DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR..........................................................................................
DAFTAR
ISI........................................................................................................
BAB
I PENDAHULUAN...................................................................................
A. Latar
Belakang..........................................................................................
B. Rumusan
Masalah.....................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................
BAB
II PEMBAHASAN.....................................................................................
BAB
III PENUTUP.............................................................................................
A. Kesimpulan................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Belajar
merupakan aktivitas penting dalam kehidupan manusia dan setiap orang mengalami
belajar dalam hidupnya. Setiap manusia perlu proses pendewasaan, baik
pendewasaan secara fisik maupun secara psikis atau kejiwaan. Perubahan sebagai
hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk, seperti
kecakapan, kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan atau apresiasi.
Pembelajaran hanya bisa dilakukan
oleh lebih dari satu orang. Dalam pembelajaran tidak hanya ada guru dan siswa
tetapi juga ada kepala sekolah, staff sekolah
hingga teman sejawat yang saling membantu demi terwujudnya pembelajaran.
Studi tentang proses belajar mengajar sangat penting bahkan merupakan suatu
keharusan bagi setiap tenaga pengajar baik di tingkat dasar, menengah pertama,
menengah atas maupun perguruan tinggi. Maka dari itu dalam makalah kami kali
ini akan dibahas tentang “Model Pembelajaran, Pendekatan Pembelajaran, Metode
Pembelajaran, Strategi Pembelajaran, Teknik dan Taktik Pembelajaran”.
B.
Rumusan
Masalah
a. Bagaimana
perbedaan istila model, pendekatan, strategi, motode, teknik, dan taktik pembelajaran ?
b. Bagaimana
pendekatan pembelajaran ?
c. Bagaimana
strategi pembelajaran ?
d. Bagaimana
metode pembelajaran ?
e. Bagaimana
teknik pembelajaran ?
f. Bagimana
model pembelajaran ?
C.
Tujuan
a.
Mengetahui perbedaan
istila model, pendekatan, strategi, motode, teknik, dan taktik pembelajaran ?
b.
mengetahui pendekatan
pembelajaran
c.
mengetahui strategi
pembelajaran
d.
mengetahui metode
pembelajaran
e.
mengetahi teknik
pembelajaran
f.
mengetahui model pembelajaran.
BAB II
A.
Perbedaan
Istila, Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, dan Model Pembelajaran.
Ø
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan
pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita
terhadap proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan
teoretis tertentu. Dilihat dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis
pendekatan, yaitu: (1) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat
pada siswa (student centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang
berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered approach).
Macam -macam pendekatan
pembelajaran yaitu sebagai berikut :
1. Pendekatan
kontekstual
Pendekatan Kontekstual
atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia
nyata. Guru dapat mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang
dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga
dan masyarakat (US Departement of Education, 2001). Dalam konteks ini siswa
perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka dan
bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang mereka
pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapainya. Dalam bentuk pengajaran
kontekstual ini, memingkinkan terjadinya lima bentuk belajar yang penting, yaitu : mengaitkan, mengalami,
menerapkan, kerjasama, dan mentransfer.
2. Pendekatan
kontruktivisme
Pendekatan
konstruktivisme merupakan pendekatan dalam pembelajaran yang lebih menekankan
pada tingkat kreatifitas siswa dalam menyalurkan ide-ide baru yang dapat
diperlukan bagi pengembangan diri siswa yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Dalam
pendekatan konstruktivisme ini peran guru hanya sebagai pembimbing dan pengajar
dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu, guru lebih mengutamakan keaktifan
siswa dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan ide-ide baru
yang sesuai dengan materi yang disajikan untuk meningkatkan kemampuan siswa
secara pribadi. Beberapa pemikir konstruktivis seperti Vigotsky menekankan
berbagi dan konstruksi sosial dalam pembentukan pengetahuan (konstruktivisme
sosial);sedangkan yang lain seperti Piaget melihat konstruksi individu
(konstruktivisme individu) yang utama yaitu (a) kontruktivisme individu, dimana
Para psikolog konstruktivis yang tertarik dengan pengetahuan individu,
kepercayaan, konsep diri atau identitas adalah mereka yang biasa disebut konstruktivis
individual. Riset mereka berusaha mengungkap sisi dalam psikologi manusia dan
bagaimana seseorang membentuk struktur emosional atau kognitif dan strateginya.
(b) kontruktivisme social, disini terdapat perbedaan pendapat antara piaget dan
Vygotsky. Di mana Vygotsky percaya bahwa pengetahuan dibentuk secara social,
yaitu terhadap apa yang masing-masing partisipan kontribusikan dan buat secara
bersama-sama. Sehingga perkembangan pengetahuan yang dihasilkan akan
berbeda-beda dalam konteks budaya yang berbeda.
Ciri-ciri pendekatan
kontruktivisme :
a. Dengan
adanya pendekatan konstruktivisme,pengembangan pengetahuan bagi peserta didik
dapat dilakukan oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau
pengamatan langsung sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan
pengalaman dengan menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
b. Antara
pengetahuan-pengetahuan yang ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang
ada dalam diri siswa.
c. Setiap
siswa mempunyai peranan penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.
d. Peran
guru hanya sebagai pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang
akan dipelajari serta memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai
dengan materi yang dipelajari.
3. Pendekatan
Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive
approach) adalah pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau
lebih kesimpulan (conclusion) berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Metode
deduktif sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang
umum kesesuatu yang khusus.
4.
Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif merupakan menekanan
pada pengamatan dahulu, lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan
tersebut. Metode ini sering disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan
kesimpulan dari khusus menjadi umum.
5.
Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah
pendekatan yang mengarahkan peserta didik meguasai konsep secara benar dengan
tujuan agar tidak terjadi kesalahan konsep (miskonsepsi). Konsep merupakan
struktur mental yang diperoleh dari pengamatan dan pengalaman. Pendekatan
Konsep merupakan suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan
konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep
itu diperoleh.
Langkah-langkah
mengajar dengan pendekatan konsep melalui 3 tahap yaitu:
a.
Tahap enaktik
Tahap
enaktik dimulai dari :
·
Pengenalan benda
konkret.
·
Menghubungkan dengan
pengalaman lama atau berupa pengalaman baru.
·
Pengamatan,penafsiran
tentang benda baru.
b.
Tahap simbolik
Tahap
simbolik diperkenalkan dengan :
·
Simbol,lambang,kode,seperti
angka,huruf. kode,seperti (?=,/) dll.
·
Membandingkan antara
contoh dan non-contoh untuk menangkap apakah siswa cukup mengerti
akan ciri-cirinya.
·
Memberi nama,dan
istilah serta defenisi.
c.
Tahap ikonik
Tahap
ini adalah tahap penguasaan konsep secara abstrak,seperti Menyebut
nama,istilah,defmisi,apakah siswa sudah mampu mengatakannya.
6.
Pendekatan prosese
Pendekatan proses merupakan
pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati
proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan benar-benar menguasai proses. Dalam
pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau
memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang
dinilai adalah proses yang mencakup kebenaran cara kerja, ketelitian,
keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7.
Pendekatan Sains,
Teknologi, Dan Masyarakat
Pendekatan Sains, Teknologi dan
Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara pendekatan konsep, keterampilan proses, CBSA, Inkuiri dan diskoveri serta
pendekatan lingkungan. (Susilo,1999).
Istilah Sains Teknologi Masyarakat (STM) dalam bahasa Inggris disebut Sains
Technology Society (STS), Science Technology Society and Environtment (STSE)
atau Sains Teknologi Lingkungan dan Masyarakat. Meskipun istilahnya banyak
namun sebenarnya intinya sama yaitu Environtment,yang dalam berbagai kegiatan
perlu ditonjolkan. Sains Teknologi Masyarakat (STM) merupakan pendekatan terpadu
antara sains,teknologi,dan isu yang ada di masyarakat. Adapun tujuan dari
pendekatan STM ini adalah menghasilkan peserta didik yang cukup memiliki bekal
pengetahuan,sehingga mampu mengambil keputusan penting tentang
masalah-masalah dalam masyarakat serta mengambil tindakan sehubungan dengan
keputusan yang telah diambilnya.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
Ø Strategi Pembelajaran
Kemp (Wina Senjaya, 2008) mengemukakan
bahwa strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan
guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan
efisien. Selanjutnya, dengan mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008)
menyebutkan bahwa dalam strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan.
Artinya, bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian
pula, yaitu: (1) exposition-discovery learning dan (2) group-individual
learning (Rowntree dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan
cara pengolahannya, strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi
pembelajaran induktif dan strategi pembelajaran deduktif.
Newman
dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003) mengemukakan empat unsur strategi dari
setiap usaha, yaitu :
1.
Mengidentifikasi dan
menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target)
yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang
memerlukannya.
2.
Mempertimbangkan
dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk
mencapai sasaran.
3.
Mempertimbangkan
dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal
sampai dengan sasaran.
4.
Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur
(criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf
keberhasilan (achievement) usaha.
Jika
kita terapkan dalam konteks pembelajaran, keempat unsur tersebut adalah:
a.
Menetapkan spesifikasi
dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi
peserta didik.
b.
Mempertimbangkan dan
memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
c.
Mempertimbangkan dan
menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
d.
Menetapkan norma-norma
dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku
keberhasilan.
Macam-macam
strategi pembelajaran meliputi: Strategi Pembelajaran Ekspositori (SPE), Strategi
Pembelajaran Inkuiri (SPI), Strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (SPBM) ,
Strategi Pembelajaran Kooperatif (SPK), Stategi Pembelajaran Kontekstual (CTL),
Srategi Pembelajaran Afektif, Strategi Pembelajaran Kreatif Produk, Strategi
Pembelajaran Inkuiri aktif , Strategi Pembelajaran Berbasis Proyek, Strategi
Pembelajaran Kuantum, Strategi Pembelajaran Siklus, Srategi Pembelajaran
Berbasis Komputer dan Berbasis Elektronik (E-Learning), Strategi Pembelajaran
Peningkatan Kemampuan Berfikir (SPPKB).
Ø Metode pembelajaran
Metode pembelajaran di sini dapat
diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang
sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk
mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
a.
Metode Ceramah
Metode pembelajaran ceramah
adalah penerangan secara lisan atas bahan pembelajaran kepada sekelompok
pendengar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu dalam jumlah yang relatif
besar. Seperti ditunjukkan oleh Mc Leish (1976), melalui ceramah, dapat dicapai
beberapa tujuan. Dengan metode ceramah, guru dapat mendorong timbulnya
inspirasi bagi pendengarnya.
b.
Metode Diskusi
Metode pembelajaran diskusi
adalah proses pelibatan dua orang peserta atau lebih untuk berinteraksi saling
bertukar pendapat, dan atau saling mempertahankan pendapat dalam pemecahan
masalah sehingga didapatkan kesepakatan diantara mereka. Pembelajaran yang
menggunakan metode diskusi merupakan pembelajaran yang bersifat interaktif
(Gagne & Briggs. 1979: 251).
c.
Metode Demonstrasi
Metode pembelajaran demontrasi
merupakan metode pembelajaran yang sangat efektif untuk menolong siswa mencari
jawaban atas pertanyaan-pertanyaan seperti: : Bagaimana cara mengaturnya?
Bagaimana proses bekerjanya? Bagaimana proses mengerjakannya. Demonstrasi
sebagai metode pembelajaran adalah bilamana seorang guru atau seorang
demonstrator (orang luar yang sengaja diminta) atau seorang siswa
memperlihatkan kepada seluruh kelas sesuatau proses. Misalnya bekerjanya suatu
alat pencuci otomatis, cara membuat kue, dan sebagainya.
Kelebihan Metode Demonstrasi :
Kelebihan Metode Demonstrasi :
·
Perhatian siswa dapat
lebih dipusatkan.
·
Proses belajar siswa
lebih terarah pada materi yang sedang dipelajari.
·
Pengalaman dan kesan
sebagai hasil pembelajaran lebih melekat dalam diri siswa.
Kelemahan
metode Demonstrasi :
·
Siswa kadang kala sukar
melihat dengan jelas benda yang diperagakan.
·
Tidak semua benda dapat
didemonstrasikan.
·
Sukar dimengerti jika
didemonstrasikan oleh pengajar yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
d.
Metode Ceramah Plus
Metode Pembelajaran Ceramah Plus
adalah metode pengajaran yang menggunakan lebih dari satu metode, yakni metode
ceramah yang dikombinasikan dengan metode lainnya. Ada tiga macam metode
ceramah plus, diantaranya yaitu:
·
Metode ceramah plus
tanya jawab dan tugas.
·
Metode ceramah plus
diskusi dan tugas.
·
Metode ceramah plus
demonstrasi dan latihan (CPDL).
e.
Metode Resitasi
Metode Pembelajaran Resitasi
adalah suatu metode pengajaran dengan mengharuskan siswa membuat resume dengan
kalimat sendiri.
Kelebihan
Metode Resitasi adalah :
·
Kadang kala peserta
didik melakukan penipuan yakni peserta didik hanya meniru hasil pekerjaan orang
lain tanpa mau bersusah payah mengerjakan sendiri.
·
Kadang kala tugas
dikerjakan oleh orang lain tanpa pengawasan
·
Sukar memberikan tugas
yang memenuhi perbedaan individual.
f.
Metode Eksperimental
Metode pembelajaran
eksperimental adalah suatu cara pengelolaan pembelajaran di mana siswa
melakukan aktivitas percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri suatu
yang dipelajarinya. Dalam metode ini siswa diberi kesempatan untuk mengalami
sendiri atau melakukan sendiri dengan mengikuti suatu proses, mengamati suatu
obyek, menganalisis, membuktikan dan menarik kesimpulan sendiri tentang obyek
yang dipelajarinya.
g.
Metode Latihan
Keterampilan
Metode latihan keterampilan
(drill method) adalah suatu metode mengajar dengan memberikan pelatihan
keterampilan secara berulang kepada peserta didik, dan mengajaknya langsung
ketempat latihan keterampilan untuk melihat proses tujuan, fungsi, kegunaan dan
manfaat sesuatu (misal: membuat tas dari mute). Metode latihan keterampilan ini
bertujuan membentuk kebiasaan atau pola yang otomatis pada peserta didik.
h.
Metode Pengajaran
Beregu
Metode pembelajaran beregu
adalah suatu metode mengajar dimana pendidiknya lebih dari satu orang yang
masing-masing mempunyai tugas. Biasanya salah seorang pendidik ditunjuk sebagai
kordinator. Cara pengujiannya, setiap pendidik membuat soal, kemudian digabung.
Jika ujian lisan maka setiapsiswa yang diuji harus langsung berhadapan dengan
team pendidik tersebut.
i.
Peer Theaching Method
Metode Peer Theaching sama juga
dengan mengajar sesama teman, yaitu suatu metode mengajar yang dibantu oleh
temannya sendiri.
j.
Metode Pemecahan
Masalah (problem solving method)
Metode problem solving (metode
pemecahan masalah) bukan hanya sekadar metode mengajar, tetapi juga merupakan
suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode
lainnya yang dimulaidengan mencari data sampai pada menarik kesimpulan. Metode
problem solving merupakan metode yang merangsang berfikir dan menggunakan
wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang disampaikan oleh siswa. Seorang
guru harus pandai-pandai merangsang siswanya untuk mencoba mengeluarkan
pendapatnya.
k.
Project Method
Project
Method adalah metode perancangan adalah suatu metode mengajar dengan meminta
peserta didik merancang suatu proyek yang akan diteliti sebagai obyek kajian.
l.
Taileren Method
Teileren
Method yaitu suatu metode mengajar dengan menggunakan
sebagian-sebagian,misalnya ayat per ayat kemudian disambung lagi dengan ayat
lainnya yang tentusaja berkaitan dengan masalahnya.
m.
Metode Global (ganze method)
Metode Global yaitu suatu metode
mengajar dimana siswa disuruh membaca keseluruhan materi, kemudian siswa
meresume apa yang dapat mereka serap atau ambil intisaridari materi tersebut .
Ø Teknik pembelajaran
Teknik pembelajaran
adalah cara kongret yang di pekai saat proses pembelajaran berlangsung.
a.
Teknik umum
Teknik
umum adalah cara-cara yang digunakan untuk semua bidang studi. Contohnya antara
lain :
1.
Teknik ceramah
Teknik
ceramah merupakan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelas.
2.
Teknik tanya jawab,
merupakan metode mengajar dimana guru menanyakan hal-hal yang sifatnya faktual.
3.
Teknik diskusi, guru
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya menggunakan informasi yang
telah dipelajari untuk memecahkan suatu masalah.
4.
Teknik pemberian tugas,
dengan metode ini guru memberikan tugas, siswa mempelajari kemudian melaporkan
hasilnya.
5.
Teknik latihan,
merupakan cara mengajar dengan memberikan latihan-latihan terhadap apa yang
dipelajari.
6.
Teknik inquiri, siswa
diberi kesempatan untuk meneliti suatu masalah sehingga dapat menemukan cara
pemecahannya.
b.
Teknik khusus
Teknik
khusus adalah cara mengajar (menyajikan atau memantapkan) bahan-bahan pelajaran
bidang studi tertentu seperti : teknik mengarang gambar, teknik meringkas, teknik
melanjutkan karangan, dan teknik mendiskripsikan objek.
Ø Taktik Pembelajaran
Taktik pembelajaran merupakan gaya
seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan metode
ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang digunakannya.
Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan humor karena
memang dia memiliki sense of humor yang
tinggi, sementara yang satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan alat
bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat).
Ø Model Pembelajaran
Apabila
antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran
sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang
disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya
merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang
disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik
pembelajaran.
Fungsi model pembelajaran adalah
sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Karena itu, pemilihan
model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan
(kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat
kemampuan peserta didik.
Macam-macam model pembelajaran yaitu:
Macam-macam model pembelajaran yaitu:
1.
Model Studen Teams –
Achievement Divisions (STAD).
2.
Model examples – non examples.
3.
Model lesson study.
4.
Model pembelajaran
ARIAS (assurance, relevance, interest, assessment, dan satisfaction).
Berkenaan dengan model
pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990) mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu:
(1) model interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku.
Untuk dapat melaksanakan
tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami dan memliki
keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model pembelajaran yang
efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan dalam Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan. Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang sedang
dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak ditawari
dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk kepentingan
penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat sulit
menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon guru) telah dapat
memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk pada proses (beserta
konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di atas, maka pada
dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan mengembangkan model
pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai dengan kondisi nyata di tempat kerja
masing-masing, sehingga pada gilirannya akan muncul model-model pembelajaran
versi guru yang bersangkutan, yang tentunya semakin memperkaya khazanah model
pembelajaran yang telah ada.
Macam
Model Pembelajaran Menurut Karli dan Yuliariatiningsih (2002) adalah: (a) model
pembelajaran kontekstual (CTL), (b) model pembelajaran berdasarkan masalah, (c)
model pembelajaran konstruktivisme, (d) model dengan pendekatan lingkungan, (e)
model pengajaran langsung, (f) model pembelajarn terpadu, dan (g) model
pembelajaran interaktif.
1.
Pembelajaran
Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa
disingkat CTL merupakan konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan
antara materi pembelajaran dengan dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik
mampu menghubungkan dan menerapkan kompetensi hasil belajar dalam kehidupan
sehari-hari. Dalam pembelajaran
kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada peserta
didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru
bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi
mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik
belajar. Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima
elemen yang harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu :
Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta
didik. Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya
secara khusus (dari umum ke khusus). Pembelajaran harus ditekankan pada
pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep sementara; (b) melakukan sharing
untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang lain; dan (c) merevisi dan
mengembangkan konsep.
2.
Bermain Peran (Role
Playing)
Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan
pada upaya pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan
antarmanusia (interpersonal relationship), terutama yang menyangkut kehidupan
peserta didik. Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi,
kemampuan kerjasama, komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian. Melalui
bermain peran, peserta didik mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan
antarmanusia dengan cara memperagakan dan mendiskusikannya, sehingga secara
bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi parasaan-perasaan,
sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
3.
Pembelajaran
Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2) adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3) dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik. Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut: Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar. Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan. Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar. Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar. Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.
4.
Belajar Tuntas (Mastery
Learning)
Belajar tuntas berasumsi bahwa di
dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar dengan baik, dan
memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran
harus dilaksanakan dengan sistematis.
5.
Pembelajaran dengan
Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran
mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun secara sistematis,
operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan
pedoman penggunaannya untuk para guru. Pembelajaran dengan sistem modul
memiliki karakteristik sebagai berikut: Setiap modul harus memberikan informasi
dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh
peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus
digunakan. Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk
melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik.
6.
Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan
kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau peristiwa) secara
sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar