Sabtu, 27 Juni 2015

makalah evaluasi pembelajaran



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
                Dunia pendidikan merupakan dunia  yang dinamis.Berbagai faktor mempengaruhi keberhasilan pendidikan tanpa mengetahui faktor manakah yang berpengaruh,namun demikian seorang guru tidak akan berhenti,dan selalu belajar memahami berbagai gejala salah satunya  alat evaluasi pembelajaran.
            Keberhasilan  dalam proses pembelajaran yang dapat dilihat dari prestasi belajar yang di capai siswa Kriteria keberhasilan guru dan siswa dalam melaksanakan program pembelajaran dilihat dari kompotensi dasar yang di miliki oleh siswa, jika di analisis lebih rinci akan diperoleh  informasi tentang kesulitan siswa dan evaluasi harus dilakukan secara terus menerus  ,oleh karna itu kemampuan guru menyusun dan melaksanakan evaluasi merupakan bagian dari kemampuan menyelenggarakan proses pembelajaran secara keseluruhan

B.     Rumusan Masalah
Adapun masalah yang diangkat pada pembahasan dalam makalah ini yaitu , sebagai berikut :
1.      Apa sajakah prinsip-prinsip dalam melakukan suatu Evaluasi Pembelajaran
2.      Apa sajakah yang merupakan alat evaluasi pembelajaran
3.      Bagaimana penerapan teknik non tes & teknik tes
4.      Bagaimana perbandingan antara tes diagnostik, formatif & sumatif
C.    Tujuan Penulisan
Tujuan yang diharapkan nantinya akan dicapai oleh setelah melakukan pembahasan makalah ini , yaitu sebagai berikut :
1.      Mengetahui prinsip-prinsip yang di pegang dalam melakukan evaluasi pembelajaran
2.      Mengenal dan mengetahui berbagai macam alat evaluasi pembelajaran
3.      Memahami secara menyeluruh penerapan teknik non tes dan teknik tes
4.      Memahami perbandingen antara tes diagfnostik, formatif, & sumatif

D.    Manfaat
Manfaat yang bisa diambil setelah membaca pembahasan dalam makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Sebagai sumber informasi seputar prinsip & alat evaluasi pembelajaran
2.      Sebagai tambahan informasi guna memperdalam pemahaman seputar prinsip dan alat evaluasi pembelajaran fisika
3.      Sebagai bahan bacaan pembahasan prinsip dan alat evaluasi pembelajaran fisika




BAB II
PEMBAHASAN

A.    Prinsip Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses, yakni proses menentukan sampai berapa jauh kemampuan yang dapat dicapai oleh siswa dalam proses belajar mengajar. Kemampuan yang diharapkan tersebut sebelumnya sudah ditetapkan secara operational. Selanjutnya juga ditetapkan patokan pengukuran hingga dapat diperoleh penilaian (value judgement), Karena itu dalam evaluasi diperlukan prinsip-prinsip sebagai petunjuk agar dalam pelaksanaan evaluasi dapat lebih efektif. Prinsip-prinsip itu antara lain:
a.      Kepastian dan Kejelasan.
Dalam proses evaluasi maka kepastian dan kejelasan yang akan dievaluasi menduduki urutan pertama. Evaluasi akan dapat dilaksanakan apabila tujuan evaluasi tidak dirumuskan dulu secara jelas dalam. Definisi yang operational. Bila kita ingin mengevaaluasi kemajuan belajar siswa maka pertama-tama kita identifikasi dan kita definisikan tujuan-tujuan instruksional pengajaran dan barulah kita kembangkan alat evaluasinya. Dengan demikian efektifitas alat evaluasi tergantung pada deskripsi yang jelas apa yang akan kita evaluasi. Pada umumnya alat evaluasi dalam pendidikan terutama pengajaran berupa test. Test ini mencerminkan karakteristik aspek yang akan di¬ukur. Kalau kita akan mengevaluasi tingkat intelegensi siswa, maka komponen-komponen intelegensi itu harus dirumuskan dengan jelas dan kemampuan belajar yang dicapai dirumuskan dengan tepat selanjutnya dikembangkan test sebagai alat evaluasi. Dengan demikian keberhasilan evaluasi lebih banyak ditentukan kepada kemampuan guru (evaluator) dalam merumuskan/mendefinisikan dengan jelas aspek-aspek individual ke dalam proses pendidikan.

b.      Teknik evaluasi
Teknik evaluasi yang dipilih sesuai dengan tujuan evaluasi. Hendaklah diingat bahwa tidak ada teknik evaluasi yang cocok untuk semua keperluan dalam pendidikanl Tiap-tiap tujuan (pendidikan) yang ingin di¬capai dikembangkan tekmk evaluasi tersendiri yang cocok dengan tujuan tersebut. Kecocokan antara tujuan evaluasi dan teknik yang digunakan perlu dijadikan pertimbangan utama.

c.        Komprehensif.
Evaluasi yang komprehensif memerlukan tehnik bervariasi. Tidak adalah teknik evaluasi tunggal yang mampu mengukur tingkat kemampuan siswa dalam belajar, meskipun hanya dalam satu pertemuan jam pelajaran. Sebab dalam kenyataannya tiap-tiap teknik evaluasi mempunyai ke¬terbatasan-keterbatasan tersendiri. Test obyektif misalnya akan mem¬berikan bukti obyektif tentang tingkat kemampuan siswa. Tetapi hanya memberikan informasi sedikit dari siswa tentang apakah ia benar-benar mengerti tentang materi tersee. but, apakah sudah dapat mengembangkan ketrampilan berfikirnya, apakah akan dapat mengubah / mengembangkan sikapnya apabila menghadapi situasi yang nyata dan sebagainya. Lebih-lebih pada test subyektif yang penilaiannya lebih banyak tergan¬tung pada subyektivitas evaluatornya.
Atas dasar prinsip inilah maka seyogyanya dalam proses belajar-me¬ngajar, untuk mengukur kemampuan belajar siswa digunakan teknik evaluasi yang bervariasi. Bob Houston seorang ahli evaluasi di Amerika Serikat (Texas) menyarankan untuk mendapatkan hasil yang lebih I obyektif dalam evaluasi, maka variasi teknik tidak hanya dikembangkan dalam bentuk pengukuran kuantitas saja. Evaluasi harus didasarkan pula data kualitatif siswa yang diperoleh dari observasi guru, Kepala Sekolah, catatan catatan harian dan sebagainya.

d.      Kesadaran adanya kesalahan pengukuran.
Evaluator harus menyadari keterbatasan dan kelemahan dalam teknik evaluasi yang digunakan. Atas dasar kesadaran ini, maka dituntut untuk lebih hati-hati dalam kebijakan-kebijakan yang diambil setelah melaksanakan evaluasi. Evaluator menyadari bahwa dalam pengukuran yang dilaksanakan, hanya mengukur sebaglan (sampel) saja dari suatu kompleksitas yang seharusnya diukur, lagi pula pengukuran dilakukan hanya pada saat tertentu saja. Maka dapat terjadi salah satu aspek yang sifatnya menonjol yang dimi liki siswa tidak termasuk dalam sampel pengukuran. Inilah yang disebut sampling error dalam evaluasi.
Sumber kesalahan (error) yang lain terletak pada alat/instrument yang diguriakan dalam proses evaluasi. Penyusunan alat evaluasi tidak mudah, lebih-Iebih bila aspek yang diukur sifatnya komplek. Dalam skoring sebagai data kuantitatif yang diharapkan dapat mencerminkan objektivitas, tidak luput dari “error of measurement”. Test obyektif tidak luput dari guessing, main terka, untung-untungan, sedangtest essai subyektivitas penilai masuk di dalamnya. Karena itu dalam laporan hasil evaluasi, evaluator perlu melaporkan adanya kesalahan pengukuran ini. Pengukuran dengan test, kesalahan pengukuran dapat ditunjukkan dengan koefisien kesalahan pengukuran.

e.        Evaluasi adalah alat, bukan tujuan.
Evaluator menyadari sepenuhnya bahwa tiap-tiap teknik evaluasi digunakan sesuai dengan tujuan evaluasi. Hasil evaluasi yang diperoleh tanpa tujuan tertentu akan membuang waktu dan uang, bahkan merugi¬kan anak didik. Maka dari itu yang perlu dirumuskan lebih dahulu ialah tujuan evaluasi, baru dari tujuan ini dikembangkan teknik yang akan di¬gunakan dan selanjutnya disusun test sebagai alat evaluasi. Jangan sam¬pai terbalik, sebab tanpa diketahui tujuan evaluasi data-yang diperoleh akan sia-sia. Atas dasar pengertian tersebut di atas maka kebijakan-kebi¬jakan pendidikan yang akan diambil dirumuskan dulu dengan jelas sebelumnya dipilih prosedur evaluasi yang digunakan dengan demikian.

f.       Berprinsip kesinambungan
Prinsip ini biasanya dikenal dengan prinsip kontinuitas, yang dimaksudkan di sini adalah sebagai suatu evaluasi dapat dikatakan menjadi baik jika evaluasi itu dilakukan secara sambung menyambung dan dilakukan dari waktu ke waktu. Dengan demikian maka akan dapat diperoleh gambaran kemajuan yang terjadi di antara para siswa yang di evaluasi. Dan gambaran kemajuan yang diperoleh dari peserta didik ini dapat dijadikan sebagai langkah untuk menentukan langkah-langkah atau kebajikan-kebajikan yang perlu diambil untuk masa-masa selanjutnya agar tujuan pendidikan dapat dicapai secara baik.
g.      Keterpaduan
Kegiatan penilaian berkaitan erat dengan kegiatan pengajaran atau penilaian tidak dapat dipisahkan dengan pengajaran. Dalam melakukan penilaian harus diperhatikan  tujuan-tujuan instruksional dan atau ruang lingkup bahan ajar yang diterima siswa. Setiap butir soal yang dibuat harus sesuai dengan bahan ajar yang akan disampaikan/diajarkan kepada siswa. Oleh karena itu, evaluasi merupakan bagian terpadu dari keseluruhan program pengajaran.

h.      Objektifitas
Untuk melakukan penilaian yang tepat haruslah didasarkan pada data yang objektif tentang kemajuan belajar siswa, karena hasil penilaian harus menggambarkan keadaan siswa sebenarnya, sesuai dengan kemampuan yang dimiliki siswa. Evaluasi  didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas tanpa dipengaruhi oleh subjektivitas, perbedaan latar belakang, agama, sosial-ekonomi, budaya, bahasa, gender, dan hubungan emosional. Agar hasil penilaian objektif, gunakan berbagai alat penilaian dan sifatnya komprehensif.

i.        Transparansi
Penilaian hendaknya harus dilakukan secara jujur agar mudah dipahami, sehingga hasilnya dapat di tindak lanjuti dan diketahui oleh pihak-pihak yang terkait. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar merupakan bagian integral (patokan) dalam proses belajar mengajar.

B.  Alat Evaluasi
Dalam pengertian umum, alat adalah suatu yang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang untuk melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan efisien. Kata alat, biasa disebut juga dengan istilah istrumen.dengan demikian maka alat evaluasi juga dikenal dengan instrumen evaluasi. Secara garis besar, alat evaluasi digolongkan menjadi dua macam yaitu, tes dan non tes. Selanjutnya tes dan non tes juga disebut teknik evaluasi. (Suharsimi Arikunto, 1997: 23)





C.     Tektik Nontes
Yang tergolong teknik non tes adalah:
a.  Skala bertingkat (rating scale)
Skala yang menggambarkan suatu nilai yang berbentuk angka terhadap suatu hasil perkembangan.
Contoh : kecenderungan seseorang terhadap jenis kesenian tertentu.
b.  Kuesioner
Kuesioner juga sering dkenal dengan nama angket. Pada dasarnya, kuesioner adalah berupa daftar pertanyaan yang harus diisi oleh seseorang yang akan diukur (responden). Adapun macam-macam kuesioner dapat ditinjau dari beberapa segi, di antaranya :
1)      Ditinjau dari segi persi      apan
a)   Kuesioner langsung : dikatakan langsung jika kuesioner tersebut dikirimkan dan  diisi langsung oleh orang yang akan dimintai jawaban tentang dirinya.
b)        Kuesioner tak langsung : adalah kuesioner yang dikirimkan dan diisi oleh bukan orang yang dimintai keterangannya.
2)        Ditinjau dari segi cara menjawab
a)      Kuesioner tertutup : adalah kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada jawaban yang dipilih.
b)        Kuesioner terbuka : adalah kuesioner yang disusun sedemikian rupa sehingga para pengisi bebas mengemukakan pendapatnya.\
c.   Daftar cocok (chek list)
Adalah deretan pernyataan (yang biasanya singkat), dimana responden yang dievaluasi tinggal membubuhkan tanda cocok ( √ ) di tempat yang sudah disediakan.
d. Wawancara (interview)
Adalah suatu metode atau cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak. Wawancara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1)        Interview bebas, dimana responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang telah dibuat oleh subyek evaluasi.
2)        Interview terpimpin, yaitu interview yang dilakukan oleh subyek evaluasi dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang sudah disusun terlebih dahulu.
e.  Pengamatan (observasi)
Adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Ada tiga macam observasi yaitu,
1)        Observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan oleh pengamat, tetapi dalam pada itu pengamat memasuki dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati.
2)        Observasi sistematik, yaitu observasi dimana faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya.
3)        Observasi eksperimental, adalah Observasi ini terjadi jika pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.

f.  Riwayat hidup
Adalah gambaran tentang keadaan seseorang selama dalam masa kehidupannya. Dengan mempelajari riwayat hidup maka subyek evaluasi akan dapat menarik suatu kesimpulan tentang kepribadian, kebiasaan, dan sikap dari obyek yang dinilai. (Suharsimi Arikunto, 1997: 24-28)
Selain teknik-teknik di atas, ada juga teknik lain yaitu :
1)        Studi kasus (Case Study)
Adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta didik, kelas atau sekolah yang memiliki kasus tertentu.
2)        Catatan insidentil (anecdotal record)
Adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa sepintas yang dialami peserta didik secara perorangan.
3)        Sosiometri
Adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun dan sampai batastertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara mereka.
4)        Inventori kepribadian
Hampir serupa dengan tes kepribadian. Bedanya dalam inventori kepribadian jawaban peserta didik tidak mempunyai kriteria benar atau salah. Semua jawaban peserta didik adalah benar selama dia menyatakan yang sesungguhnya. (Zainal Arifin, 2009: 168-172)
D.    Teknik Tes
Tes adalah penilaian yang konprehensif terhadap sorang individu atau keseluruhan usaha evaluasi program. Ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur siswa, maka tes dibedakan atas tiga macam, yaitu:
a.    Tes diagnostik
Adalah tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan siswa sehingga    berdasarkan hal itu dapat dilakukan pemberian yang tepat.
b.    Tes formatif
Dari arti kata form yang merupakan dasar dari istilah formatif maka evaluasi formatif dimaksudkan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah terbentuk setelah mengikuti suatu program tertentu.
c.    Tes sumatif
Tes sumatif dilaksanakan setelah berakhirnya pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.
Ada dua macam teknik yang dapat digunakan dalam melaksanakan evaluasi, yaitu teknik tes dan teknik non tes. Teknik tes meliputi tes lisan, tes tertulis dan tes perbuatan. Tes lisan dilakukan dalam bentuk pertanyaan lisan di kelas yang dilakukan pada saat pembelajaran di kelas berlangsung atau di akhir pembelajaran. Tes tertulis adalah tes yang dilakukan tertulis, baik pertanyaan maupun jawabannya. Sedangkan tes perbuatan atau tes unjuk kerja adalah tes yang dilaksanakan dengan jawaban menggunakan perbuatan atau tindakan.


Evaluasi dengan menggunakan teknik tes bertujuan untuk mengetahui:

a. Tingkat kemampuan awal siswa
b.  Hasil belajar siswa
c.  Perkembangan prestasi siswa
d.  Keberhasilan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran

Tes lisan dilakukan melalui pertanyaan lisan untuk mengetahui daya serap siswa. Tujuan tes lisan ini terutama untuk menilai:
a.  Kemampuan memecahkan masalah
b.  Proses berpikir terutama melihat hubungan sebab akibat
c.  Kemampuan menggunakan bahasa lisan
d.  Kemampuan mempertanggungjawabkan pendapat atau konsep yang dikemukakan.
Tes tertulis dapat berbentuk uraian (essay) atau soal bentuk obyektif (objective tes). Tes uraian merupakan alat penilaian hasil belajar yang paling tua. Secara umum tes uraian ini adalah pertanyaan yang menuntut siswa menjawab dalam bentuk menguraikan, menjelaskan, mendiskusikan, membandingkan, memberikan alasan, dan bentuk lain yang sejenis sesuai dengan tuntutan pertanyaan dengan menggunakan kata-kata dan bahasa sendiri.



Cara-cara penyusunan tes esai yang dimaksud:
a.       Guru hendaknya memfokuskan pertanyaan esai pada materi pembelajaran yang tidak dapat diungkap dengan bentuk tes lain misalnya tes objektif
b.      Guru kendaknya memformulasikan item pertanyaan yang mengungkap perilaku spesifik yang diperoleh dari pengalaman hasil belajar.
c.       Item-item pertanyaan tes esai sebaiknya jelas dan tidak menimbulkan kebingungan sehingga siswa dapat menjawabnya dengan tidak ragu-ragu
d.      Sertakan petunjuk waktu pengerjaan untuk setiap pertanyaan, agar para siswa dapat memperhitungkan kecepatan berpikir, menulis dan menuangkan ide sesuai dengan waktu yang disediakan.
e.       Ketika mengontruksi sejumlah pertanyaan essai, para guru hendaknya menghindari penggunaan pertanyaan pilihan. Misalnya pilih empat soal dari lima pertanyaan yang tersedia.
Menurut Sukardi (2008) kelebihan dan kelemahan tes esai, kelebihannya yaitu:
a.       Mengukur proses mental siswa dalam menuangkan ide ke dalam jawaban item secara tepat
b.      Mengukur kemampuan siswa dalam menjawab melalui kata dan bahasa mereka sendiri.
c.       Mendorong siswa untuk mempelajari, menyusun, merangkai, dan menyatakan pemikiran siswa secara aktif.
d.      Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusun dalam bentuk kalimat mereka sendiri.
e.       Mengetahui seberapa jauh siswa telah memahami dan mendalami suatu permasalahan atas dasar pengetahuan yang diajarkan di dalam kelas
Kelemahan:
a.       Dalam memeriksa jawaban pertanyaan tes esai, ada kecenderungan pengaruh subjektif yang selalu muncul dalam pribadi seorang guru.
b.      Pertanyaan esai yang disusun oleh seorang guru atau evaluator cenderung kurang bisa mencakup seluruh materi yang telah diberikan
c.       Bentuk pertanyaan yang memiliki arti ganda, sering membuat kesulitan pada siswa sehingga memunculkan unsur-unsur menerka dan menjawab dengan ragu-ragu.
Tes objektif banyak digunakan dalam menilai hasil belajar. Hal ini disebabkan antara lain oleh luasnya bahan pelajaran yang dapat dicakup dalam tes dan mudahnya menilai jawaban yang diberikan.
1.      Bentuk soal benar-salah

Bentuk soal benar salah adalah bentuk tes yang soal-soalnya   berupa pernyataan. Sebagian dari pernyataan itu merupakan pernyataan yang benar dan sebagian lagi merupakan pernyataan yang salah.
Kelebihan betul salah yaitu;
  1. Item tes betul salah memiliki karakteristik yang menguntungkan, yaitu mudah dan cepat dalam menilai
  2. Untuk item betul salah yang dikonstruksi secara cermat, membawa implikasi kepada peserta didik, yaitu waktu mengerjakan soal lebih cepat diselesaikan
  3. Seperti bentuk tes objektif lainnya, item tes benar salah hasil akhir penilaian dapat objektif
Kelemahan betul salah;
  1. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai
  2. Penggunaan pertanyaan alternatif lebih memungkinkan peserta didik mengira-ngira jawaban.
2.      Bentuk soal pilihan ganda atau pilihan jamak (multiple choice)
               Soal pilihan ganda adalah bentuk tes yang mempunyai satu jawaban yang benar atau paling tepat.
Kelebihan bentuk soal pilihan ganda yaitu;
  1. Tes pilihan ganda memiliki karakteristik yang baik untuk suatu alat pengukur hasil belajar siswa
  2. Item tes pilihan ganda yang dikonstruksi dengan intensif dapat mencakup hampir seluruh bahan pembelajaran yang diberikan oleh guru di kelas.
  3. Item tes pilihan ganda adalah tepat untuk mengukur penguasaan informasi para siswa yang hendak dievaluasi.
Kelemahan bentuk soal pilihan ganda yaitu;
  1. Mengonstruksi item tes betul salah pada umumnya diperlukan waktu yang lebih lama jika dibandingkan dengan pembuatan tes essai
  2. Penggunaan pertanyaan alternative lebih memungkinkan peserta didik mengira-ngira jawaban.     
3.      Bentuk soal menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan terdiri atas dua kelompok pernyataan yang paralel. Kedua kelompok pernyataan ini berada dalam satu kesatuan. Kelompok sebelah kiri merupakan bagian yang berisi soal-soal yang harus dicari jawabannya.
Kelebihan bentuk soal menjodohkan
  1. Penilaiannya dapat dilakukan dengan cepat dan objektif.
  2. Tepat digunakan untuk mengukur kemampuan bagaimana mengidentifikasi antara dua hal yang berhubungan.
  3. Dapat mengukur ruang lingkup pokok bahasan atau subpokok bahasan yang lebih luas.
Kelemahan bentuk soal menjodohkan
  1. Hanya dapat mengukur hal-hal yang didasarkan atas fakta dan hafalan
  2. Sukar untuk menentukan materi atau pokok bahasan yang mengukur hal-hal yang berhubungan
4.      Bentuk soal jawaban singkat (isian)
Bentuk soal jawaban singkat merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat, atau simbol.
Kelebihan bentuk soal jawaban singkat;
  1. Menyusun soalnya relatif mudah
  2. Kecil kemungkinan siswa member jawaban dengan cara menebak
  3. Menuntut siswa untuk dapat menjawab dengan singkat dan tepat
  4. Hasil penilaiannya cukup objektif
Kelemahan bentuk soal jawaban singkat;
  1. Kurang dapat mengukur aspek pengetahuan yang lebih tinggi.
  2. Memerlukan waktu yang agak lama untuk menilainya sekalipun tidak selama bentuk uraian
  3. Menyulitkan pemeriksaan apabila jawaban siswa membingungkan pemeriksa

E.  Perbandingan antara tes diagnosis, formatif dan Sumatif.
  a.   Ditinjau dari fungsinya
1)   Tes diagnostik
       Menentukan apakah bahan pra surat telah dikuasai atau belum
       Menentukan tingkat penguasaan siswa terhadap bahan yang dipelajari
       Mengelompokkan siswa berdasarkan kemampuan dalam menerima pelajaran yang akan dipelajari
Menentukan kesulitan-kesulitan belajar yang dialami untuk menentukan cara khusus untuk mengatasi atau memberikan bimbingan.
2)   Tes formatif
Sebagai umpan balik bagi siswa, guru maupun program untuk menilai pelaksanaan suatu unit program.
3)   Tes sumatif
Untuk memberikan tanda kepada siswa bahwa telah mengikuti suatu program serta menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan dengan kemampuan dengan kawannya dalam kelompok.

b.    Ditinjau dari waktu
1)        Tes diagnostik
       Pada waktu penyaringan calon siswa
       Pada waktu membagi kelas atau permulaan memberikan pelajaran.
2)        Tes formatif
Selama pelajaran berlangsung untuk mengetahui kekurangan agar pelajaran dapat berlangsung sebaik-baiknya.


3)        Tes sumatif
Pada akhir unit catur wulan, semester akhir tahun atau akhir pendidikan.

c.    Ditinjau dari titik berat penilaian
1)        Tes diagnostik
       Tingkah laku kognitif, afektif dan psikomotorik
       Faktor-faktor fisik, psikologis dan lingkungan
2)        Tes formatif
               Menentukan pada tingkah laku kognitif
3)        Tes sumatif
       Pada umumnya menentukan tingkah laku kognitif, tetapi ada kalanya pada tingkah laku psikomotorik dan kadang-kadang pada afektif.
d.   Ditinjau dari alat evaluasi
1)        Tes diagnostik
       Tes prestasi belajar yang telah distandarisasi
       Tes diagnostik yang telah distandarisasikan
       Tes buatan guru
       Pengamatan dan daftar cocok (check list)
2)        Tes formatif
       Tes prestasi belajar yang tersusun secara baik
3)        Tes sumatif
             Tes ujian akhir
e.    Ditinjau dari cara memilih tujuan yang dievaluasi
1)        Tes diagnostik
       Memilih tiap-tiap ketrampilan prasyarat
       Memiliki tujuan setiap program pelajaran secara berimbang
       Memilih yang berhubungan dengan tingkah laku fisik, mental dan perasaan
2)        Tes formatif
       Mengukur semua tujuan instruksional khusus
3)        Tes sumatif
       Mengukur tujuan instruksional umum
f.     Ditinjau dari tingkat kesulitan tes
1)        Tes diagnostik
Untuk tes diagnostik mengukur ketrampilan dasar, diambil dari banyak soal tes yang mudah yang tingkat kesulitannya 0,5 atau lebih
2)        Tes formatif
Belum dapat ditentukan
3)        Tes sumatif
Rata-rata mempunyai tingkat kesulitan antar 0,35-0,70 ditambah beberapa soal yang sangat mudah dan beberapa lagi yang sangat sukar.
g.    Ditinjau dari skoring
1)        Tes diagnostik
       Menggunakan standar mutlak dan standar relatif
2)        Tes formatif
       Menggunakan standar mutlak
3)        Tes sumatif
       Menggunakan standar relatif
h.    Ditinjau dari tingkat pencapaian
1)        Tes diagnostik
Ada bermacam-macam tes diagnostik, untuk tes diagnostik yang sifatnya memonitor kemajuan tingkat pencapaian yang diperoleh siswa merupakan informasi tentang keberhasilannya. Tes prasyarat adalah tes diagnostik yang sifatnya khusus. Fungsinya untuk mengetahui penguasaan bahan prasyarat yang sangat penting untuk kelanjutan studi bagi pengetahuan berikutnya.
2)        Tes formatif
Ditinjau dari tujuan, tes formatif digunakan untuk mengetahui apakah siswa sudah mencapai tujuan instruksional umum yang diuraikan menjadi tujuan instruksional khusus
3)        Tes sumatif
Sesuai dengan fungsi tes sumatif, yaitu memberikan tanda kepada siswa bahwa mereka telah mengikuti suatu program dan untuk menentukan posisi kemampuan siswa dibandingkan kawan dalam kelompoknya. Maka tidak dibutuhkan suatu tuntutan harus berapa tingkat penguasaan yang dicapai, namun demikian tidak berarti bahwa tes sumatif tidak penting

i.      Ditinjau dari cara pencatatan
1)   Tes diagnostik
       Dicatat dan dilaporkan dalam bentuk profil
2)   Tes formatif
       Prestasi tiap siswa dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal dalam menguasai suatu tugas.
3)   Tes sumatif
       Keseluruhan skor atau sebagian skor dari tujuan-tujuan yang dicapai. (Suharsimi Arikunto, 1997: 42-47)




Untuk lebih singkatnya dapat dilihat pada tabel berikut :

PERBANDINGAN ANTARA TES DIAGNOSTIK, FORMATIF, DAN SUMATIF
ASPEK yang DITINJAU
DIAGNOSTIK
FORMATIF
SUMATIF
Fungsi
Penjajagan, tingkat penguasaan, placement test, kesulitan
Umpan balik (siswa, guru, dll) ttg pelaksanaan unit pelajaran
Penentuan kemampuan posisi siswa terhadap yang lain
Waktu
Saat seleksi, pembagian kelas, selama pelajaran berlangsung
Selama pelajaran berlangsung
Akhir unit waktu (cawu, semester)
Titik Berat Penilaian
Tingkah laku kognitif, afektif, dan psikomotorik. Faktor fisik, psikologis, dan lingkungan
Penekanan pada kognitif
Pada umumnya kognitif (namun tingkat yang lebih tinggi)
Alat Evaluasi
TPB standar, Tes Diag. Standar, Observasi, Check list.
TPB
Tes Ujian Akhir
Pilihan Tujuan Evaluasi
Keterampilan prasyarat, dll.
Tujuan Instruksional Khusus
Tujuan Instruksional Umum
Tingkat Kesulitan
Keterampilan dasar (indeks kesukaran 0,65 atau lebih)
-
Tingkat kesulitan (indeks kesukaran) antara 0,35-0,70.
Skoring
Standar Mutlak (criterion referenced)
Standar Normal (norm-referenced)
Standar Mutlak (criterion referenced)
Kebanyakan menggunakan Standar relatif (norm-referenced)
Tingkat Pencapaian
Bervariasi (untuk tes prasyarat dituntut 100 %)
Tingkat pencapaian TIK (kur. 1975) : 75 %
“Tidak ditentukan”
Cara Pencatatan Hasil
Dilaporkan dalam bentuk profil
Dilaporkan dalam bentuk catatan berhasil atau gagal
Dilaporkan dalam bentuk keseluruhan atau sebagian skor dari tujuan yang dicapai





BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat ditarik dari pembahasan pada makalah ini , yaitu :
1.      Prinsip-prinsip yang harus dipegang teguh dalam melakukan suatu evaluasi merupakan suatu patokan pengukuran hingga dapat diperoleh penilaian (value judgement). Prinsip-prinsip yang dimaksud adalah Kepastian dan kejelasan , Teknik evaluasi , Kesadaran adanya kesalahan pengukuran, Evaluasi adalah alat, bukan tujuan, Keterpaduan, Objektifitas &  Transparansi
2.      Alat evaluasi adalah suatu alat atau instrumen yang digunakan untuk mempermudah proses evaluasi. Secara umum terbagi dua , yaitu teknik non tes & teknik tes.
3.      Teknik non tes terdiri dari  Skala bertingkat (rating scale) Kuesioner,   Daftar cocok (chek list), Wawancara (interview), Pengamatan (observasi) &   Riwayat hidup
4.      Teknik tes secara umum terdiri atas tes diagnostik , tes formatif & tes sumatif dengan beberapa perbandingan dari ketiganya yang dapat ditinjau dari

B.     Saran
Saran yang bisa kami berikan kepada pembaca agar proses belajarnya lebih efektif, selain di pahami teorinya, hendaknya juga coba diterapkan dalam aplikasinya secara langsung ke peserta didik. Dengan menggunakan lebih banyak refrensi akan mempermudah proses belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar