Sabtu, 12 September 2015

sejarah hidup Al-Haitam

A.  Sejarah Hidup Al-Haitam

Abu Ali Al-Hasan Ibnu Al-Hasan Ibnu Al-Haitham atau yang lebih dikenal sebagai Alhazen di barat, lahir pada tahun 965 Masihi di Basrah, Persia, saat Dinasti Muwaih dari Persia menguasai Kekhalifahan Abbasiyah.
Sejak kecil al-Haitham dikenal berotak encer. Ia menempuh pendidikan pertamanya di tanah kelahirannya  . Beranjak dewasa ia merintis kariernya sebagai pegawai pemerintah di Basrah. Namun, Al-Haitham lebih tertarik untuk menimba ilmu dari pada menjadi pegawai pemerintah. Setelah itu, ia merantau ke Ahwaz dan metropolis intelektual dunia saat itu yakni kota Baghdad. Di kota Baghdad, dia melanjutkan belajarnya dan mendalami ilmu-ilmu arab dan Agama. Selain itu, dia juga mendalami ilmu matematika, fisika, astronomi, kedokteran, dan filsafat. Pada usianya yang ketiga puluh tahun, dia pergi ke Mesir atas undangan dari kekhalifahan Fatimiyyah, Al-Hakim Biamrillah. Ia diundang ke Mesir karena Al-Hakim Biamrillah mendengar perkataan al-Haitam ,”kalau saya di Mesir niscaya saya dapat melakukan suatu pekerjaan yang dapat melestarikan sungai nil dan sangat bermanfaat dalam keadaan sungai itu pasang ataupun surut. Saya mendengar bahwa sungai itu bergemuruh dari tempat yang tinggi, dan itu berada di ujung daerah Mesir.” Al-hakim kemudian tertarik untuk mengetahui dan memanfaatkan kecerdasan ilmuwan ini. Maka dia mengirim utusan dan mengundangnya untuk datang ke mesir. Dia berangkat sendiri ke luar kota Cairo untuk menyambut kedatangan ibnul haitam, kemudian mengajaknya untuk mempelajari aliran sungai Nil dari Cairo ke Aswan. Ibnul-Haitam telah melihat aliran sungai itu hingga sampai di daerah Al-Janadil di Selatan Aswan. Dia memeriksa aliran sungai itu di dua bendungan yangternyata tidak sesuai dengan gambarannya dan juga tidak cocok dengan proyeknya. Dia kemudian kembali ke Cairo dan memohon maaf kepada Al-Hakim Biamrillah dengan perasaan malu, karena ia tidak bisa memenuhi janjinya.  Dia menghabiskan sebagian besar waktunya di Cairo. Di sana dia melanjutkan penelitiannya dan menulis banyak buku. Dia hidup di Cairo dalam keadaan sederhana dan tawaddu’, yang mana dia hanya tinggal di sebuah kamar di dekat pintu gerbang Masjid Al-Azhar. Dia terpaksa menyibukkan diri dengan menggandakan buku-buku Euklides dan Ptolemaeus serta lainnya dan menjualnya di depan mesjid Al-Azhar untuk dapat menyambung hidupnya. Al haitam merupakan ilmuwan yang mulia bersih hatinya dan mencintai kebaikan. Dia juga bukan tipe orang yang suka mendekatkan diri kepada penguasa agar mendapatkan jabatan dan memperoleh penghargaan secara materi, melainkan ia selalu bergantung kepada dirinya sendiri dan hidup dari hasil keringatnya sendiri. Dia memilih berprofesi sebagai pengganda naskah-naskah manuskrip. Untuk dapat hidup setahun, dia cukup menggandakan tiga naskah manuskrip dan menjualnya. Setelah itu, dia menjalani hari-harinya dengan pola hidup zuhud agar dapat konsentrasi dalam melakukan penelitian dan menulis karya-karyanya. Salah satu karyanya yang terkenal yaitu Kitab al-Manazhir telah di terjemahkan dalam bahasa ke dalam bahasa latin pada tahun 1572, dan diterbitkan di Basel, Switzerland, dengan judul “Thesaurus Opticus”, buku ini menjadi rujukan para pengembang ilmu  di Eropa..  Al-Haitham sempat mengenyam pendidikan di Universitas al-Azhar yang didirikan Kekhalifahan Fatimiyah.
Al-haitam wafat di Kairo sekitar tahun 1039 M.

B.   Sejarah Penemuan Konsep
            Dunia mengenal al-Haitham sebagai perintis di bidang optik yang terkenal lewat bukunya bertajuk  Kitab al-Manazir (Buku optik). Untuk membuktikan teori-teori dalam bukunya itu, sang fisikawan Muslim legendaris itu lalu menyusun  Al-Bayt Al-Muzlim atau lebih dikenal dengan sebutan kamera obscura, atau  kamar gelap. Itulah salah satu karya al-Haitham yang paling menumental. Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Keduanya berhasil meneliti dan merekam fenomena kamera obscura. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.
Kajian ilmu optik berupa kamera obscura itulah yang mendasari kinerja kamera yang saat ini digunakan umat manusia. Oleh kamus Webster, fenomena ini secara harfiah diartikan sebagai ''ruang gelap''. Biasanya bentuknya berupa kertas kardus dengan lubang kecil untuk masuknya cahaya. Teori yang dipecahkan Al-Haitham itu telah mengilhami penemuan film yang kemudiannya disambung-sambung dan dimainkan kepada para penonton.
               Selain penemuan kamera obscura, terdapat banyak penemuan konsep lain yang dicetuskan Al-Haitam, yaitu dalam bidang optik,  dia menjelaskan bahwa penglihatan merupakan hasil dari cahaya menembus mata dari benda, dengan demikian merupakan bantahan terhadap kepercayaan kuno yang mengatakan bahwa sinar penglihatan datang dari mata. Dia juga mampu menjelaskan bagian-bagian mata serta fungsinya masing-masing dalam proses penglihatan, Dialah ilmuwan pertama yang mengajukan argument bahwa penglihatan terjadi di otak, dibandingkan di mata. Al-Haitham mengesakan bahwa pengalaman seseorang memiliki efek pada apa yang dilihat dan bagaimana seseorang melihat.
 
               Menurut Al-Haitham, penglihatan dan persepsi adalah subjektif. Al-Haitham juga adalah ilmuwan pertama yang menggabungkan fisika dengan psikologi
sehingga terbentuklah psychophysics. Melalui percobaan yang dilakukannya dalam studi psikologi, Al-Haitham banyak mengupas tentang persepsi visual termasuk sensasi, variasi, dalam sensitivitas, sensasi rabaan, persepsi warna, serta persepsi kegelapan. 
Dalam buku lainnya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris berjudul Light On Twilight Phenomena, al-Haitham membahas mengenai senja dan lingkaran cahaya di sekitar bulan dan matahari serta bayang-bayang dan gerhana.
Menurut Al-Haitham, cahaya fajar bermula apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk timur. Warna merah pada senja akan hilang apabila matahari berada di garis 19 derajat ufuk barat. Ia pun menghasilkan kedudukan cahaya seperti bias cahaya dan pembalikan cahaya.


C. Pengembangan Konsep
Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pun diperkenalkan di Barat sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera).
Setelah itu,  penggunaan lensa pada kamera obscura juga dilakukan Giovanni Batista della Porta (1535–1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 - 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).

         Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada  1665 M.  Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.

       Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya - yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.
Pada abad ke-13 M, sarjana Inggris, Roger Bacon (1214 M - 1294 M), menulis tentang kaca pembesar dan menjelaskan bagaimana membesarkan benda menggunakan sepotong kaca. "Untuk alasan ini, alat-alat ini sangat bermanfaat untuk orang-orang tua dan orang-orang yang memiliki kelamahan pada penglihatan, alat ini disediakan untuk mereka agar bisa melihat benda yang kecil, jika itu cukup diperbesar," jelas Roger Bacon.
Beberapa sejarawan ilmu pengetahuan menyebutkan Bacon telah mengadopsi ilmu pengetahuannya dari ilmuwan Muslim, Ibnu al-Haitam. Bacon terpengaruh dengan kitab yang ditulis al-Haitham berjudul Ktab al-Manazir Kitab tentang Optik. Kitab karya al-Haitham itu ternyata telah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin.

D. Aplikasi Konsep
Sebuah versi kamera obscura digunakan dalam Perang Dunia I untuk melihat pesawat terbang dan pengukuran kinerja. Pada Perang Dunia  II kamera obscura juga digunakan untuk memeriksa keakuratan navigasi perangkat radio.
Ibnu al-Haitham telah banyak melakukan penyelidikan mengenai cahaya, dan telah memberikan ilham kepada ahli sains barat seperti Boger, Bacon, dan Kepler dalam menciptakan mikroskop serta teleskop.
Konsep lensa dikembangkan dalam pembuatan kaca mata.
Penjelasan cara penglihatan dan bagian-bagian mata dikembangkan dalam kedokteran yaitu dalam pembedahan dan operasi mata
E. Pengembangan Konsep Ke Depan
            Kiranya di kemudian hari dapat dibuat kamera digital dengan resolusi pembesaran yang sangat tinggi sehingga dapat digunakan mengamati benda nano sehingga proyek nano yang sedang di kembangkan saat ini lebih cepat terealisasi.











F. Soal
Pertanyaan:
1.      Bagaimana sejarah penemuan kamera obscura?
Jawaban: Penemuan yang sangat inspiratif itu berhasil dilakukan al-Haithan bersama Kamaluddin al-Farisi. Penemuan itu berawal ketika keduanya mempelajari gerhana matahari. Untuk mempelajari fenomena gerhana, Al-Haitham membuat lubang kecil pada dinding yang memungkinkan citra matahari semi nyata diproyeksikan melalui permukaan datar.

2.      Bagaimana pengembangan konsep kamera obscura?
jawaban : Istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham diperkenalkan di Barat sekitar abad ke-16 M. Lima abad setelah penemuan kamera obscura, Cardano Geronimo (1501 -1576), yang terpengaruh pemikiran al-Haitham mulai mengganti lobang bidik lensa dengan lensa (camera). Setelah itu,  penggunaan lensa pada kamera onscura juga dilakukan Giovanni Batista della Porta (1535–1615 M). Ada pula yang menyebutkan bahwa istilah kamera obscura yang ditemukan al-Haitham pertama kali diperkenalkan di Barat oleh Joseph Kepler (1571 - 1630 M). Kepler meningkatkan fungsi kamera itu dengan menggunakan lensa negatif di belakang lensa positif, sehingga dapat memperbesar proyeksi gambar (prinsip digunakan dalam dunia lensa foto jarak jauh modern).
Setelah itu, Robert Boyle (1627-1691 M), mulai menyusun kamera yang berbentuk kecil, tanpa kabel, jenisnya kotak kamera obscura pada  1665 M.  Setelah 900 tahun dari penemuan al-Haitham pelat-pelat foto pertama kali digunakan secara permanen untuk menangkap gambar yang dihasilkan oleh kamera obscura. Foto permanen pertama diambil oleh Joseph Nicephore Niepce di Prancis pada 1827.
Tahun 1855, Roger Fenton menggunakan plat kaca negatif untuk mengambil gambar dari tentara Inggris selama Perang Crimean. Dia mengembangkan plat-plat dalam perjalanan kamar gelapnya - yang dikonversi gerbong. Tahun 1888, George Eastman mengembangkan prinsip kerja kamera obscura ciptaan al-Hitham dengan baik sekali. Eastman menciptakan kamera kodak. Sejak itulah, kamera terus berubah mengikuti perkembangan teknologi.
3.      Mengapa Al-Haitam disebut sebagai  the first Scientist?
Jawaban : Beliau dianggap sebagai the first Scientist karena beliau merupakan seorang  ilmuwan muslim yang ahli dalam bidang  sains, falak, matematika, geometri, pengobatan, dan filsafat, dan karena kehebatannya dalam menjabarkan optic, sebagai pelopor metode ilmiah modern dan juga sebagai psikolog pertama.












Tidak ada komentar:

Posting Komentar