme
4.       pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5.      pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
6.      pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
7.      memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8.       adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.

2.2     LANGKAH-LANGKAH PENDEKATAN SCIENTIFIC

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam proses pembelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan saintifik  dalam pembelajaran disajikan  sebagai berikut:
a.    Mengamati (observasi)
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik. Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Kegiatan  mengamati dalam pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81A/2013, hendaklah  guru membuka secara luas dan bervariasi kesempatan peserta didik untuk melakukan pengamatan melalui kegiatan: melihat, menyimak, mendengar, dan membaca. Guru memfasilitasi peserta didik untuk melakukan pengamatan, melatih mereka untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda atau objek. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari informasi.
b.      Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat. Guru perlu membimbing peserta didik untuk dapat mengajukan pertanyaan: pertanyaan tentang yang hasil pengamatan objek yang konkrit sampai kepada yang abstra berkenaan dengan fakta, konsep, prosedur, atau pun hal lain yang lebih abstrak. Pertanyaan yang bersifat faktual sampai kepada pertanyaan yang bersifat hipotetik. Dari situasi di mana peserta didik dilatih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan sampai ke tingkat di mana peserta didik mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Dari kegiatan kedua dihasilkan sejumlah pertanyaan. Melalui kegiatan bertanya dikembangkan rasa ingin tahu peserta didik. Semakin terlatih dalam bertanya maka rasa ingin tahu semakin dapat dikembangkan. Pertanyaan terebut menjadi dasar untuk mencari informasi yang lebih lanjut dan beragam dari sumber yang ditentukan guru sampai yang ditentukan peserta didik, dari sumber yang tunggal sampai sumber yang beragam.
Kegiatan “menanya” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah  mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik). Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c.       Mengumpulkan Informasi
Kegiatan “mengumpulkan informasi”  merupakan tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan  dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Untuk itu peserta didik dapat membaca buku yang lebih banyak, memperhatikan fenomena atau objek yang lebih teliti, atau bahkan melakukan eksperimen. Dari kegiatan tersebut terkumpul sejumlah informasi. Dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, aktivitas mengumpulkan informasi dilakukan  melalui eksperimen,  membaca sumber lain selain buku teks,  mengamati objek/ kejadian/, aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat.
d.      Mengasosiasikan/ Mengolah Informasi/Menalar
Kegiatan “mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah memproses  informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi. Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan. Kegiatan ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainya, menemukan pola dari keterkaitan  informasi tersebut. Adapun kompetensi yang diharapkan adalah  mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Aktivitas ini juga diistilahkan sebagai kegiatan menalar, yaitu proses berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan.  Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah tersedia.
e.       Menarik kesimpulan
Kegiatan menyimpulkan  dalam pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan  mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan antar informasi dan menemukan berbagai pola dari keterkaitan tersebut, selanjutnya secara bersama-sama dalam satu kesatuan kelompok, atau  secara individual membuat kesimpulan.
f.       Mengkomunikasikan
Pada pendekatan scientific guru diharapkan memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengkomunikasikan apa yang telah mereka pelajari. Kegiatan ini dapat dilakukan melalui  menuliskan atau menceritakan apa yang ditemukan dalam kegiatan mencari informasi, mengasosiasikan dan menemukan pola. Hasil tersebut disampikan di kelas dan dinilai oleh guru sebagai hasil belajar peserta didik atau kelompok peserta didik tersebut. Kegiatan “mengkomunikasikan” dalam kegiatan pembelajaran sebagaimana disampaikan dalam Permendikbud Nomor  81a Tahun 2013, adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. 
Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.



2.3     LATAR BELAKANG FILOSOFIS PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

              Pembelajaran Berbasis Masalah dirintis dalam ilmu kesehatan di McMaster University di Kanada pada tahun 1960-an yang diresmikan pada tahun 1968. (Neufeld & Barrows, 1974), karena siswa tidak mampu menerapkan sejumlah besar mereka pengetahuan ilmiah dasar untuk situasi klinis. Tak lama kemudian, tiga sekolah medis lain - University of Limburg di Maastricht (Belanda), University of Newcastle (Australia), dan University of New Mexico (Amerika) mengambil McMaster model pembelajaran berbasis masalah. (diadopsi oleh lain program-program sekolah kedokteran (Barrows, 1996) dan juga telah diadaptasi untuk instruksi sarjana (Boud dan Feletti, 1997; Duch et al, 2001. ; Amador et al, 2006))
Landasan Teoretik Model Pembelajaran Berbasis Masalah
Temuan-temuan dari psikologi kognitif menyediakan landasan teoretis untuk meningkatkan pengajaran secara umum dan khsususnya problem based learning (PBL). Premis dasar dalam psikologi kognitif adalah belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan baru yang berdasarkan pada pengetahuan terkini. Mengikuti Glaser (1991) secara umum diasumsikan bahwa belajar adalah proses yang konstruktif dan bukan penerimaan. Proses-proses kognitif yang disebut metakognisi mempengaruhi penggunaan pengetahuan, dan faktor-faktor sosial dan kontektual mempengaruhi pembelajaran.
            Pada proses pembelajaran di kelas hingga saat ini masih ada juga ditemukan pengajar yang memposisikan peserta didik sebagai objek belajar, bukan sebagai individu yang harus dikembangkan potensi yang dimilikinya. Hal ini dapat mematikan potensi peserta didik. Dan dalam keadaan tersebut peserta didik hanya mendengarkan pidato guru di depan kelas, sehingga mudah sekali peserta didik merasa bosan dengan materi yang diberikan. Akibatnya, peserta didik tidak paham dengan apa yang baru saja disampaikan oleh guru.

Jadi dalam konsep dasar yang melatar belakangi model pembelajaran berbasis masalah adalah pembelajaran yang menekankan pada proses penyelesaian masalah. Dalam implementasi model pembelajaran berbasis masalah, guru perlu memilih bahan pelajaran yang memiliki permasalahan yang dapat dipecahkan. Model pembelajaran berbasis masalah ini dapat diterapkan dalam kelas jika :
a)      Guru bertujuan agar peserta didik tidak hanya mengetahui dan hafal materi pelajaran saja, tetapi juga mengerti dan memahaminya.
b)      Guru mengiginkan agar peserta didik memecahkan masalah dan membuat kemampuan intelektual siswa bertambah.
c)      Guru menginginkan agar peserta didik dapat bertanggung jawab dalam belajarnya.
d)     Guru menginginkan agar peserta didik dapat menghubungkan antara teori yang dipelajari di dalam kelas dan kenyataan yang dihadapinya di luar kelas.
e)      Guru bermaksud mengembangkan kemampuan peserta didik dalam menganalisis situasi, menerapkan pengetahuan, mengenal antara fakta dan pendapat, serta mengembangkan kemampuan dalam membuat tugas secara objektif.
            Pada model pembelajaran berbasis masalah berbeda dengan model pembelajaran yang lainnya, dalam model pembelajaran ini, peranan guru adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menetapkan topik masalah yang akan dibahas, walaupun sebenarnya guru telah menetapkan topik masalah apa yang harus dibahas. Hal yang paling utama adalah guru menyediakan perancah atau kerangka pendukung yang dapat meningkatkan kemampuan penyelidikan dan intelegensi peserta didik dalam berpikir. Proses pembelajaran diarahkan agar peserta didik mampu menyelesaikan masalah secara sistematis dan logis. Model pembelajaran ini dapat terjadi jika guru dapat menciptakan lingkungan kelas yang terbuka dan jujur, karena kelas itu sendiri merupakan tempat pertukaran ide-ide peserta didik dalam menanggapi berbagai masalah.
            Jika dilihat dari sudut pandang psikologi belajar, model pembelajaran ini berdasarkan pada psikologi kognitif yang berakar dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Melalui model pembelajaran ini peserta didik dapat berkembang secara utuh, artinya bukan hanya perkembangan kognitif, tetapi peserta didik juga akan berkembang dalam bidang affektif dan psikomotorik secara otomatis melalui masalah yang dihadapi. Model pembelajaran berbasis masalah mengambil psikologi kognitif sebagai dukungan teoritisnya. Fokus pembelajaran pada model ini menekankan pada apa yang peserta didik pikirkan selama mereka terlibat dalam proses pembelajaran, bukan pada apa yang mereka kerjakan dalam proses pembelajaran.

2.4     KONSEP DASAR DAN KARAKTERISTIK PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

A.    Konsep Dasar Pembelajaran Berbasis Masalah
Pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu setrategi pembelajaran yang dapat membawa siswa pada pembentukan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Dengan pendekatan ini memberikan peluang bagi siswa untuk melakukan penelitian dengan berbasis masalah nyata dan autentik.
Teori Tentang Pembelajaran Berbasis Masalah  Sebagai suatu pendekatan pembelajaran, maka pembelajaran berbasis masalah didasarkan oleh landasan yang kuat oleh berbagai ahli.
1.      John Dewey.
Pandangan Dewey tentang pendidikan melihat sekolah sebagai pencerminan masyarakat yang lebih besar dan kelas menjadi labolatorium untuk penyelidikan dan pengentasan masalah kehidupan nyata.


2.      Piaget, dan Vygotsky
            Pembelajaran berbasis masalah meminjam pendapat Piaget bahwa apabila pelajar dilibatkan dalam proses mendapat informasi dan mengkonstruksi pengetahuannya sendiri, maka pembelajaran akan menjadi bermakna.
Sementara Vygostky yakin bahwa intelektual berkembang ketika individu menghadapi pengalaman baru dan membingungkan dan ketika mereka berusaha mengatasi deskripansi yang timbul oleh pengalaman-pengalaman ini. Menurut Vygotsky siswa memiliki dua tingkat perkembangan berbeda yaitu:
a.       Tingkat perkembangan actual, yang menentukan fungsi intelektual individu saat ini dan kemampuannya untuk mempelajari sendiri hal-hal tertentu.
b.      Tingkat perkembangan potensial yaitu  yang dapat difungsikan atau dicapai oleh individu dengan bantuan orang lain, misalnya guru, orang tua atau bahkan teman sebaya yang lebih cerdsa, maju dan berkembang.
3.      Bruner
Bruner berpendapat bahwa pada hakekatnya tujuan pembelajaran bukan hanya memperbesar dasar pengetahuan siswa, tetapi juga untuk menciptakan berbagai kemungkinan untuk invention (penciptaan) dan discovery (penemuan).
Bruner menganggap sangat penting peran dialog dan interaksi social dalam proses pembelajaran.Berdasarkan dari konsep Bruner, maka seorang guru yanga akan menggunakan pendekatan berbasis masalah harus menekankan pada beberapa hal berikut ini dalam proses pembelajarannya:
a.   Memberikan tekanan yang kuat untuk membangun keterlibatan aktif semua siswa dalam setiap langkah dan proses pembelajaran yang dilakukan .
b.  Mendorong siswa untuk mengkonstruksi pengetahuan oleh siswa sendiri tanpa dominasi oleh guru.
c.  Guru memberikan pertanyaan-pertanyaan kepada siswa untuk di dalami dalam berbagai kegiatan penyelidikan hingga siswa sampai pada penemuan ide-ide dan mengkonstruksinya menjadi bangunan teori, paling tidak sampai pada pemahamannya yang mendalam tentang teori.
d. Orentasi yang digunakan  adalah induktif bukan orentasi deduktif.
4.  Kunandar
Kunandar (2007:35) menyatakan  bahwa pembelajaran berbasis masalah  adalah suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar tentang cara berpikir dan keterampilan penyelesaian masalah serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari mata pelajaran. Sedangkan Faizin dan Sulistio (2008)  adalah pembelajaran yang terpusat melalui msalah-masalah yang relevan.
5. Suyatno
Suyatno (2009 : 58 ) bahwa : “Model pembelajaran berdasarkan  masalah dalah proses  pembelajaran yang titik  awal pembelajaran  dimulai berdasarkan msalah kehidupan  nyata siswa dirangsang untuk mempelajari masalh berdasarkan pengetahuan dan pengalaman telah mareka miliki sebelumya (prior knowledge) untuk membentuk pengetahuan dan pengalaman baru”.
6. Arends       
Sedangkan  menurut Arends (dalam Trianto 2007 : 68) menytakan bahwa  :”Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran di mana siswa mengerjakan  permasalahan  yang autentik dengan  maksud untuk menyusun pengetahuan mareka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berpikir tingkat tinggi , menembangkan kemandirian dan percaya diri.
B.     Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah
Berbagai pengembang  menyatakan bahwa ciri utama model pembelajaran berdasarkan masalah ini  dalam Trianto (2007 : 68) adalah:
1.                  Pengajuan pertanyaan atau masalah
Guru memunculkan pernyataan yang nyata dilingkungan siswa serta dapat diselidiki oleh siswa kepada masalah  yang auntentik ini dapat berupa cerita , penyajian fenomena tertentu, atau mendemotrasikan suatu kejadian yang mengundang munculnya  permasalahan atau pernyataan.
2.                  Berfous pada keterkaitan antar disiplin
Meskipun pembelajaran berdasarkan malasah mungkit berpusat mata pelajaran tertentu, masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa dapat meninjau  dari berbagai mata pelajaran yang lain.
3.                  Penyelidikan autentik
Pembelajaran berdasarkan masalah mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaikan nyata terhadap masalah yang disajikan. Metode penyelidikan ini tergantung pda masalah  yang sedang dipelajari.
4.                  Menghasilkan  produk atau karya
Pembeljaran berdasarkan  masalah menuntut siswa untuk menghasikan produk tertentu dalam bentuk karya dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian malah  yang mareka temukan. Produk itu dapat juga berupa laporan, model fisik, video maupun program computer.
5.                  Kolaborasi
Pembeljaran berdasarkan masalah dicirikan oleh siswa yang berkerja sama satu dengan yang lainnya, paling sering secra berpasangan atau dalam kelompok  kecil. Bekerjasama untuk terlibat dan saling bertukar pendapat dalma melakukan penyelidikan sehingga dapat menyelesaikan permasalahan yang disajikan.

2.5     HAKIKAT MASALAH DALAM PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Masalah dalam PBM adalah masalah yang bersifat terbuka.Tujuan PBM adalah kemampuan siswa untuk berfikir kritis, analitis, sistematis, dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah.
Hakikat masalah dalam PBM adalah kesenjangan antara situasi nyata dan kondisi yang diharapkan. Kesenjangan tersebut bisa dirasakan dari adanya keresahan, keluhan, kerisauan, atau kecemasan. Oleh karena itu, maka materi pelajaran tidak terbatas pada materi pelajaran yang bersumber dari buku saja, Tetapi dapat bersumber dari peristiwa-peristiwa tertentu  sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Di bawah ini kriteria pemilihan bahan pelajaran dalam PBM.
1.      Bahan pelajaran harus mengandung isu-isu yang mengandung konflik yang bisa bersumber dari berita; rekaman video dan yang lainnya.
2.      Bahannya bersifat familiar dengan siswa, sehingga setiap siswa dapat mengikutinya dengan baik.
3.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang berhubungan dengan kepentingan orang banyak (universal).
4.      Bahan yang dipilih merupakan bahan yang mendukung tujuan atau kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa sesuai kurikulum yang berlaku.
5.      Bahan yang dipilih sesuai dengan minat siswa sehingga setiap siswa merasa perlu untuk mempelajarinya.

2.6     SINTAKS MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

Sintaks merupakan langkah-langkah operasional pembelajaran, Di bawah ini akan dijelaskan langkah-langkah (sintaks). Ada model pembelajaran berdasarkan masalah terdapat lima tahap utama yang dimulai dengan memperkenalkan siswa terhadap masalah yang diakhiri dengan tahap penyajian dan analisis  hasil kerja siswa. Kelima tahapan tersebut disajikan dalam bentul table (Nurhadi,2004:111)










Table Sintaks Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah
Fase Ke-
Indikator
Aktifitas / Kegiatan Guru
1
Orientasi siswa kepada masalah
Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistikyang diperlukan, pengajuan masalah, memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah yang dipilihnya.
2
Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru membantu siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
3
Membimbing penyelidikan individual maupun kelompok
Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen, untuk mendapat penjelasan pemecahan masalah.
4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Guru membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, video, model dan membantu mereka untuk berbagai tugas dengan kelompoknya.
5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Guru membantu siswa melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dalam proses-proses yang mereka gunakan.

2.7     KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH

A.    Kelebihan  Pembelajaran Berbasis Masalah
Kelebihan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
a.       Mengembangkan pemikiran kritis dan keterampilan kreatif
b.      Meningkatkan kemampuan memecahkan masalah
c.       Meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
d.      Membantu siswa belajar untuk mentransfer pengetahuan dengan situasi baru
e.       Dapat mendorong siswa/mahasiswa mempunyai inisiatif untuk belajar secara mandiri
f.       Mendorong kreativitas siswa dalam pengungkapan penyelidikan masalah yang telah ia lakukan
g.      Dengan PBM akan terjadi pembelajaran bermakna.
h.      Dalam situasi PBM, siswa/mahasiswa mengintegrasikan pengetahuan dan ketrampilan secara simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
i.        PBM dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif siswa/mahasiswa dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.
B.     Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah
Kekurangan Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pemanfaatannya adalah sebagai berikut.
a.       Kurang terbiasanya peserta didik dan pengajar dengan metode ini. Peserta didik dan pengajar masih terbawa kebiasaan metode konvensional, pemberian materi terjadi secara satu arah.
b.      Kurangnya waktu pembelajaran. Proses PBM terkadang membutuhkan waktu yang lebih banyak. Peserta didik terkadang memerlukan waktu untuk menghadapi persoalan yang diberikan. Sementara, waktu pelaksanaan PBM harus disesuaikan dengan beban kurikulum.
c.       Siswa tidak dapat benar-benar tahu apa yang mungkin penting bagi mereka untuk belajar, terutama di daerah yang mereka tidak memiliki pengalaman sebelumnya.
d.      Seorang guru mengadopsi pendekatan PBM mungkin tidak dapat untuk menutup sebagai bahan sebanyak kursus kuliah berbasis konvensional. PBM bisa sangat menantang untuk melaksanakan, karena membutuhkan banyak perencanaan dan kerja keras bagi guru. Ini bisa sulit pada awalnya bagi guru untuk “melepaskan kontrol” dan menjadi fasilitator, mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan yang tepat dari pada menyerahkan mereka solusi.
e.     Sering terjadi miss-konsepsi.






















BAB III
PENUTUP

3.1  Kesimpulan
           Berdasarkan hasil pembahasan diperoleh beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1.      Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (saintifik aproach) dalam pembelajaran semua mata pelajaran meliputi menggali informasi melaui pengamatan, bertanya, percobaan, kemudian mengolah data atau informasi, menyajikan data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, menalar, kemudian menyimpulkan, dan mencipta. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi  tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah.
2.      Pembelajaran Berbasis Masalah adalah suatu proses pembelajaran yang keterlibatan siswanya lebih besar dalam pemecahan suatu masalah melalui tahap-tahap metode ilmiah sehingga siswa dapat mempelajari pengetahuan yang berhubungan dengan masalah yang disajikan oleh pendidik dengan berbekal pengetahuan yang dimiliki sebelumnya sehingga dari prior knowledge ini akan terbentuk pengetahuan dan pengalaman baru.




3.2  Saran
Sebagai calon tenaga pendidik kita seharusnya mengerti dan memahami cara dan hal-hal yang berkaitan dengan perkembangan peserta didiknya dalam proses belajar dan mengajar, sehingga kita mengetahui dan memahami pula strategi apa yang bisa dipakai dalam proses pembelajaran, guna untuk menciptakan proses pembelajaran yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan untuk anak didik, karena berhasil atau tidaknya suatu pembelajaran bukan hanya dinilai dari hasil evaluasi tetapi juga dalam proses pembelajaran.


















DAFTAR PUSTAKA
Akmar, S. N., Sew, Lee. Integrating Problem-Based Learning (PBL) in Mathematics  
               Method Course. Spring.

 Akhmad, Sudrajat. 2013. Pendekatan Saintifik Ilmiah dalam Pembelajaran                              
               http://akhmadsudrajat.files.wordpress.com. Diunduh pada 16 Maret 2014

Al Muchtar, Suwarma.(2000), Startegi Pembelajaran IPS, UPI. Bandung.
Depdiknas. 2006. Model Pembelajaran Tematik Kelas Awal sekolah Dasar. Jakarta.
                Pusat Kurikulum, Badan Penelitian dan pengembangan.

Reigeluth, C. M. 1983. Instructioanl-design theories and models: An overview of
                their current status. Volume I. New Jersey: Lawrence Erlbaum Associates,
                Publishers.

Senjaya, Wina. (2007), Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media
               Group.

Salvin, Maggi.,Baden, Major, Claire Howell.(2002). Fundation Of Problem-Based
                Learning, SRHE and Open University Press Imprint, General Editor
                Heather Eggis.
Slavin, R. E. 1995. Cooperative learning. Second edition. Boston: Allyn and Bacon.
Suryanti, dkk., 2008. Model-Model pembelajaran Inovatif. Surabaya. Universitas
                Negeri Surabaya.
http://ruangkreasikita.blogspot.com/2014/03/kurikulum-2013-konsep-dasar-pendekatan.html diakses pada tanggal 10 Oktober puku 18.00
Http:// Model Pembelajaran Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM).htm diakses pada tanggal 10 Oktober puku 18.00



Tidak ada komentar:

Posting Komentar