Rabu, 03 Juni 2015

LAPORAN CRO INSTRUMENT



LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENT
PERCOBAAN IV
( CRO (CHATODA RAY OSILOSCOPE )

unhalu 3.JPG

OLEH :
                                  NAMA               :  ZOE TRIANI SYAFI’I
                           STAMBUK        :  A1C3 13 094
                           JURUSAN         :  PENDIDIKAN FISIKA
                           KELOMPOK     :  9  B
                           ASISTEN           :  SARLY




LABORATORIUM PENDIDIKAN FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2015





CRO (CHATODA RAY OSCILLOSCOPE)
A.    Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Osiloskop merupakan sebuah perangkat atau alat bantu yang biasa digunakan untuk menganalisa frekuensi yang terdapat didalam perangkat elektronika, dan biasanya yang sering digunakan oleh para teknisi pesawat televisi. Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscop, selanjutnya disebut CRO) adalah instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Pena (“stylus”) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan. Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau masukan horizontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu (time base) yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas layar pada gambar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu (Tooley, 2002).
Di samping tegangan, CRO dapat menyajikan gambaran visual dari berbagai fonemena dinamik melalui pemakaian transduser yang mengubah arus, tekanan, regangan, temperatur, percepatan, dan banyak besaran fisis lainnya menjadi tegangan. CRO digunakan untuk menyelidiki bentuk gelombang, peristiwa transien dan besaran lainnya yang berubah terhadap waktu dari frekuensi yang sangat rendah ke frekuensi yang sangat tinggi. Pencatatan kejadian ini dapat dilakukan oleh kamera khusus yang ditempelkan ke CRO guna penafsiran kuantitatif.
Osiloskop sinar katoda dapat digunakan untuk bermacam-macam pengukuran besaran fisika. Besaran listrik yang dapat diukur dengan menggunakan alat itu antara lain tegangan searah, tegangan bolak-balik, arus searah, arus bolak-balik, waktu, sudut fasa, frekuensi, dan untuk bermacam kegiatan penilaian bentuk gelombang seperti waktu timbul dan waktu turun. Banyak besaran nirlistrik seperti tekanan, gaya tarik, suhu, dan kecepatan dapat diukur dengan menggunakan tranduser sebagai pengubah ke besaran tegangan (Bueche, 2006).
Berdasarkan informasi tentang osiloskop yang telah dijelaskan diatas, maka perlu dilakukan suatu praktikum untuk mengukur beda potensial AC dan DC, dan menentukan hubungan nilai Vpp dan nilai Vrms pada tegangan AC dan DC. 
2.      Tujuan

Tujuan yang ingin dicapai dalam pelaksanaan praktikum ini, praktikan diharapkan dapat:
1.      Mengukur beda potensial AC dan DC.
2.      Menentukan hubungan nilai Vpp dan nilai Vrms.






B.     Landasan Teori
Chatoda Ray Osiloscope, atau yang sering diterjemahkan sebagai Osiloskop Sinar Katoda (OSIKA), adalah alat yang sering digunakan dalam pengukuran-pengukuran besaran elektronika, seperti alat pengukur multimeter yang digunakan  untuk mengukur tegangan AC, tegangan DC, arus AC, arus DC, tahanan suatu rangkaian, maka osiloskop mempunyai kemampuan yang melebihi multimeter.
Tidak seperti multimeter yang hanya digunakan untuk mengukur tegangan AC pada 50 Hz saja, tetapi dengan OSIKA kita dapat  mengukur tegangan AC yang mempunyai frekuensi 0-35MHz. Keunggulan lain dari OSIKA sebagai pengukur tegangan adalah alat tersebut mempunyai input impedansi yang tinggi (orde M. Ohm) hingga secara praktis tidak membebani sistem yang di ukur. Secara tidak langsung OSIKA juga digunakan untuk mengukur besaran-besaran seperti percepatan, tekanan, suhu dan lain-lain, karena besaran ini dengan pertolongan suatu tranduser dapat diubah menjadi tegangan listrik. Proses yang terjadi itu tidak lain adalah lintasan elektron dalam suatu medan listrik. Pada saat ini selain bidang Fiska ada juga bidang-bidang sains lainnya yang biasa menggunakan OSIKA, karena dalam OSIKA ada bagian yang berfungsi untuk memfokuskan berkaselektron ke taber/layar yang mana bagian tersebut dikenal istilah lensa listrik (Zemansky, 1992).
Osiloskop sangat penting untuk analisa rangkaian elektronik.Osiloskop penting bagi para montir alat-alat listrik, para teknisi dan peneliti pada bidang elektronika dan sains karena dengan osiloskop kita dapat mengetahui besaran-besaran listrik dari gejala-gejala fisis yang dihasilkan oleh sebuah transducer.Para teknisi otomotif juga memerlukan alat ini untuk mengukur getaran/vibrasi pada sebuah mesin.Jadi dengan osiloskop kita dapat menampilkan sinyal-sinyal listrik yang berkaitan dengan waktu(Tooley, 2002).




C.    Metode Praktikum
1.      Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum Chatoda Ray Osilloscope (CRO), dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut:
            Tabel 4.1. Alat dan Bahan Praktikum Chatoda Ray Osilloscope (CRO)
No
Alat dan Bahan
Fungsi
1
CRO (Osiloskop)
Untuk menampilkan bentuk gelombang, mengukur tegangan, dan menampilkan skala.
2
Power Supply
Sebagai sumber tegangan.
3
Kabel Penghubung
Untuk menghubungkan power supply dengan osiloskop dan multimeter.
4
Generator Sinyal (AFG)
Sebagai pembangkit sinyal.
5
Multimeter
Untuk mengukur tegangan


2.      Prosedur Kerja
Prosedur kerja pada percobaan Chatoda Ray Osilloscope (CRO), sebagai berikut:
a.       Memasukan kabel porbe ke chanel 1 osiloskop
b.      Mengkalibrasi sweep time/div  dan volt/div, dengan menghubungkan probe ke sumber sinyal acuan dan mengatur tombol kalibrasinya hingga sesuai tegangan dan frekuensi acuan.
c.       Menghidupkan power supply, kemudian mengukur beda potensial dengan multimeter dengan mode DC, untuk tegangan 3 Volt, 6 Volt , 9 Volt dan 12 Volt.
d.      Menghubungkan power supply dengan osiloskop untuk pembacaan skala.
e.       Mengulangi langkah 3 sampai 4 untuk mode AC.









D.    Hasil dan Pembahasan
1.      Hasil
a.      Data Pengamatan
1.      Mengkalibrasi Osiloskop
Diketahui: 

               Ditanyakan:
                        Penyelesaian:

2.      Mengamati Penentuan Skala
a.       Tegangan DC
            Tabel 4.2. Data Pengamatan Tegangan DC
Vsumber(Volt)
Vmultimeter(Volt)
Skala
3
3,218
6
6
6,12
11
9
9,27
16
12
12,16
20

b.      Tegangan AC
            Tabel 4.3. Data Pengamatan Teganagan AC
Vsumber(Volt)
Vmultimeter(Volt)
Skala
3
3,215
10
6
6,41
19
9
9,90
30
12
13,18
39

b.      Analisis Data
a.       Menghitung Vpp

v  Tegangan DC
·         Untuk Data 1
     Vpp  = 0,5 x 0,2 x 6
 = 0,6 Volt
·         Untuk Data 2
                 Vpp = 0,5 x 0,2 x 11
                         = 1,1 Volt
·         Untuk Data 3
     Vpp =  0,5 x 0,2 x 16
                         = 1,6 Volt
·         Untuk data 4
     Vpp =  0,5 x 0,2 x 20
                         = 2 Volt
v  Tegangan AC
·         Untuk Data 1
     Vpp = 0,5 x 0,2 x 10
                         = 1 Volt
·         Untuk Data 2
     Vpp  = 0,5 x 0,2 x 19
                          = 1.9 Volt
·         Untuk Data 3
     Vpp  =  0,5 x 0,2 x 30
                          = 3 Volt

·         Untuk data 4
            Vpp   =  0,5 x 0,2 x 379
                                       = 3,9 Volt
b.      Menghitung Vrms
v  Untuk Tegangan DC

    =  Volt

v  Untuk Tegangan AC

lt

2.      Pembahasan

Osiloskop sinar katoda (cathode ray oscilloscop, selanjutnya disebut CRO) adalah instrumen laboratorium yang sangat bermanfaat dan terandalkan yang digunakan untuk pengukuran dan analisa bentuk-bentuk gelombang dan gejala lain dalam rangkaian-rangkaian elektronik. Pada dasarnya CRO adalah alat pembuat grafik atau gambar (plotter) X-Y yang sangat cepat yang memperagakan sebuah sinyal masukan terhadap sinyal lain atau terhadap waktu. Pena (“stylus”) plotter ini adalah sebuah bintik cahaya yang bergerak melalui permukaan layar dalam memberi tanggapan terhadap tegangan-tegangan masukan.Dalam pemakaian CRO yang biasa, sumbu X atau masukan horizontal adalah tegangan tanjak (ramp voltage) linear yang dibangkitkan secara internal, atau basis waktu (time base) yang secara periodik menggerakkan bintik cahaya dari kiri ke kanan melalui permukaan layar. Tegangan yang akan diperiksa dimasukkan ke sumbu Y atau masukan vertikal CRO, menggerakkan bintik ke atas dan ke bawah sesuai dengan nilai sesaat tegangan masukan. Selanjutnya bintik tersebut menghasilkan jejak berkas layar pada gambar yang menunjukkan variasi tegangan masukan sebagai fungsi dari waktu. Bila tegangan masukan berulang dengan laju yang cukup cepat, gambar akan kelihatan sebagai sebuah pola yang diam pada layar. Dengan demikian CRO melengkapi suatu cara pengamatan tegangan yang berubah terhadap waktu.
Dalam percobaan ini, kami akan mengukur beda potensial AC dan DC dan menentukan hubungan nilai Vpp dan nilai Vrms untuk tegangan AC dan DC. Adapun perlakuan yang pertama kami lakukan adalah mengkalibrasi osiloskop untuk menentukan div/skalanya, dimana hasil yang diperoleh untuk div/skalanya adalah 0.2.  Perlakuan yang selanjutnya kami lakukan dalam percobaan ini adalah mengukur beda potensial tegangan AC dan DC untuk masing-masing sumber tegangan dengan menggunakan multimeter. Sumber tegangan yang digunakan masing-masing adalah 3 V, 6 V, 9 V, dan 12 V. Untuk tegangan DC dengan sumber tegangan 3 V beda potensialnya sebesar 3.218 V, sumber tegangan 6 V beda potensialnya sebesar 6.12 V, sumber tegangan 9 V beda potensialnya sebesar 9.27 V, dan sumber tegangan 12 V beda potensialnya sebesar 12.16 V. Dari masing-masing sumber tegangan yang digunakan, maka kita dapat menentukan besarnya skala pada masing-masing sumber tegangan tersebut dengan menghubungkannya ke osiloskop. Hasil yang diperoleh untuk tegangan DC dengan sumber tegangan 3 V skalanya adalah 6, sumber tegangan 6 V skalanya adalah 11, sumber tegangan 9 V skalanya adalah 16, dan sumber tegangan 12 V skalanya adalah 20. Untuk tegangan AC dengan sumber tegangan 3 V beda potensialnya sebesar 3.215 V, sumber tegangan 6 V beda potensialnya sebesar 6.41 V, sumber tegangan 9 V beda potensialnya sebesar 9.90 V, dan sumber tegangan 12 V beda potensialnya sebesar 13.18 V. Dari masing-masing sumber tegangan yang digunakan, maka kita dapat menentukan besarnya skala pada masing-masing sumber tegangan tersebut dengan menghubungkannya ke osiloskop. Hasil yang diperoleh untuk tegangan AC dengan sumber tegangan 3 V skalanya adalah 10, sumber tegangan 6 V skalanya adalah 19, sumber tegangan 9 V skalanya adalah 30, dan sumber tegangan 12 V skalanya adalah 39.
Dalam percobaan ini, kegiatan yang selanjutnya kami lakukan adalah menghitung besarnya Vpp dan Vrms untuk tegangan AC dan DC untuk masing-masing tegangan sumber. Adapun sumber tegangan yang digunakan adalah sama dengan perlakuan sebelumnya, yaitu 3 V, 6 V, 9 V, dan 12 V. Nilai Vpp untuk tegangan DC dengan sumber tegangan 3 V sebesar 0.6 V, sumber tegangan 6 V sebesar 1.1 V, sumber tegangan 9 V sebesar 1.6 V, dan sumber tegangan sebesar 2 V. Sedangkan nilai Vpp untuk tegangan AC dengan sumber tegangan 3 V sebesar 1 V, sumber tegangan 6 V sebesar 1.9 V, sumber tegangan 9 V sebesar 3 V, dan sumber tegangan sebesar 3.9 V. Adapun nilai Vrms untuk tegangan DC dapat diperoleh dengan cara membagi nilai Vpp untuk tegangan sumber 3 V dengan akar dua dan hasilnya adalah 0.424 V, sedangkan nilai Vrms untuk tegangan AC dapat diperoleh dengan cara membagi nilai Vpp untuk tegangan sumber 3 V dengan dua akar dua dan hasilnya adalah 0.707 V.
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa nilai Vpp berbanding lurus dengan nilai Vrms, apabila nilai Vpp nya tinggi maka nilai Vrms nya juga tinggi, begitupun sebaliknya jika nilai Vpp nya rendah maka nilai Vrms nya juga rendah.


















E.     Penutup
1.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah kami lakukan maka kita dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai berikut:
a.       Semakin besar tegangan sumber yang diberikan maka isyarat gelombang masukannya mempunyai skala yang besar sehingga beda potensial yang diperoleh juga akan semakin besar.
b.      Hubungan antara Vpp dan Vrms saling tegak lurus dimana keduanya dipengaruhi oleh besar skala yang dihasilkan oleh tegangan yang diberikan. Dimana jika semakin besar tegangan maka skala yang dihasilkan juga akan semakin besar hal tersebut dapat kita lihat dalam bentuk tampilan gelombang pada osiloskop.
2.            Saran

Adapun saran yang dapat saya ajukan pada percobaan kali ini adalah untuk pihak laboratorium sebaiknya perlakuan yang dilakukan dalam percobaan ini dimodifikasi lagi dan alat-alat yang digunakan diperbanyak dan.diperbarui. Adapun untuk asisten, menurut saya sudah baik dan bijaksana dalam membimbing kami dan semoga ini dapat dipertahankan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar