LAPORAN PRAKTIKUM INSTRUMENTASI FISIKA
PERCOBAAN II
“AMPEREMETER”
OLEH
NAMA :
ZOE TRIANI SYAFII
STAMBUK :
A1C3 13 094
JURUSAN :
PENDIDIKAN FISIKA
KELOMPOK :
V
1. SYARIFUDDIN
2. NURDIANTO
3. NURUL HIKMA
4. WA RASIA
5. WA ONA
6. NUR LYASIN
RUFA
LABORATURIUM PENGEMBANGAN UNIT FISIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HALU
OLEO
KENDARI
2015
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Salah
satu mata kuliah di program studi Pendidikan Fisika adalah Alat-Alat Ukur
Listrik. Selain mengajarkan tentang teori dari materi tersebut, mahasiswa juga
diharuskan mengikuti kegiatan praktikum. Hal ini dikarenakan penguasaan teori
tak ada artinya tanpa disertai dengan praktik dari penggunaan alat tersebut.
Salah
satu syarat dasar alat ukur adalah bahwa alat yang dipakai tidak menghambat
sistim atau variabel yang diukur. Untuk memenuhi syarat ini diperlukan alat
ukur ideal yang sempurna dalam segala hal. Tentu saja alat ukur seperti ini
tidak ada, tetapi beberapa alat ukur terbukti lebih baik dari pada yang lain untuk
suatu pengukuran tertentu. Alat yang lain bahkan benar-benar tidak berguna
serta berbahaya apabila dipergunakan pada jenis pengukuran yang tidak sesuai.
Alat
ukur listrik adalah alat yang digunakan untuk mengukur alat-alat listrik.
Alat-alat ukur listrik terbagi menjadi 2, yakni alat ukur listrik digital dan
analog. Alat ukur listrik digital adalah alat ukur yang dalam penggunaannya
tidak perlu dikalibrasi karena secara otomatis dapat berfungsi dengan baik.
Contohnya multimeter digital, osiloskop digital, anemometer digital, dll.
Sementara alat ukur listrik analog adalah alat yang harus dikalibrasi terlebih
dahulu dalam penggunaannya. Biasanya menggunakan jarum untuk menunjukkan angka
untuk alat yang diukur yang diukur. Contohnya multimeter analog.
Alat-alat
tersebut sangat berguna, karena pada dasarnya alat-alat ukur listrik ini sangat
banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penggunaannya, sebelum
menggunakan alat-alat ukur listrik tersebut terlebih dahulu kita harus
menguasai fungsi, cara penggunaan dan prinsip kerja alat ukur (instrument) yang
akan kami gunakan. Oleh karena itu, kami sebagai mahasiswa program studi
pendidikan fisika sudah seharusnya mengetahui fungsi, cara penggunaan dan
prinsip kerja alat-alat ukur listrik.
Berdasarkan
pemikiran tersebut, maka perlu kami mengikuti praktikum alat-alat ukur
listrik. Sehingga dengan mengetahui
fungsi, cara penggunaan dan prinsip kerja alat-alat ukur listrik, kami dapat
mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
B.
TUJUAN
1. Dapat menggunakan amperemeter dengan tepat.
2. Menentukan hambatan dalam (Rm) amperemeter.
3. Menentukan kesalahan pengukuran dengan amperemeter
secara
praktis dan teoritis
C.
ALAT
DAN BAHAN
Alat dan bahan yang
digunakan pada percobaan amperemeter
ini dapat di lihat pada tabel berikut:
Tabel
2.1 alat dan bahan pada percobaan amperemeter.
No.
|
Alat
dan Bahan
|
Fungsi
|
1.
|
Multimeter
digital
|
Untuk
mengukur hambatan (Ohmmeter)
|
2.
|
Powar
Supply
|
Sebagai
sumber tegangan
|
3.
|
Resistor
|
Sebagai
hambatan yang kemudian akan di ukur
|
4.
|
Kabel
penghubung
|
Menghubungkan
antara komponen elektronika yang satu
dengan komponen elektronika yang lain
|
5.
|
Amperemeter analog (Basicmeter)
|
Sebagai pengukur kuat arus (Amperemeter)
|
D.
KAJIAN TEORI
Amperemeter
adalah alat yang digunakan untuk mengukur kuat arus listrik. Umumnya alat ini dipakai oleh teknisi
elektronik dalam alat multi tester listrik yang disebut avometer gabungan dari
fungsi amperemeter, voltmeter dan ohmmeter.
Ampermeter dapat dibuat atas susunan mikroamperemeter dan shunt yang
berfungsi untuk deteksi arus pada rangkaian baik arus yang kecil, sedangkan
untuk arus yang besar ditambahan dengan hambatan shunt.
Amperemeter
bekerja sesuai dengan gaya lorentz gaya magnetis. Arus yang mengalir pada
kumparan yang diselimuti medan magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat
menggerakkan jarum amperemeter. Semakin besar arus yang mengalir maka semakin
besar pula simpangannya (Bishop.2002: 34).
Amperemeter
adalah alat untuk mengukur kuat arus. Alat ini sering digunakan oleh teknisi
elektronik yang biasanya menjadi satu dalam multitester atau Avometer. Avometer
adalah singkatan dari Amperemeter, Voltmeter dan Ohmmeter.
Amperemeter
bisa jadi tersusun atas mikroamperemeter dan shunt.
Mikroamperemeter berguna untuk mendeteksi ada tidaknya arus melalui rangkaian
karena nilai kuat arus yang kecilpun dapat terdeteksi. Untuk mengukur kuat arus yang lebih besar
dibantu dengan hambatan Shunt sehingga kemampuan mengukurnya disesuaikan dengan
perkiraan arus yang ada.
Prinsip Kerja Amperemeter
Amperemeter bekerja berdasarkan prinsip gaya magnetik (Gaya Lorentz).
Ketika arus mengalir melalui kumparan yang dilingkupi oleh medan magnet timbul
gaya lorentz yang menggerakkan jarum penunjuk menyimpang. Apabila arus yang melewati kumparan besar,
maka gaya yang timbul juga akan membesar sedemikian sehingga penyimpangan jarum
penunjuk juga akan lebih besar. Demikian
sebaliknya, ketika kuat arus tidak ada maka jarum penunjuk akan dikembalikan ke
posisi semula oleh pegas. Besar gaya
yang dimaksud sesuai dengan Prinsip Gaya Lorentz.
F = B.
I. L...............................................(1)
Kemampuan amperemeter dapat ditingkatkan dengan memasang hambatan shunt
secara parallel terhadap amperemeter.
Besar hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya akan
ditingkatkan. Misalnya mula-mula arus
maksimumnya adalah I, akan ditingkatkan menjadi I’ = n.I, maka besar hambatan
shunt yaitu:
………………………………….(2)
Ket :
RG =
Hambatan galvanometer mula-mula (Nerdi, 2009: 28).
Jika
kami akan mengukur arus yang melewati penghantar dengan menggunakan Amperemeter
maka harus kami pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir
melewati amperemeter. Setelah
amperemeter terpasang, kami dapat mengetahui besar kuat arus yang mengalir
melalui penghantar dengan membaca amperemeter melalui jarum penunjuk. Dalam
membaca amperemeter harus diperhatikan karakteristik alat ukur karena jarum
penunjuk tidak selalu menyatakan angka apa adanya.
Kuat arus yang terukur I dapat
dihitung dengan rumus:
………………………(3)
dengan,
A =
Amperemeter yang digunakan (Nerdi, 2009: 26).
(Teguh, 2001:
67).
E.
PROSEDUR KERJA
Adapun prosedur kerja yang
dilakukan pada percobaan amperemeter
adalah sebagai berikut:
a.
Memfungsikan satu
multimeter sebagai amperemeter dan yang lainnya sebagai ohmmeter.
b.
Mengukur hambatan
amperemeter dengan ohmmeter untuk berbagai batas ukur.
c.
Batas ukur amperemeter
merupakan galvanometer, mencatat
hambatannya sebagai Rg.
d.
Menghitung hambatan
dalam Rm
untuk masing-masing batas pengukuran, dengan
terlebih dahulu menghitung Rsh.
e.
Membandingkan hasil
poin 4 dengan poin 2.
f.
Mengon-kan power suplly, memfungsikan multimeter
sebagai voltmeter.
g.
Mengukur beda potensial
power suplly.
h.
Membuat
rangkaian seperti gambar dibawah ini. Dengan resistor R berorde sama dengan
hamabatan dalam amperemeter.
i.
Mengukur
besar arus, dan menghitung arus semestinya bila Amperemeter tidak dipasang.
j.
Menghitung
presentase kesalahan pengukuran berdasarkan hasil pengukuran.
F.
DATA PENGAMATAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang
dilakukan pada percobaan ini diperoleh data sebagai
berikut:
a. Kegiatan
I Hambatan dalam amperemeter
Tabel 2.2 Hasil
pengamatan besarnya hambatan RG
No.
|
Batas
Ukur (A)
|
RG
(Ω)
|
1
|
0,0001
|
0,4
|
2
|
0,1
|
3,98
|
3
|
1
|
0,4
|
b. Kegiatan
II Mengukur kuat arus
Tabel
2.3
data
hasil pengamatan mengukur kuat
arus.
Tegangan Power
supply (volt)
|
Tegangan
yang terukur tanpa
beban (volt)
|
3
6
|
3,104
6,95
|
G.
ANALISIS DATA
a. Menghitung
kelipatan batas ukur (n)
1. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 µA
2. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 mA
000
3. Untuk
batas ukur yang digunakan 1A
0000
b. Menghitung
nilai hambatan amperemeter
1. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 µA
Ω
2. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 mA
Ω
3. Untuk
batas ukur yang digunakan 1A
Ω
c. Menghitung
hambatan dalam (Rm)
1. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 µA
2. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 mA
3. Untuk
batas ukur yang digunakan 1A
d. Menghitung
kuat arus listrik
1. Secara
teori :
2. Secara
praktek :
Ø Untuk tegangan sumber 3 Volt
a) Untuk
batas ukur yang digunakan 100 µA
b) Untuk
batas ukur yang digunakan 100 mA
c) Untuk
batas ukur yang digunakan 1A
Ø Untuk tegangan sumber 6 Volt
a) Untuk
batas ukur yang digunakan 100 µA
b) Untuk
batas ukur yang digunakan 100 mA
c) Untuk
batas ukur yang digunakan 1A
e. Menghitung
kesalahan relative
1. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 µA
2. Untuk
batas ukur yang digunakan 100 mA
3. Untuk
batas ukur yang digunakan 1A
H.
PEMBAHASAN
Amperemeter adalah alat yang digunakan
untuk mengukur kuat arus listrik. Amperemeter ini bekerja sesuai dengan gaya
lorentz (gaya magnetis). Arus yang mengalir pada kumparan yang diselimuti medan
magnet akan menimbulkan gaya lorentz yang dapat menggerakkan jarum amperemeter.
Semakin besar arus yang mengalir maka semakin besar pula simpangannya.
Amperemeter ini biasanya berfungsi untuk
mengukur kuat arus listrik yang didesain melalui galvanometer. Amperemeter ini
mempunyai skala penuh atau batas ukur maksimum. Akan tetapi seringkali kuat
arus listrik yang diukur melebihi batas ukur maksimum amperemeter. Agar arus
listrik yang lebih besar ini dapat diukur oleh amperemeter haruslah dipasang
suatu hambatan yang paralel dengan amperemeter sebagai tempat berbagi arus.
Sehingga kelebihan arus akan mengalir ke hambatan yang dinamakan hambatan shunt (Rsh). Besar
hambatan shunt tergantung pada berapa kali kemampuannya akan ditingkatkan. Jika
kita akan mengukur arus yang melewati penghantar dengan menggunakan Amperemeter
maka harus kita pasang seri dengan cara memotong penghantar agar arus mengalir
melewati amperemeter.
Berdasarkan hasil pengamatan bahwa pada
pengukuran hambatan dalam amperemeter dimana semakin besar batas ukur
amperemeter maka hambatan dalamnya akan semakin kecil. Batas ukur amperemeter
dan hambatan dalam yang terukur secara berturut-turut yaitu 100µA, 100 mA dan 1
A. sehingga besarnya hambatan dalam yaitu masing-masing 0,4Ω, 3,98Ω, dan 0,4Ω. sehingga diperoleh
nilai kelipatannya yakni secara berurut yaitu 1 kali, 1.000 kali, dan 10.000
kali. Dapat
dikatakan bahwa semakin besar batas ukur yang digunakan, maka batas ukur yang
diperoleh akan semakin besar pula (berbanding lurus).
Berdasarkan analisis data menunjukan
bahwa pada penentuan nilai pelipatan batas ukur (n), dimana pelipatan batas
ukur ini sebanding dengan batas ukur maksimum yang baru dan berbanding terbalik
dengan batas ukur maksimum yang lama dengan menggunakan batas ukur maksimum yang
lama (IA) sebesar 1 A
dan batas ukur maksimum yang baru (I) dikreasikan sehingga semakin besar batas
ukur maksimum yang baru yang digunakan maka nilai pelipatan batas ukurnya akan
semakin besar pula hingga mencapai pelipatan batas ukur 10.000 kali.
Pada penentuan nilai hambatan shunt
(Rsh) yang nilainya dipengaruhi oleh besar hambatan dalam dan nilai pelipatan
batas ukur, nilai hambatan shunt yang paling besar yaitu pada batas ukur 1 A dengan nilai
pelipatan batas ukur 10.000
kali seharga ∞. Hal ini disebabkan oleh nilai hambatan shunt sebanding dengan
hambatan dalam dan berbanding terbalik dengan nilai pelipatan batas ukur
sehingga semakin besar hambatan dalamnya maka hambatan shuntnya juga akan
semakin besar. Seperti halnya dengan penentuan hambatan dalam (Rm),
dimana hambatan dalam ini dipengaruhi oleh nilai hambatan shunt, pelipatan
batas ukur dan hambatan dalam galvanometer. Nilai hambatan dalam ini sebanding
dengan semua besaran yang mempengaruhinya sehingga pada pengamatan ini nilai
hambatan dalam yang terbesar yaitu pada penggunaan batas ukur 100mA dan hambatan dalam sebesar
3,98 kΩ. Sedangkan nilai hambatan dalam yang
terkecil yaitu pada penggunaan batas ukur 1
A
dan hambatan sebesar 0,4Ω.
Pada penentuan kuat arus secara teori
bahwa kuat arus ini sebanding dengan besar tegangan yang digunakan dan
berbanding terbalik dengan hambatannya sehingga semakin kecil tegangan yang
digunakan dan hambatanya semakin besar
maka kuat arusnya akan semakin kecil. Hal ini terdapat pada penentuan
kuat arus secara praktik nilai-nilainya penggunaan besar tegangan 3V dan
hambatan 3,98 x103 Ω sebesar 0,602 A. sedangkan kuat arus yang paling
besar yaitu pada penggunaan tegangan 6 V dan hambatan 3,98 x103Ω sebesar 1,204 A. Hal ini menunjukan
bahwa penentuan kuat arus secara teori sesuai dengan penentuan kuat arus secara
praktik.
Pada penentuan kesalahan pengukuran
dimana nilainya dipengaruhi oleh besar kuat arus secara teori dan besar kuat
arus secara praktik. Nilai kesalahan pengukuran pada percobaan ini mencapai 28,6%, 79,9% dan 28,6%. Hal ini menunjukan
bahwa tingkat kesalahan pengukuran sangat tinggi hal ini disebabkan oleh
ketidak telitian pada saat melakukan pengukuran.
I.
KESIMPULAN
Berdasarkan
hasil pengamatan dan pembahasan secara keseluruhan dapat ditarik suatu
kesimpulan yaitu:
a)
Nilai hambatan dalam
amperemeter cenderung semakin kecil bila batas ukurnya diperbesar.
b)
Hambatan shunt atau
hambatan muka merupakan hambatan yang disusun paralel dengan amperemeter
sebagai tempat berbagi arus. Dimana hambatan shunt ini dipengaruhi oleh
hambatan dalam galvanometer dan faktor kelipatan dari tiap batas ukur terhadap
batas ukur terkecil.
c)
Kesalahan pengukuran
dengan amperemeter dipengaruhi oleh kuat arus secara praktek dan secara teori.
Dan semakin kecil hasil presentase ketidakpastian relatifnya (KSR) maka semakin
tinggi ketelitian pengukuran.
J.
SARAN
1.
Untuk laboratorium : agar
kedepannya alat-alat yang digunakan pada tiap percobaan dapat diperhatikan
lagi, baik masalah kerusakan maupun ketidaklengkapan dalam tiap percobaan
tersebut dan untuk pengelolaannya agar ketegasan dalam aturan laboratorium
dapat dipertegas, guna melatih kedisiplinan tiap praktikan.
2. Untuk
asisten : agar bimbingan-nya para asisten dapat dipertahankan atau lebih
ditingkatkan lagi, agar dapat
melatih kegigihan serta keterampilan praktikan.
3.
Untuk praktikan dan
teman-teman: agar praktikan dalam praktikum selanjtnya lebih disiplin lagi
dalam melakukan percobaan, terutama dalam
pelaksanaan praktikum agar jangan membuat gaduh dalam ruangan, yang sangat
menganggu praktikan dalam melakukan praktikum, sehingga praktikum kedepannya
dapat berjalan dengan baik dan lancer.
DAFTAR PUSTAKA
Bishop.2002. Teknik Pengukuran Elektronika. Galia :
Bandung
Nerdi.W, 2009. Pengukuran Dasar Elektronika. Baumi Karsa:
Jakarta
Teguh, 2001. Cara Penggunaan Alat-alat Ukur listrik Digital, UI. Jakarta
gambarnya gk ada -_-
BalasHapusgambar apax?
Hapus