Arthur Holly Compton (1892 –
1962)
A.
SEJARAH HIDUP
Arthur
Holly Compton
lahir di Wooster, Ohio, Amerika Serikat pada 10 September 1892, putra Elias
Compton, Profesor Filsafat dan Dekan di College of Wooster. Dia
menempuh pendidikan di Wooster College, lulus Bachelor of Science pada tahun
1913. Lalu menghabiskan tiga tahun studi pascasarjana di Princeton University,
-menerima gelar MA nya pada tahun 1914 dan Ph.D. tahun 1916. Pada tahun yang sama (1916), ia
menikah dengan Betty Charity McCloskey dan mereka dikaruniai 4 orang putra.
Menghabiskan satu tahun sebagai dosen
fisika di University of Minnesota, tahun 1917 ia mengambil posisi sebagai
insinyur riset dengan Perusahaan Lampu Westinghouse di Pittsburgh hingga 1919.
Setelah itu ia belajar di Cambridge University sebagai Anggota Dewan Penelitian
Nasional dan menjadi salah satu mahasiswa Rutherford.
Pada tahun 1920, ia diangkat sebagai Profesor Fisika, dan Kepala Departemen
Fisika di Universitas Washington, St Louis, Saat bekerja di Universitas Washington, St Louis, ia menemukan
panjang gelombang sinar X bertambah jika mengalami hamburan. Pada 1923, ia bisa
menerangkannya menurut teori kuantum cahaya. Pekerjaan itu telah meyakinkan
orang akan kebenaran realitas foton sekaligus
mengantarkannya menjadi salah satu penerima Nobel
Fisika pada 1927 atas
temuannya itu, ia bekerja di Universitas Chicago untuk
mempelajari sinar kosmis. Compton menjelaskan sebenarnya sinar itu terdiri atas
partikel yang bergerak cepat. Sekarang, partikel itu dikenal sebagai inti atom
dan sebagian besar ialah proton yang berputar dalam ruang dan bukan sinar gama.
Compton membuktikan hal itu dengan memperlihatkan intensitas sinar kosmis
berubah terhadap lintang dan hal itu hanya bisa diterima jika partikel itu
ialah ion yang lintasannya dipengaruhi medan magnet bumi.
Compton pernah menjabat sebagai Presiden dari Perkumpulan Fisika Amerika
(1934), dari Asosiasi Ilmu Pengetahuan Amerika untuk Pekerja (1939-1940), dan
Asosiasi Amerika untuk Kemajuan Ilmu Pengetahuan (1942).
In 1941 Compton was appointed Chairman of the
National Academy of Sciences Committee to Evaluate Use of Atomic Energy in War.Pada
tahun 1941 diangkat sebagai Ketua dari Akademi Nasional Ilmu Pengetahuan Komite
Evaluasi Penggunaan Energi Atom dalam Perang. His
investigations, carried out in cooperation with E.
Penyelidikannya, yang dilakukan bekerja sama dengan E. Fermi ,
L. Szilard, EP Wigner
and others, led to the establishment of the first controlled uranium fission
reactors, and, ultimately, to the large plutonium-producing reactors in
Hanford, Washington, which produced the plutonium for the Nagasaki bomb, in
August 1945. Fermi,
L. Szilard, EP Wigner
dan lain-lain, di Hanford, Washington, yang menghasilkan plutonium untuk bom
Nagasaki, pada bulan Agustus 1945. (He also played
a role in the Government's decision to use the bomb; a personal account of
these matters may be found in his book, Atomic Quest - a Personal Narrative
, 1956.) Ia juga memainkan peran dalam keputusan pemerintah untuk
menggunakan bom; hal ini dapat ditemukan dalam bukunya, Atomic Quest - Personal
Narrative, 1956. Compton
kembali ke St Louis sebagai Kanselir di tahun 1945 dan dari 1954 hingga pensiun
pada tahun 1961.
Ia meninggal pada 15 Maret 1962 di
Berkeley, California, Amerika Serikat.
B. SEJARAH PENEMUAN KONSEP
Tahun
1920 Compton mengadakan penelitian tentang
hamburan sinar-X dari bermacam-macam
zat dengan menggunakan spektrometer.
Tahun
1922 compton membuktikan bahwa sinar-X mengalami perubahan tertentu ketika
mengalami penghamburan . Selain itu Compton juga membuktikan bahwa sinar-X
dapat merusak bahan dari gelas dan kaca perak.
Tahun
1923 Compton menerangkan sinar-X berdasarkan teori kuantum cahaya yang diberi
nama foton.
Compton
juga menerangkan proses kejadian sinar kosmis.
C. PENGEMBANGAN KONSEP
Akibat pertama dari mekanika gelombang
adalah bahwa pembedaan klasik antara partikel dan gelombang ternyata tidak lagi
berlaku. Setidaknya ada tiga percobaan awal yang menuntun ke teori kuantum dan
membuktikan kebenarannya. Ketiganya membuktikan bahwa cahaya, yang selama ini
diperlakukan sebagai suatu gejala gelombang, memiliki pula sifat yang biasanya
dikaitkan dengan partikel. Energinya tidak disebar merata pada muka gelombang,
melainkan dilepaskan dalam bentuk buntelan-buntelan seperti partikel yang
disebut foton yang sebelumnya disebut kuantum. Setelah Einstein memperkenalkan
foton cahaya yang bersifat sebagai partikel pada tahun 1905, penemuan-penemuan
baru yang melibatkan foton segera meluas. Pada tahun 1923 Saat bekerja di Universitas Washington, St. Louis, Arthur H. Compton menggunakan
model foton untuk menjelaskan penemuannya mengenai hamburan sinar X oleh
elektron dalam kristal. Ia menemukan bahwa panjang gelombang sinar X bertambah jika mengalami hamburan.
Diagram susunan
percobaannya adalah sebagai berikut:
Pada percobaan ini, sebarkas sinar-X
dijatuhkan pada suatu sasaran hamburan, yang oleh Compton dipilih unsur karbon
(grafit). Lalu ia mengukur untuk berbagai sudut hamburan, intensitas sinar-X
yang dihamburkan sebagai fungsi dari panjang gelombangnya. Dari hasil
eksperimen terlihat bahwa walaupun pada awalnya sinar masuk terdiri satu macam
saja panjang gelombang λ namun sinar-X yang
dihamburkan memiliki puncak intensitas di dua panjang gelombang tersebut adalah sama seperti panjang gelombang yang
masuk, dan lainnya λ’ , adalah lebih besar sebanyak Δ λ . Pergeseran yang dinamakan pergeseran Compton Δ
λ ini berubah
terhadap sudut pada mana sinar-x yang terhambur ini diamati.
Compton mampu menerangkan
hasil-hasil eksperimennya dengan mendalilkan bahwa sinar-X yang masuk bukanlah
sebuah gelombang melainkan kumpulan foton yang tenaganya E (=hv) dan bahwa foton-foton itu mengalami tumbukan yang
menyerupai tumbukan bola bilyard dengan elektron-elektron bebas di dalam blok
penghambur tersebut. Foton yang melompat yang muncul keluar dari blok tersebut
menurut pandangan ini akan merupakan radiasi yang dihamburkan. Karena foton
yang masuk memindahkan sebagian dari tenaganya kepada elektron yang terlanggar
oleh foton tersebut, maka foton yang dihamburkan harus mempunyai tenaga yang
lebih rendah E’; yang berarti bahwa
foton harus mempunyai frekuensi yang lebih rendah v’ (= E’/ h) dan menyatakan panjang gelombang yang lebih besar λ’ (=
c/ v’).
Pandangan ini setidak-tidaknya secara kualitatif, memperhitungkan pergeseran
panjang gelombang Δ
λ .
Percobaan Compton tidak melibatkan
pengamatan-pengamatan melalui elektron yang terpental di dalam blok penghambur.
Dari kelima variabel tumbukan (λ, λ’, v, θ, dan φ), kita dapat
mengeliminasi v dan θ yang hanya membahas elektron, sehingga di peroleh
persamaan sederhana:
Δ
λ = (h/m0c) (1 – cos θ)
Jadi
pergeseran Compton Δ
λ hanya bergantung pada sudut hamburan θ dan tak bergantung pada panjang
gelombang semula λ. Perubahan panjang
pada foton Δ
λ merentang dari 0 pada θ = 0o
dimana foton yang masuk hampir tidak direfleksikan, hingga dua kali panjang
gelombang Compton pada θ = 180o dimana terjadi tumbukan lenting sempurna,
yaitu foton yang masuk dibalikkan arahnya.
D.
APLIKASI KONSEP
Hal
yang sama dapat diperoleh bagi hamburan sinar gamma, yang merupakan foton
berenergi lebih tinggi (panjang gelombang lebih kecil dari sinar-X) yang
dipancarkan dalam berbagai peluruhan radioaktif. Compton juga mengukur
perubahan panjang gelombang sinar gamma hambur seperti yang dilakukan pada
sinar-X. Perubahan panjang gelombang yang disimpulkan dari barbagai hamburan
sinar gamma ternyata identik dengan yang disimpulkan dari sinar-X. Rumus
Compton menuntun kita untuk memperkirakan hal ini, karena perubahan panjang
gelombang tidak bergantung pada panjang gelombang datang.
Selain
itu dengan adanya perumusan efek Compton, maka dapat ditentukan panjang
gelombang sinar-X hambur, energi foton sinar-X hambur hambur, energi kinetik
elektron hambur serta arah gerak elektron hambur. Tidak hanya pada sinar-X
melainkan radiasi elektromagnetik secara umum yang berperilaku sebagai
partikel.
E. PENGEMBANGAN KONSEP KE DEPAN
Dengan menerapkan efek Compton,
maka kita bisa mengatur panjang foton hambur yang akan dihasilkan dengan
memvariasikan sudut refleksi θ dari pada berbagai peralatan penunjang
kehidupan yang menggunakan radiasi elektromagnet.
F.
PERTANYAAN
1. Jelaskan konsep foton berdasarkan
mekanika kuantum?
Awalnya,
dalam mekanika klasik , partikel dan gelombang dibedakan karena sifat-sifatnya
yang sangat berbeda. Namun beberapa waktu kemudian dengan teori relativitas
Einstein para ilmuwan menyadari bahwa suatu radiasi elektromagnetik berupa
cahaya, pada suatu keadaan dapat berperilaku sebagai partikel dan pada keadaan
lain berperilaku sebagai gelombang. Dan hal ini sampai pada kesimpulan bahwa cahaya
bukanlah partikel saja ataupun gelombang saja. Entah bagaimana caranya ia
adalah partikel dan juga gelombang dan hanya memperlihatkan salah satu aspeknya
bergantung pada percobaan yang dilakukan. Percobaan tipe partikel
memperlihatkan hakikat pertikelnya, dan percobaan tipe gelombang memperlihatkan
hakikat gelombangnya.
2.
Rumus hamburan Compton mengemukakan bahwa benda yang diamati dari sudut yang
berbeda akan memantulkan cahaya dengan panjang gelombang berbeda. Mengapa kita
tidak mengamati adanya perubahan warna cahaya dari benda pemantul bila kita
melihatnya dari sudut yang berbeda?
Pada
efek Compton, perubahan panjang gelombang paling besar terjadi pada sudut
hambur θ = 180o yang
besarnya sama dengan panjang gelombang compton 0,02426 Å, yang berarti 2
kali panjang awal gelombang sinar yang diradiasikan. Namun perubahan ini tidak
teramati jika dibandingkan dengan panjang gelombang cahaya tampak yang berkisar
dari 4000 Å
sampai 8000 Å.
3. Seberkas foton menembusi suatu blok
materi. Sebutkan tiga cara tentang bagaimana foton dapat kehilangan energi
karena berinteraksi dengan materi tersebut?
*
radiasi benda hitam
* efek
fotolistrik
*
efek Compton
Tidak ada komentar:
Posting Komentar