BAB II
KAJIAN TEORI
A. Rangkaian Seri Paralel
Dalam pengetahuan
elektronika, dikenal ada dua tipe rangkaian, yaitu rangkaian seri dan rangkaian
paralel. Perhatikan kedua rangkaian dibawah ini :
|
Gambar
2.1 Rangkaian seri dan rangkaian paralel.
Dalam gambar rangkaian 2.1a kuat
arus yang melalui semua bagian rangkaian adalah sama. Jumlah penurunan tegangan
(Voltage Drops) pada setiap resistor
sama dengan total voltage drops pada
rangkaian, dirumuskan
V =
V1 + V2 + V3 (1.1)
Sedangkan resistansi total
ekivalen dengan jumlah maing-masing resistansi resistor, dirumuskan :
R =
R1 + R2 + R3 (1.2)
Jadi ada N resistor disusun
seri, hambatan ekivalen menjadi,
R =
R1 + R2 + R3 + …... + RN (1.3)
Pada gambar 1.1b Voltage drops V
pada setiap resistor adalah sama (V1 = V2 = V3
= E). Besar arus yang melewati resistor yang berbeda adalah berbeda dan
berbanding terbalik dengan resistansi masing-masing resistor. Arus total I yang
mengalir dalam rangkaian sama dengan jumlah arus yang mengalir pada
masing-masing resistor, dirumuskan:
I
= I1 + I2 + I3
(1.4)
Dengan
I1
= ,
I2 = , I3 =
Total resistansi ekivalen dari
gambar 1.1b, dirumuskan :
R
= (1.5)
Jika ada N resistor disusun
paralel, hambatan ekivalen menjadi
R = (1.6)
(Anonim, 2013)
Didalam rangkaian listrik kita mengenal dua macam hubungan
yang baku yaitu hubungan seri dan paralel. Bila dijumpai pada bentuk lain maka
pada dasarnya itu merupakan hubungan seri dan hubungan paralel yang
divariasikan. Berikut ini akan dijeaskan pengertiannya.
Hubungan seri yaitu rangkaian yang dihubungkan secara
berderet satu sama lain, sehingga arus mengalir secara beranting dimulai dari
pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Sedangkan hubungan paralel adalah
rangkaian dalam dua jepitan yang sama yang disusun secara sejajar (Anonim, 2003).
Resistor adalah komponen dasar elektronika yang digunakan
untuk membatasi jumlah arus yang mengalir dalam suatu rangkaian. Resistor
bersifat resistif dan umumnya terbuat dari bahan karbon. Sataun resistansi resistor
adalah ohm dan dilambangkan dengan symbol omega (Ω).
I II
III IV V
Gambar 2.2 Urutan Cincin Warna pada Resistor
(5 gelang cincin)
Adapun
untuk mempermudah perhitungan melalui kode warna maka pada tabel berikut disediakan nilai warna pada
cincin resistor.
Table
2.1 Pengitungan nilai resistor dengan kode warna
(Sudaryatmo, 2004).
Rangkaian
hambatan seri adalah rangkaian yang hambatannya disusun secara berurutan
(segaris). Pada rangkaian hambatan seri yang dihubungkan dalam suatu sumber
tagangan, besar kuat arus disetiap titik dalam rangkaian tersebut adalah sama.
Jadi hambatan yang terpasang pada rangkaian tersebut adalah sama. Bila salah
satu hambatan tersebut putus, maka arus listrik pada rangkaian tersebut tidak
akan mengalir. Sedangkan rangkaian hambatan paralel adalah rangkaian yang
disusun secara berdampingan (sejajar). Jika hambatan yang dirangkai paralel
dihubungkan dengan suatu sumber tagangan, maka tegangan pada ujung-ujung tiap
hambatan adalah sama, dengan kuat arus
yang mengalir pada hambatan utama. (Anonim, 2004).
B.
Karakteristik
Dioda
Kita
dapat menyelidiki karakteristik statik dioda (Grafik I sebagai fungsi V) dengan
cara memasang dioda seri dengan catu daya DC dan sebuah resistor seperti pada
gambar 2.3.
Gambar
2.3 rangkaian pengukuran karakteristik dioda
Karakteristik statik dioda dapat
diperoleh dengan mengukur tegangan dioda (Vab) dan arus yang melaui
dioda (I). Harga I dapat diubah dengan 2 cara mengubah Vdd atau
mengubah RL. Dalam percobaan ini kita akan mengubah I dengan
mengubah Vdd. Bila arus dioda I diplot terhadap tegangan Vab
akan diperoleh karakteristik statik dari dioda.
Bila
anoda berada pada tegangan lebih tinggi daripada katoda (Vd
positif), dioda dikatakan terpanjar maju (bias forward), bila Vd
negatif disebut terpanjar mundur (bias reserve). Pada gambar 2.3, Vc disebut
cut in voltage, Is disebut arus penjenuhan (saturasi dan Vpiv adalah tegangan
balik puncak (peak-inverse voltage)). Bila Vdd diubah maka arus I
dan Vd berubah pula. Dari karakteristik statik dioda dengan harga Vdd
dan RL diketahui maka arus I dan tegangan Vd dapat
ditentukan sesuai dengan gambar 2.3 :
Vdd = Vab + IRL
atau I = (2.1)
Bila hubungan diatas dilukiskan pada
karakteristik statik dioda didapatkan garis lurus dengan kemiringan -1/RL.
Garis disebut garis beban (load time) (Anonim, 2013).
Dioda
dibangun dari sambungan bahan tipe-P dan tipe-N. Sisi P disebut Anoda dan sisi
N disebut Katoda. Lambang dioda seperti anak panah yang arahnya dari sisi P ke
sisi N. Karenanya ini mengingatkan kita pada arus konvensional mudah mengalir
dari sisi P ke sisi N. secara sederhana dapat dikatakan bahwa diode merupakan
penghantar listrik pada arah lain. Artinya, pemberian tegangan listrik searah
yang dapat menyebebkan arus mengalir, yakni ketika kutub positif baterai sumber
tegangan diberikan kesisi material tipe-P dan kutub negative.
Sisi
anode berbentuk segitiga atau kepala panah yang menunjukkan arah arus listrik,
sementara sisi katoda digambarkan sebagai tempok penghalang. Dari symbol ini
dapat dipahami perilaku diode. Bila kutub positif baterai disambungkan ke
bagian anode dan kutub negative baterai disambungkan ke bagian katode, maka
arus listrik akan mengalir pada arah yang ditunjukkan oleh kepala panah. Bila
sambungan kutub-kutubnya dibalik, arus tidak akan mengalir senagaimana
disimbolkan dengan adanya “tembok penghalang”. Ini adalah kondisi diode adeal.
Adanya arus panjar balik maupun arus bocor diabaikan. Dioda merupkan alat dua
terminal dan terbentuk dari dua jenis bahan smikonduktor ( silicon jenis n dan
jenis p ) yang tersambung. Ini mampu di aliri arus secara relektif mudah dalam
satu arah. Diode dibuat dalam berbagai bentuk dan ukuran yang sangat berguna.
Diodayang lebih besar mampu untuk daya yang lebih besar, dapat dibuat dengan
suatu kenopsebagai salah satu terminalnya, oleh karena itu diadapatdihubung
langsung kea lat penyerap arus (Elektronika Praktis : 2006).
Karekteristik
dioda, khususnya dioda sambungan semikonduktor yang dibuat dari silicon.
Prinsip fisis yang menghasilkan karakterisrik terminaql diode dan nama “diode
sambungan”. Berikut 3 daerah kurva karekteristik :
1. Daerah
bias maju ( forward bias ) ditentuka oleh v > 0
2. Daerah
bias balik ( reverse bias ) ditentuka oleh v < 0
3. Daerah
dadral ( berakdown bias ) ditentuka oleh v < 0 - VZK
(Rangkaian
mikro elektronika : 1990).
Dioda
merupakan komponen elektronika yang terbuat dari bahan semikonduktor, antara
lain silicon dan germanium. Dioda hanya dapat mengalirkan arus satu arah saja.
Dioda terdiri dari dua buah kaki yang disebut katoda dan anoda. Katoda
merupakan tipe negatif (N) dan anoda tipe positif (P). Struktur dioda merupakan
sambungan semikonduktor P dan N. Dengan struktur demikian, arus hanya dapat
mengalir dari sisi P menuju sisi N atau dari anoda ke katoda. Berikut ini
adalah gambar simbol dan struktur dioda. Sambungan PN dengan sedikit ruang
kecil di antaranya disebut lapisan deplesi (depletion layer), dimana terdapat
keseimbangan hole dan elektron. Pada sisi P banyak terbentuk hole-holeyang siap
menerima elektron sedangkan di sisi N banyak terdapat elektron-elektron yang
siap untuk dilepas (Anonim, 2011).
Dioda
adalah suatu komponen elektronik yang dapat melewatkan arus pada satu arah saja ada berbagai macam dioda yaitu dioda
tabung, dioda sambungan p-n, dioda kontak titik dn sebagainya. Dioda memegang
peranan amat pentig dalam elektronika, diantaranya adalah untuk mengesah
gelombang radio, untuk berbuat berbagai bentuk gelombang isyarat dan lain-lain (Sutrisno, 1986).
C. Penyearah dan Catu Daya
Sebuah trafo pada dasarnya terdiri dari dua kumparan yang digulung di
atas satu kern (bahan besi) yang dimiliki secara bersama-sama. Kumparan pertama
disebut kumparan primer dan kumparan kedua disebut kumparan sekunder.
Perbandingan jumlah lilitan antara kedua kumparan menentukan perbandingan
voltase antara kedua kumparan tersebut. Jumlah lilitan, tebal, bahan kawat
lilitan, serta bahan kern menentukan
sifat trafo ketika trafo dibebani, yaitu ketika ada arus yang keluar dari
kumparan sekunder. Sifat dari trafo adalah berapa pun banyak arus yang bisa
keluar tanpa trafo menjadi terlalu panas dan berapa besarnya resistivitas
keluarannya. Karena setiap trafo memiliki resistivitas keluaran, maka kalau ada
arus yang mengalir keluar dari kumparan sekunder maka voltase akan berkurang.
Jadi sifat listrik pada trafo ditentukan oleh voltase keluaran tanpa beban,
resistivitas output dan arus maksimal (Blocher, 2003).
Hambatan keluaran transformator yang menyebabkan hilangnya atau turunnya
tegangan keluaran dapat kita hindari dalam batas-batas arus beban tertentu.
Untuk tujuan tersebut kita dapat memasang dioda zener dalam rangkaian. Jadi
kita dapat membuat penyearah gelombang dengan menggunakan dioda, kapasitor, dan
dioda zener dengan berbagai macam desain. Untuk penyearah gelombang tanpa
tapis perhatikan gambar a dan untuk penyearah gelombang dengan tapis perhatikan
gambar b.
Gambar 2.4 Penyearah Setengah Gelombang
Pada setengah siklus tegangan sekunder yang positif, dioda mengalami
prategangan maju untuk setiap tegangan-tegangan sesaat yang lebih besar
daripada tegangan offset (0,7 V untuk Si dan 0,3 V untuk Ge). Ini menghasilkan
tegangan lintas tahanan beban yang mendekati bentuk setengah gelombang
sinus. Anggap dioda ideal, sehingga puncak tegangan yang disearahkan sama
dengan puncak tegangan sekunder. Pada setengah siklus negatif dioda mengalami prategangan balik. Dengan
mengabaikan arus bocor (yang sama dengan arus balik), arus beban menjadi nol ;
inilah sebabnya mengapa tegangan beban jatuh menjadi nol di antara 180° dan 360°.
Lihat gambar (115 V ac dan 60 Hz) berikut :
Gambar 2.5 Gambar
keluaran Setengah Gelombang
Hal penting yang patut diperhatikan tentang penyearah setengah gelombang
adalah sebagai berikut : ia mengubah tegangan masuk ac menjadi tegangan dc yang
berdenyut. Dengan kata lain, tegangan beban selalu positif atau nol, tergantung
di setengah siklus yang mana tegangan bebab V berbeda. Dikatakan dengan cara
lain, arus bebannya selalu mempunyai arah yang sama.
Gambar 2.6 Penyearah Gelombang Penuh
Selama setengah siklus tegangan sekunder yang positif, dioda yang diatas
mengalami pratengan balik: sehingga arus mengalir melalui dioda yang di atas,
tahanan beban, dan setengah belitan yang di atas.
Gambar 2.7 Gambar Siklus Setengah Positif pada Penyearah Gelombang Penuh
Selama setengah siklus yang negatif, arus mengalir melalui dioda yang di
bawah, tahanan beban, dan setengah belitan yang di bawah.
Gambar 2.8 Gambar
Siklus Setengah Negatif pada Penyearah
Gelombang Penuh
Perhatikan bahwa dalam gambar 2.7 dan gambar 2.8 tegangan beban mempunyai
polaritas yang sama. Hal ini disebabkan karena arus mengalir melalui tahanan
beban dari arah yang sama tanpa memperhatikan dioda mana yang mengahantar.
Jadi, tegangan beban berbentuk sinyal gelombang penuh yang disearahkan seperti
terlihat pada gambar berikut :
Gambar 2.9 Keluaran Gelombang Penuh
Penyearah gelombang penuh seperti dua penyearah
gelombang setengah yang saling membelakang dengan satu penyearah menangani
setengah siklus pertama dan yang lainnya menangani setengah siklus yang kedua.
Karena adanya sambungan tengah pada belitan sekunder, masing-masing rangkaian
dioda hanya menerima setengah gelombang sekunder (Djokodjyayusman,
2010).
D. Transistor Sebagai Penguat
Transistor
adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat, sebagai sirkuit pemutus
dan penyambung (switching),
stabilisasi tegangan, modulasi sinyal atu sebagai fungsi lainnya. Transistor
dapat berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT)
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang sangat
akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Pada
umumnya transistor memiliki 3 terminal, yaitu basis (B), emittor (E) dan
kolektor (C). Tegangan yang di satu terminalnya misalnya emitor dapat dipakai untuk
mengatur arus dan tegangan yang lebih besar daripada arus inpur basis, yaitu
pada keluaran teganngan adan arus output kolektor (Anonim, 2008).
Salah satu fungsi Transistor yang paling banyak digunakan di
dunia Elektronika Analog adalah sebagai penguat yaitu
penguat arus,penguar tegangan, dan penguat daya. Fungsi komponen semikonduktor
ini dapat kita temukan pada rangkaian
pree-amp mic, pree-amp head, mixer, echo, tone control, amplifier dan
lain-lain. Berdasarkan cara pemasangan ground dan
pengambilan output, penguat transistor dibagi menjadi tiga bagian yaitu:
1. Common
Base
Penguat common base digunakan sebagai penguat tegangan. Pada rangkaian ini
emitor merupakan input dan collector
adalah output sedangkan basis digroundkan
atau ditanahkan. Sifat-sifat penguat common base yaitu isolasi input dan output
tinggi sehingga feedback lebih kecil,
cocok sebagai pre-amp karena
mempunyai impedansi input tinggi yang dapat menguatkan sinyal kecil, dapat
dipakai sebagai penguat frekuensi tinggi dan dapat dipakai sebagai buffer.
2.
Penguat Common Emitor
Penguat Common Emitor digunakan sebagai penguat
tegangan. Pada rangkaian ini emitor digroundkan
atau ditanahkan, input adalah basis dan output adalah collector. Sifat-sifat
Penguat common emitor yaitu: signal output berbeda phasa 180 derajat,
memungkinkan adanya osilasi akibat feedback, untuk mencegahnya sering dipasang
feedback negatif, sering dipakai sebagai penguat audio (frekuensi rendah) dan
stabilitas penguatan rendah karena tergantung stabilitas suhu dan bias
transistor
3. Penguat Common
Collector
Penguat common collector digunakan sebagai
penguat arus. Rangkaian ini hampir sama dengan common emitor tetapi outputnya diambil dari emitor. Input
dihubungkan ke basis dan output dihubungkan ke emitor. Rangkaian ini disebut
juga dengan emitor follower (pengikut
emitor) karena tegangan output hapir sama dengan tegangan input. Sifat-sifat
penguat common collector yaitu: signal output dan sigal input satu phasa (tidak
terbalik seperti common emitor),
penguatan tegangan kurang dari 1 (satu), penguatan arus tinggi (Isparela, 2012).
Cara kerja
transistor tidak lepas dari cara kerja dioda pada kondisi forward dan reverse.
Dioda On jika forward dan akan Off
jika reverse. Prinsip kerja
transistor (contoh untuk NPN)
seperti gambar di bawah.
N P N
|
IE E C IC
B
IB + ICBO
VBE VCB
-
+ -
+
Gambar 2.10 Cara Kerja Transistor
Pada loop VBE, saat VBE
forward aliran elektron dari lapisan N Emitor menuju lapisan P Basis. Pada loop CB, VCB terpasang
reverse tetapi karena VCB jauh lebih tinggi dari VBE,
akibatnya sebagian besar aliran elektron yang menuju basis justru tertarik ke
lapisan N Kolektor, hanya sebagian kecil saja yang menuju ke kaki basis. Dari
kedua persitiwa di atas terlihat bahwa besar kecilnya elektron yang menuju ke
lapisan kolektor tergantung aliran elektron dari lapisan emitor, sehingga dapat
disimpulkan :
* lapisan emitor berfungsi sebagai sumber elektron
* lapisan kolektor berfungsi sebagai penguras elektron
* lapisan basis sebagai
pengemudi elektron.
Kita ketahui bahwa aliran elektron adalah kebalikan aliran arus listrik sehingga
pengamatan arah aliran arus listrik (aliran mayoritas) adalah kebalikan dari
aliran minoritas yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
* Arus Emitor (IE) merupakan
gabungan dari arus kolektor (IC) dan sebagian kecil arus basis (IB),
sehingga :
IE
= IC + IB
* Perubahan arus IB mengakibatkan
perubahan arus IC. Perbandingan antara IC dengan IB
disebut Faktor Penguatan Arus (hFE) atau βdc.
IC
hFE
=
IB
Karena IB relatif kecil, maka dianggap IC ≈ IE
Idealnya antara kaki CB
tidak terjadi aliran arus (karena reverse),
tetapi pada kenyataannya terjadi kebocoran arus, yaitu arus bocor (ICBO)
yang nilainya berbanding lurus dengan kenaikan suhu transistor.Sekalipun VCB
tinggi, tetapi tidak akan pernah terjadi aliran arus listrik tanpa adanya
tegangan VBE (sekalipun relatif sangat kecil). Artinya perubahan VBE
yang sangat kecil mengakibatkan perubahan IC yang sangat besar.
Peristiwa inilah yang digunakan sebagai dasar kerja amplifier (penguat). Untuk
transistor jenis PNP cara kerjanya adalah kebalikan dari cara kerja di atas
(Surya, 2001).
Transistor
adalah suatu komponen aktif yang dibuat dari bahan semikonduktor. Ada dua macam
transistor yaitu transistor dwikutub (bipolar) dan transistor efek medan.
Transistor digunakan di dalam rangkaian untuk memperkuat isyarat, artinya
isyarat masukan lemah dan diubah menjadi isyarat yang kuat pada keluaran. Pada transistor
dwikutub sambungan p-n antara emittor dan basis. Panjar adalah tegangan dan
arus DC yang harus lebih dahulu dipasang agar rangkaian transistor bekerja
(Sutrisno, 1986).
E. Desain Rangkaian Elektronik Dengan Software
EWB 5.12
EWB (Elektronik Workbench) adalah salah satu
jenis software elektronika yang digunakan untuk melakukan simulasi terhadap
cara kerja dari suatu rangkian listrik. Perlunya simulasi rangkaian listrik adalah untuk menguji apakah rangkaian listrik itu dapat berjalan
dengan baik dan sesuai dengan pendekatan teori yang secara nyata. Simulasi
dilakukan dengan menggunakan EWB adalah simulasi yang menghasilkan keluaran
yang ideal, maksudnya keluaran yang tidak terpengaruh oleh faktor-faktor
ketidak idealan seperti gangguan (dikenal noise dalam elektronika) seperti
gangguan pada rangkaian listrik yang sebenarnya nyata (Nototirta, 2009).
Elektronik Workbench atau yang dikenal dengan EWB
adalah sebuah software simulasi yang dipergunakan sebagai alat bantu untuk
mempelajari teori yang berhubungan dengan rangkaian listrik. Software
ini memberikan simulasi yang cukup akurat terhadap operasi rangkaian
analog dan digital. Dilengkapi juga dengan simulasi instrumen untuk mengukur
karakteristik-karakteristik IC, komponen dan rangkaian. Selain itu, elektronika
workbench adalah sebuah software yang digunakan untuk pengujian
dalam eksperimen rangkaian elektronika (Liyantanto, 2009).
Elektronika Workbench merupakan software dari Interactive
Image Technology Ltd. Versi terbaru dari EWB terdiri dari :
1.
Multisim yang
digunakan untuk membuat layout rangkaian dan simulasi. Multisim mendukung sistem analog, digital, bahkan simulasi program mable logic.
2.
Ultiboard
untuk membuat layout PCB.
3.
Ultiroute
yang mampu membuat jalur-jalur PCB serta menempatkan komponen secara otomatis
sehingga memudahkan kita dalam membuat PCB.
Ketiga software tersebut dipaket dengan nama Multisim. Namun di internet kita bisa
menemukan secara terpisah. Multisim
merupakan software yang mudah
digunakan. Karena didukung schematic
capture dan database komponen yang lengkap maka kita bisa menggunakan
multisim untuk simulasi rangkaian yang
kompleks. Beberapa instrument virtual seperti multimeter, osiloskop, function generator, logic analyzer dan yang lain memungkinkan kita bereksperimen tanpa
harus membeli instumen yang harganya cukup mahal tersebut. Dengan simulator
yang standar dan integrasi software
yang tinggi terdiri dari schematic
editor, simulator SPICE dan on-screen
wave forms membuat Electronics
Workbench begitu mudah digunakan. Dengan belajar secara simulasi kita tidak
perlu menghabiskan banyak dana dan waktu untuk membeli IC atau komponen yang
lain yang diperlukan, cukup duduk manis di depan komputer XD, tidak perlu
menyolder sehingga waktu kita tidak terbuang sia-sia. Tidak perlu membeli
instrumen pengukuran karena semuanya sudah tersedia dalam simulasi. Namun hal
tersebut tidak serta merta membuat kita untuk malas mengerjakan suatu projek
elektronika. Karena praktek secara langsung akan memiliki rasa yang berbeda
dibanding hanya sekedar simulasi (Musbikhin, 2010).
Electronik Workbench (EWB) adalah sebuah software yang digunakan mengujian dan eksperimen rangkaian
elektronika EWB terdiri dari Menu
Reference, Sources, Basic, Diodes, Transistors, Analog ICs, Mixed ICs,
DigitalICs, Indicators dan masih banyak lagi menu yang terdapat pada EWB
Pada menu sources ini mendiskripsikan
sources seperti including battery, AC voltage
source, Vcc source and FM source, menu basic mendiskripsikan tentang komponen EWB contoh: resistor, capacitor, relay, switch and transformer.
Menu digit mendiskripsikan tentang gerbang logika seperti and, or, nand dan lain-lain
( Murtanto, 2009).
F. Rangkaian Setara Thevenin dan Norton
Sebuah rangkaian
dengan arus dua terminal yang menghubungkan rangkaian lain pada gambar 2.11
yang jika hanya mengandung unsur-unsur linear, sumber-sumber tak bebas dan
sumber linear akan menghasilkan persamaan linear dalam bentuk.
aV
+ bl – c = 0 … (6.1)
dimana a, b dan c adalah indepen
terhadap V (tegangan) dan I (arus)
Gambar
2.11 Rangkaian Setara Thevenin
Gambar
2.12 Rangkaian Setara Norton
Ø Kasua 1 jika a tidak nol, maka kita dapat
menyatakan V dalam arus I dengan membagi persamaan linear di atas dengan a
V = (-b/a) V +
c/a = -RT I + VT
Di mana b/a dan c/a
masing-masing disebut hambatan Thevenin RT dan tegangan Thevenin VT.
Ø Kasus 2 jika b tidak nol, maka kita dapat
menyatakan arus I dalam V dengan membagi persamaan (1) dengan b yakni: I =
(-a/b) V + c/b = -V/ RN + IN
Di
mana a/b dan c/b masing-masing disebut RN atau hambatan Norton
dengan IN atau arus Norton (Anonim, 2013, 29-30).
Dalam elektronika ada beberapa
pengertian dasar yang benar-benar perlu dikuasai, yaitu rangkaian setara dan
arus transien. Dengan menggunakan rangkaian setara, kita dapat melakukan
pengukuran pada masukan dan keluaran suatu piranti elektronik tanpa mengetahui
rangkaian di dalamnya. Ada dua rangkaian setara yang lazim digunakan yakni
Rangkaian Setara Thevenin dan Rangkaian Setara Norton. Pengertian hambatan
setara tidak hanya digunakan untuk dua hambatan paralel saja, akan tetapi untuk
segala macam hubungan antara beberapa buah hambatan.
Pengertian hambatan setara tidak
hanya digunakan untuk dua hambatan. Dalam hal suatu rangkaian listrik yang
mengandung sumber tegangan atau sumber arus, atau kedua-duanya serta mengandung
hambatan, kapasitor, dioda, transistor, transformator dan sebagainya dapat
menggunakan pengertian rangkaian setara, untuk mempermudah kita membahas
perilaku rangkaian dalam hubungannya dengan beban atau rangkaian lain.
Ada dua bentuk dasar rangkaian
setara yakni rangkaian Setara Thevenin dan Setara Norton. Rangkaian Setara
Thevenin menggunakan sumber tetap yakni suatu sumber tegangan ideal dengan
tegangan, keluaran yang tidak berubah, berapa pun arus yang diambil darinya.
Rangkaian Setara Norton menggunakan sumber arus tetap, yang dapat menghasikan
arus tetap berapa pun besar hambatan yang dipasang pada keluarannya (Sutrisno,
1989).
Rangkaian listrik umumnya
memiliki bagian masukan dan bagian keluaran, Rangkaian listrik dengan gerbang
keluaran dapat diekivalenkan dengan suatu rangkaian yang terdiri dari sumber
tegangan(VT) dari seri dengan resistansi ekivalen (REk)
atau Rangkaian Thevenin, suatu rangkaian yang terdiri dari arus (IN)
dan parallel dengan Resistansi Ekivalen (RE) Rangkaian Norton.
Ketentuan-ketentuan yang harus
dilakukan pada resistansi ekivalen suatu rangkaian listrik yaitu melepaskan
beban (RLoad) dari rangkaian, menol-kan semua sumber tegangan atau
sumber arus, menghitung resistansi total pada terminal keluaran(beban terbuka).
Sumber tegangan thevenin adalah sama dengan tegangan keluaran buka rangkaian
pada terminal beban di mana beban terlepas dari rangkaian (IN- ISC)
(Husein, 2012).
Teorema
Thevenin adalah salah satu teorema yang berguna untuk analisis sirkuit listrik.
Teorema Thevenin menunjukkan bahwa keseluruhan jaringan listrik tertentu,
kecuali beban, dapat diganti dengan sirkuit ekuivalen yang hanya mengandung
sumber tegangan listrik independen dengan sebuah resistor yang dihubung secara
seri, sedemikian sehingga hubungan antara arus listrik dan tegangan pada beban
tidak berubah. Sirkuit baru hasil dari aplikasi teorema Thevenin disebut dengan
sirkuit ekuivalen Thevenin. Teorema
ini dinamakan sesuai dengan penemunya, seorang insinyur berkebangsaan Perancis,
M. L. Thevenin.
Gambar 2.13 Ilustrasi Sirkuit
Ekuivalen Thevenin
Ditentukan sebuah
jaringan listrik seperti pada gambar dan bagian dalam kotak hitam yang akan
dicari sirkuit ekuivalennya; nilai sumber tegangan Vth pada sirkuit ekuivalen Thevenin didapatkan
dengan melepaskan resistor beban diantara terminal A dan B lalu dihitung besar
tegangan sirkuit terbuka diantara kedua terminal tersebut. Sedangkan nilai
resistor pengganti Rth dapat dihitung dengan mematikan semua
sumber tegangan dan arus selalu dihitung nilai ekuivalen resistansi diantara
terminal A dan B. penggunaan utama dari teorema Thevenin adalah menyederhanakan
sebagian besar dari sirkuit dengan sirkuit ekuivalennya yang sederhana.
Jika suatu kumparan rangkaian sumber tegangan dan
resistor dihubungkan dengan dua terminal keluaran, maka rangkaian tersebut
dapat digantikan dengan sebuah rangkaian seri dari sebuah sumber tegangan
rangkaian terbuka (http://id.wikipedia.org/wiki/Teorema_Thevenin).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar