BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fisika inti merupakan ilmu yang mempelajari
struktur inti dan bagaimana struktur inti mempengaruhi kestabilan inti serta
peristiwa inti. Sifat utama (kecuali massa)
dari atom,
molekul dan
zat
padat semuanya dapat
dirunut dari
kelakuan elektron
atom,bukan pada
kelakuan intinya. Akan tetapi
inti
sendiri
tidak
bisa dipandang kurang
penting dalam skema besar dari benda.Misalnya
keberadaan
berbagai unsur
timbul karena
kemampuan
inti untuk memiliki
muatan
listrik multi
rangkap,
dan informasi
tentang kemampuan ini
merupakan persoalan
sentral
dalam fisika.
Lebih
lanjut lagi, energi yang
memberi
kekuatan untuk berlangsungnya
evolusi
semesta
yang berkesinambungan
semuanya
dapat dirunut pada reaksi nuklir dan transformasi
nuklir
dan juga, energi
nuklir
mempunyai
penerapan penting
pada pemakaian
di bumi.
B. Rumusan Masalah
Rumusan
masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana
pengaruh mekanika kuantum terhadap struktur inti?
2. Bagaiman
proses energi ikat inti?
C. Tujuan
Dengan adanya penulisan makalah
ini, diharapkan kita sebagai mahasiswa dapat memahami dan mengerti berbagai hal
tentang struktur inti dan energi ikat inti.
BAB II
PEMBAHASAN
Sebelum kita membahas tentang struktur inti, kita perlu mengetahui
beberapa persamaan dan perbedaan dengan struktur elektron dari atom. Atom
elektron tersusun dalam lintasan, lebih tepatnya tingkatan energi, yang
merupakan pokok persoalan pada mekanika kuantum. Sehingga, terlebih dahulu kita
harus mengetahui dasar-dasar dari mekanika kuantum itu sendiri.
A. Dasar Mekanika Kuantum
1. Gelombang de Broglie
Pada tahun 1900 sampai 1930 beberapa eksperimen
yang dilakukan menunjukan bahwa mekanika klasik, berdasarkan hukum Newton
tentang gerak, dan elektromagnet klasik, berdasarkan pada persamaan Maxwell,
gagal untuk menjelaskan kelakuan dari atom dan partikel subatom. Sebagai
contoh, percobaan pada pemancaran dan penyerapan dari radiasi elektromagnetik
menunjukan bahwa energi Er dari
radiasi dapat di pancarkan (Planck, 1901) dan diserap (Einstein, 1905) hanya
dalam berkas-berkas energi, yang disebut quanta, dari pada dalam sebuah cara
yang berkepanjangan seperti yang tersirat oleh persamaan Maxwell untuk medan
elektromagnetik. Setiap quantum memiliki nilai:
Er = hv ...(1.1)
dimana h = konstanta plank ( h = 6,63 x 10-34
J.s)
v = frekuensi dari radiasi
elektromagnetik
Energi
quantum terhubung dengan tepat ke panjang gelombang
dari radiasi
elektromagnetik dengan hubungan
Er (in
Mev) =
...(1.2)
Penyebaran dari
sinar x oleh elektron atom (Compton, 1923) memberikan bukti bahwa momentum
linear pr dari setiap
quantum dari radiasi elektromagnetik adalah
pr
...(1.3)
Oleh karena itu hal
yang tepat untuk memikirkan radiasi elektromagnetik adalah terdiri atas foton
dengan partikel seperti sifat-sifat mekanik.
De Broglie (1924) mengusulkan bahwa, sebaliknya, partikel seharusnya
memiliki sifat seperti gelombang. Mengumpamakan bahwa gelombang de Broglie ini
adalah sinusoidal, frekuensi dan panjang gelombang akan diberikan oleh
kebalikan hubungan pada persamaan (1.1) dan (1.3)
vd
...(1.4)
𝝀d
...(1.5)
Dimana W adalah
energi total relativistik dari partikel
W = mc2 ...(1.6)
m =
...(1.7)
dan p adalah momentum linear
p = mv
...(1.8)
Keterangan:
m = massa total dari partikel
v = kecepatan partikel
c = kecepatan cahaya
untuk langkah
selanjutnya kita dapat menuliskan bahwa
W =
T ...(1.9)
Dimana T adalah
energi kinetik dari partikel. Untuk v
c, T
. Juga, kita dapat melihat dari persamaan (1.6) dan
(1.8) bahwa
Yang mana. Untuk
= 0,
memasukan hubungan antara Er dan pr diperoleh dari persamaan (1.1) dan (1.3). Untuk
sebuah proton atau neutron, kita temukan dari persamaan (1.5) untuk v
c bahwa
panjang gelombang de Broglie dihubungkan dengan energi kinetik T oleh
Percobaan penyebaran elektron pada kristal nikel (Davisson
dan Germer, 1927) memberikan bukti keyakinan bahwa hipotesis de Broglie (1.5)
sungguh-sungguh mempunyai sebuah dasar kebenaran; tapi setelah tahun 1926 Schrodinger
mengusulkan sebuah persamaan diferensial untuk gelombang de Broglie secara umum
dari pada sinusoidal saja.
Dengan hipotesis Planck (1.1) dan sebuah khusus untuk asumsi bahwa
orbital momentum angular L dari elektron atom
adalah kuantisasi
L = bilangan bulat x h
...(1.12)
2. Persamaan Schrodinger
Persamaan
Schrodinger adalah
Dimana, dalam
koordinat kartesian,
𝜳
fungsi gelombang dari partikel
dan
=
jika V bebas
terhadap waktu, kita dapat memisahkan variabel ruang dan waktu oleh yaitu
𝜳
)
...(2.3)
Masukan ke dalam persamaan 2.1 dan dibagi dengan
kita dapatkan
Karena bagian kiri
dari persamaan diatas bergantung hanya pada variabel ruang dan bagian kanan
hanya bergantung pada waktu, persamaan tidak dapat memenuhi untuk semua titik
dalam ruang pada semua waktu kecuali kalau setiap bagian memiliki nilai
konstanta yang sama. Konstanta ini disebut E. Dari sisi bagian kanan dari
persamaan 2.4 kita kemudian memperoleh
Sisi bagian kiri dari persamaan 2.4 dapat ditulis
Persamaan ini disebut persamaan Schrodinger bebas waktu. Untuk
menterjemahkan persamaan ini, anggaplah bahwa fungsi gelombang
bergantung hanya pada satu koordinat, misalnya
x
Ini dapat terjadi hanya jika V adalah fungsi dari x
sendiri, kemudian
Dan persamaan 2.6 dapat di tulis dalam bentuk
Dimana k (bilangan gelombang)
didefenisikan dari
Jika V tidak bergantung pada x, k juga tidak
bergantung pada x, persamaan 2.22
secara matematika sama dengan persamaan osilator harmonik sederhana dengan
solusi
Bilangan gelombang k berhubungan dengan panjang
gelombang de Brglie oleh persamaan
k
...(2.12)
Karena itu momentum p dari partikel adalah
k
...(2.13)
3. Persamaan Schrodinger pada
koordinat bola
Pada
koordinat bola,
diberikan
...(3.1)
Maka persamaan Schrödinger
bergantung waktu dalam koordinat bola adalah
(3.2)
|
Pada umumnya, potensial V hanya
merupakan fungsi dari jarak terhadap titik asal, V(r)
sehingga kita dapat menggunakan metode separasi variabel untuk memecahkan
persamaan 3.2. Persamaan Schrödinger tak bergantung waktunya
(3.3)
|
Persamaan 3.3 kembali dipecahkan dengan menggunakan separasi variabel.
Pertama, kita pisahkan fungsi gelombang
(r,
,)
menjadi fungsi yang bergantung jarak, R(r) dan
fungsi yang bergantung sudut, Y(
,𝜙).
Persamaan (3.3) menjadi
(3.7)
|
(3.5)
|
(3.6)
|
Persamaan (3.7) dikalikan dengan
, menghasilkan
(3.8)
|
(3.9)
|
(3.10)
|
Persamaan (3.9) disebut dengan
persamaan radial sedangkan persamaan (3.10) disebut dengan persamaan angular.
4. Persamaan Gelombang Untuk Dua Partikel
Dibawah Pengaruh Gaya
Jika
dua partikel dengan massa m1 dan m2 bergerak di bawah
pengaruh gaya F1 dan F2, persamaan klasik dari gerak
partikel harus patuh pada:
Dimana
(4.3)
Penentuan
koordinat pusat massa yaitu:
gerakan
setiap partikel dapat dinyatakan dengan pusat massa dari sistem. Berdasarkan
persamaan (4.3) total gaya
+
pada sistem
sama dengan nol sehingga pusat massa bergerak
dengan kecepatan konstan. Dengan patuh pada pusat massa, partikel 1 memiliki
vektor radius
Dan vektor radius
partikel 2 yaitu
. Disini
Mengarah pada pemisahan relatif dari partikel. Persamaan
gerak r dapat diperoleh dengan menggantikan dalam
persamaan (4.1) untuk r1 yang di ekspresikan
Karena
adalah
konstan, kita peroleh
Dimana
(4.7) adalah pengurangan massa dari
sistem.
Pemisahan dari
sebuah gerak dapat dibuat dalam persamaan schrodinger. Untuk tujuan ini, kita
dapat menuliskan bahwa untuk dua partikel persamaan 2.6 menjadi
Fungsi gelombang
bergantung
pada r1 dan r2 tapi untuk V hanya bergantung
pada r1 – r2 = r. Menggunakan koordinat kartesian,
di gambarkan
Dan sama untuk
. Karena x1
dan x1 adalah fungsi dari xc dan x seperti yang
diberikan pada hubungan 4.4 dan 4.6
Dan
Dengan cara yang
sama
Persamaan 4.8 sekarang dapat kita tulis
Dimana M0 adalah pengurangan massa ditentukan oleh persamaan
4.7. Karena V bergantung pada x,y,z, kita dapat
memisahkan variabel dalam persamaan ini dengan persamaan
Hal ini, setelah
dibagi dengan
,
Membagi energi
total E terhadap energi Ec dari gerakan pusat massa dan energi E0
yang relatif terhadap pusat massa, pemisahan koordinat bergantung pada dua
besaran yang diperlukan
dan
5. Partikel dalam
Kotak
Untuk meninjau sebuah partikel yang bergerak bebas
dalam sebuah kotak dalam dimensi yang panjangnya L, dimana partikelnya benar-benar
terperangkap dalam kotak. Misalnya, sebuah manik-manik yang meluncur tanpa
gesekan sepanjang kawat yang ditegangkan antara dua dinding tegar dan
bertumbukan secara eksak dengan kedua dinding. Potensial ini dapat dinyatakan
Gambar.5.1.Sumur
Potensial yang bersesuaian dengan sebuak kotak yang
dindingnya keras tak berhingga.
Kita dapat memberi spesifikasi
pada gerak partikel dengan mengatakan bahwa gerak itu terbatas pada gerak
sepanjang sumbu-x antara x = 0 dan x = L
disebabkan oleh dinding keras tak berhingga. Sebuah partikel tidak akan
kehilangan Energinya jika bertumbukan dengan dinding, energi totalnya tetap
konstan.
Dari perbandingan Mekanika Kuantum, energi
potensial V dari partikel itu menjadi tak hingga di kedua sisi kotak, sedangkan
V konstan di dalam kotak, dapat dikatakan V = 0 seperti yang terlihat pada
gambar (2.1) di atas. Karena partikel tidak bisa memiliki Energi tak hingga,
maka partikel tidak mungkin ditemukan di luar kotak, sehingga fungsi gelombang
ψ = 0 untuk 0 ≤ x ≤ L. Maka yang perlu dicari adalah nilai ψ di dalam
kotak, yaitu antara x = 0 dan x = L .
Persamaan Schrodinger menjadi:
(5.1)
|
(5.2)
|
ψ(x)=Asinkx+B coskx
ψ =0 dan x = 0
(5.3)
|
ψ(x) =Asinkx= 0
Pemecahan ini belum lengkap,
karena belum ditentukan nilai A dan B, juga belum menghitung nilai energi E
yang diperkenankan. Untuk menghitungnya, akan diterapkan persyaratan bahwa ψ(x)
harus kontinu pada setiap batas dua bagian ruang. Dalam hal ini, akan dibuat
syarat bahwa pemecahan untuk x < 0 dan x > 0 bernilai sama di x = 0. Begitu pula pemecahan
untuk x > L dan x < L haruslah bernilai sama di x = L. Jika x = 0, Untuk x < 0 Jadi harus mengambil
ψ(x) = 0 pada x = 0.
ψ(0) =Asin 0 + B sin 0
ψ(0) = 0 + B.1 = 0 (5.4)
Jadi,didapat
B = 0. Karena ψ =0 untuk x > L, maka haruslah berlaku ψ(L) = 0,
Ψ(L)
= A sin kL + B cos kL = 0 (5.5)
Karena telah didapatkan bahwa B =
0,maka haruslah berlaku:
AsinkL = 0
(5.6)
Disini ada dua
pemecahan yaitu A = 0, yang memberikan ψ(x) = 0 dan ψ2(x) = 0, yang berarti bahwa dalam
kotak tidak terdapat partikel (Pemecahan tidak masuk akal) atau sinkL = 0, maka
yang benar jika:
kL = π,2π,3π,… (5.7)
Dengan:
Dari
persamaan (5.7) dan
persamaaan (5.8)
diperoleh bahwa energi partikel
mempunyai harga tertentu yaitu harga eigen. Harga eigen ini membentuk tingkat
energisitas yaitu:
Fungsi gelombang sebuah partikel
didalam kotak yang berenergi En ialah:
Untuk memudahkan E0 = ħ2π2/2mL2,
yang mana tampak bahwa unit energi ini ditentukan oleh massa partikel dan
panjang kotak. Maka E = n2E0 dan demikian partikelnya
hanya dapat ditemukan dengan energi E0,
4 E0, 9 E0, 16 E0 dan seterusnya. Karena dalam
kasus ini energi yang diperoleh hanya pada laju tertentu yang diperkenankan
dimiliki partikel. Ini sangat berbeda dengan
kasus klasik, misalnya manik-manik (yang meluncur tanpa gesekan
sepanjang kawat dan menumbuk kedua dinding secara secara elastik) dapat diberi
sembarang kecepatan awal dan akan bergerak selamanya, bolak-balik, dengan laju
tersebut.
Dalam kasus kuantum, hal ini
tidaklah mungkin, karena hanya laju awal tertentu yang dapat memberikan keadaan
gerak tetap, keadaan gerak khusus ini disebut keadaan stasioner (Disebut
keadaan”stasioner”karena ketergantungan pada waktu yang dilibatkan untuk
membuat ѱ(x,t),|ѱ(x,t)|2 tidak bergantung
waktu). Hasil pengukuran energi sebuah partikel dalam sebuah sumur potensial
harus berada pada salah satu keadaan stasioner, hasil yang lain tidaklah
mungkin. Pemecahan bagi ѱ(x) belum lengkap, karena belum ditentukan tetapan A.
Untuk menentukannya ditinjau persyaratan normalisasi yaitu
1. Karena
= 0, kecuali untuk 0
L sehingga berlaku:
Karena pada persamaan (5.9):
Maka diperoleh A =
. Dengan demikian, pemecahan
lengkap bagi fungsi gelombang 0
L adalah:
6. Potensial Halang
Apa yang akan terjadi apabila sebuah partikel yang sedang bergerak
(satu dimensi) dalam suatu daerah yang berpotensial tetap tiba-tiba bergerak
memasuki suatu daerah. Pemecahan pada persoalan seperti ini dilakukan, dengan
mengambil E sebagai energi total (yang tetap) dari partikel dan V0.
sebagai nilai energi potensial tetapnya.
Pada daerah I dan III, nilai Vn = 0
,dan pada daerah II dengan batas x = 0 hingga x = a memiliki energi potensial Vn = V0
I
|
I
|
I
|
I
|
I
|
I
|
0
|
a
|
|
Gambar 6.1 Potensial halang
Partikel dengan energi E yang lebih kecil daripada V0 datang
dari sebelah kiri. Daerah x < 0 berupa gelombang datang dan pantul berbentuk
sinus, dalam daerah 0 ≤ x ≤ a dan kembali berbentuk sinus pada daerah x > a
yaitu gelombang transmisi.
Pemecahan ini mengilustrasikan perbedaan penting antara mekanika klasik
dan mekanika kuantum. Secara klasik, partikelnya tidak pernah dapat ditemukan
pada daerah x > 0, karena energi totalnya tidak cukup melampaui potensial
tangga. Tetapi, mekanika kuantum memperkenankan fungsi gelombang dan partikel
akan menerobos masuk ke dalam daerah terlarang klasik.
1. Pada daerah 1,
≤x ≤ a
V=0
Bila diambil
Maka persamaan Schrödingerya
menjadi:
2.
Pada daerah II, 0 ≤ x ≤ a, dan E < V0
V = V0
Dimana:
Maka persamaan Schrödingernya
menjadi:
3. Pada daerah III, a ≤ x ≤
Maka
solusi dari persamaan (6.2), (6.5) dan (6.7)
adalah sebagai berikut:
Arti
fisis dari persamaan solusi gelombang di atas adalah pada daerah I merupakan
superposisi dari dua gelombang yang berasal dari gelombang datang dan gelombang
pantul setelah gelombang tersebut bertumbukan dengan penghalang potensial. Pada
daerah II juga terdapat dua superposisi gelombang yang berasal dari gelombang
yang ditransmisikan oleh gelombang datang dan gelombang pantul yang menumbuk
potensial berikutnya. Sedangkan untuk daerah III hanya terdapat 1 fungsi
gelombang yang berarti hanya terdapat gelombang yang ditransmisikan dari
gelombang yang berada dalam potensial penghalang dan tidak terdapat gelombang
yang dipantulkan karena selanjutnya tidak ada penghalang potensial.
Gambar 6.2 Fungsi gelombang untuk E<V0
dengan
k
(6.11)
Menyatakan bilangan gelombang deBroglie yang membuat partikel di luar
perintang, karena:
A
mewakili panjang gelombang sepanjang
sumbu x dengan amplitudo A dan B
mewakili
gelombang yang dipantulkan sepanjang sumbu x negatif dengan amplitudo B. Pada
persamaan (6.9). C
mewakili
penurunan gelombang eksponensial sepanjang sumbu x dalam potensial halang data D
gelombang
pantul dalam potensial halang. Sedangkan pada persamaan (6.10), E
mewakili
gelombang transmisi yang bergerak sepanjang sumbu x dalam daerah III.
B. Energi Ikat Inti
Setiap inti memiliki energi dasar
yang rendah, keadaan dasar, dan energi yang lebih tinggi pada keadaan
pembangkit. Banyak yang dapat kita jelaskan tentang nilai inti dan inti pada
keadaan dasar, apakah inti tersebut dapat berdiri sendiri untuk menjadi stabil
atau mempunyai kemungkinan untuk penurunan radioaktifitas. Hampir semua sistem
bekerja pada massa, radius, muatan, nilai rata-rata dan lainnya. Pada pengujian
terakhir tentunya periodesitasnya juga akan terbukti. Model inti atom yang mana
akan dipertimbangkan untuk dijelaskan dan dapat dibagi ke model semiklasik
(partikel), dimana dapat dimengerti tentang kecenderungan sistematik umum dan
model mekanika kuantum (gelombang) yang memberikan pemahaman tentang
periodesitas.
1.
Definisi Energi Ikat
Suatu
kuantitas yang paling penting menjadi
pertimbangan adalah massa inti. Biasanya diungkapkan dalam satuan massa, yaitu
disingkat dengan u, sehingga didefinisikan bahwa massa satu atom C12
sama dengan 12.00 . . . u.
Perbedaan
antara massa inti sebenarnya dan massa seluruh nukleon itu sendiri disebut
energi ikat total Btot (A,Z). Hal ini menggambarkan diperlukannya
kerja untuk memisahkan inti menjadi inti terpisah atau, sebaliknya, energi akan
terlepas jika nukleon yang telah terpisah dipasangkan menjadi sebuah
nukleus. Untuk memudahkan, massa atom
lebih besar dari massa inti yang digunakan pada semua perhitungan. Tidak ada
kesulitan, kecuali pada energi ikat pada electron atom harus dipertimbangkan
juga. Untuk lebih sederhana, kita biasanya mengabaikannya, dan dapat kita tulis
dengan
Btot
(A,Z)=[ZMH+NM
-M(A,Z)]c2 (1.1)
Rata-rata energi ikat per nukleon
adalah :
Mass excess = M – A (1.3)
Packing Fraction
(1.4)
Keperluan kerja untuk memisahkan
proton, neutron, deuteron atau partikel alfa dari inti disebut dengan separasi
energi S. Sebaliknya, energi ini dilepaskan ketika partikel ditangkap oleh sebuah
nukleus. Untuk neutron
Semua separasi energi dapat
dinyatakan dalam bentuk total energi ikat dari inti yang terlibat dengan
mensubstitusi persamaan untuk massa, diperoleh dari persamaan (1.1), ke dalam
persamaan yang sama dengan (1.5). Sehingga diperoleh
2.
Energi Ikat Rata-Rata per Nukleon.
Berdasarkan
percobaan, Btot dapat
ditentukan dari pengukuran M oleh massa spektrometer atau dari penentuan S
dengan pembelajaran reaksi inti. Yang sebagian besar cenderung pada Bave adalah bagian dari Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Nilai rata-rata energi ikat
per nukleon dengan nomor massa yang untuk terjadi pada inti (dan Be8).
Catat perubahan skala pada absis A = 30
Andaikata energi ikat (pada saat
keadaan kimia) dari setiap nukleon yang sama dengan konstanta C. Pada nukleus
dengan nukleon A akan menjadi
maka didapatkan
persamaan sebagai berikut :
Maka
Nilai konstan yang
mendekati
diindikasikan pada
setiap muatan nukleon tidak sama dengan nukleon lainnya, tetapi lebih besar
dari muatan inti diantara nukleon tetapi tidak diperluas lebih dari sedikit
nukleon. Muatan yang lainnya harus memiliki jarak pendek dari “diameter” pada
satu nukleon atau pada keadaan jenuh, yang terlihat seperti ikatan kimia. pada
titik kejenuhan berarti bahwa pengikatan atau energi ikat diantara satu nukleon
berdasarkan penjangkauan nukleus pada suatu batas yang bernilai nomor pasti
pada tiap nukleon yang sudah terkumpul. Dari Gambar 2.1 diperlihatkan ada empat
nukleon atau lebih dan dalam keadaan jenuh.
Jarak muatan inti bisa
kita simpulkan dari pembelajaran tentang hamburan dari dua nukleon (p,p atau
n,p) dan dari pengikatan energi deuteron. Kita temukan bahwa jarak antar order
adalah 2 F, yang mana dapat kita bandingkan dengan dimeter pada tiap nukleon.
Terdapat muatan yang berperan penting pada
jika tiap nukleon
terikat berdekatan. Tetapi volume dari nukleus tidak dapat berubah agar
sebanding dengan nilai A, jika
. Alasannya disini bahwa nukleon diberikan oleh nukleus untuk
mengatur dirinya sendiri seperti cara yang sama dengan produksi system dari
total energi minimum. Yang menarik dari muatan inti adalah energi potensial
yang terendah dan penjangkauannya jika semua nukleon mendesak masuk ke suatu
wilayah dengan tiap satunya mengandung 2 F. Energi kinetik yang terendah pada tiap perpindahan nukleon
ke volume inti yang kemungkinan lebih besar. Pada energi potensial keluarannya
akan menjadi dominan, nukleus tersebut akan mengalami penurunan pada radius
dengan order 2 F. Nyatanya, beberapa akibat yang lain adalah muatan pendek yang
harus terjadi.
Teori yang terakhir
tentang jejak struktur inti dan titik jenuh untuk dua akibat. Yang pertama,
telah dilakukan percobaan pada hubungan antara order yang bermuatan 1/2F dengan
gaya inti dapat kita katakan bahwa nukleon memiliki sebuah inti. Walaupun itu
akan diberikan
ketergantungan untuk
radius inti, perhitungan konstan
dengan keluaran yang
terlalu kecil. Yang kedua adalah prinsip Pauli, yang mana melarang dua inti
jenis, dua proton, yang memiliki nomor kuantum tetap yang sama.
Singkatnya,
perbandingan energi ikat inti dan volume inti siap melengkapi bagian yang
penting mengenai muatan inti. Sebelum dijelaskan lebih rinci tentang cara
kerjanya, didapat petunjuk tentang sistem fisika yang lain, yang mana nilai
rata-rata energi ikat per partikel adalah konstan. Dinamakan zat padat atau
liquid. Pemanasan atau penguapan Q diperlukan kerja untuk memisahkan m gram
dari zat untuk penyebaran molekul, pada temperature konstan.
Jika
adalah massa dari satu molekul :
Nilai rata-rata energi per
molekul adalah sama dengan :
Berdasarkan
percobaan, didapat bahwa
~ m, dan Q/m disebut sebagai pemanasan oleh penguapan. Untuk
air pada
Dimana
Dengan membandingkan
kita lihat kembali
bahwa atom dan energi inti adalah orde dari ev hingga Mev..
Gambar 2.1 memperlihatkan bagian dari
penyinaran inti, dengan nukleon konstitusi sama dengan nomor integral dengan
partikel alpha yang memiliki partikulasi tinggi energi ikat per nukleon. Dapat
dimengerti pada keadaan dasar dari model mekanika kuantum dengan struktur inti
yang mana ketergantungannya dari gaya inti dan spin intrinsik dari yang
bersifat nukleon. Kita bisa menarik kesimpulan bahwa mengusulkan model partikel
alpha pada inti tersebut, yang mana partikel alpha tersebut bersifat koheren
dan terjadi pengikatan antara nukleon itu sendiri.
Dari
Gambar 2.1. diatas, harus dicatat bahwa
penurunan dari
terhadap nilai yang lebih tinngi dari
A. ini dikarenakan karena pengaruh peningkatan muatan coulomb.
3.
Sistematik Pemisahan Energi
Jenis
yang beraturan pada pemisahan energi Sn adalah jelas terlihat pada
Gambar 3.2. Diberikan Z dan Sn lebih besar dari inti N genap dengan
N ganjil. Dengan cara yang sama diberikan N, Sp
lebih besar dari Z genap dengan Z ganjil. Diakibatkan
karena properti dari nilai inti memproduksi lebih ikatan diantara bagian dengan
nukleon yang sama pada keadaan stabil, yang mana berlawanan langsung dengan
(total) momentum angular. Ini juga diakibatkan oleh stabilitas luar biasa
dengan struktur partikel alpha, yang telah disebutkan diatas. Pada bagian
selanjutnya, fakta yang lebih kompleks akan diberikan, perbedaannya
Disebut juga energi
neutron yang kompleks dan perkiraan jenis 4 ke 2 Mev dengan peningkatan A dengan nilai yang sama dengan penjelasan
proton.
Pasangan inti
rata-rata, lebih stabil dari (rata-rata Z, rata-rata N) menjadi lebih stabil
inti genap-ganjil atau ganjil-genap dan itu akan
menjadi lompatan yang lebih sempit dari inti ganjil-ganjil.
Gambar 3.1. Pemisahan
energi neutron dengan isotop sebagai fungsi dari nomor neutron.(data dari H. T.
Tu, “Grafik perbedaan massa,” Data sheet nuclear, vol. 5, set 3, 1963)
4. Sistematis Abundance pada inti stabil
Inti ditemukan dibumi yang merupakan salah satu dari dua yang merupakan
radioaktif dengan setengah kehidupan kira-kira yang lebih lama dari 109
tahun, ketika mereka memproduksi terakhir pada 5 x 109 tahun yang
lalu, kira-kira dengan teori arus. Gambar 4.1 memperlihatkan N, Z
ditandai untuk mengetahui inti stabil dibagi dengan dan isobar ganjil
rata-rata. Untuk inti penyinaran, garis stabilitas rata-rata berkelombok
mengelilingi N=Z; untuk lebih beratnya, dari penyimpangannya dengan peningkatan
yang penting dari nilai coulomb. Untuk A ganjil, hanya ada satu isobar stabil
(pengecualian A = 113, 123). Untuk rata-rata A, hanya rata-rata keluaran inti
(pengecualian A = 2, 6, 10, 14). Ringkasan peristiwa dari frekuensi diberikan
pada Tabel 4.1
Gambar 4.1. Nomor neutron berlawanan
dengan nomor atom pada keadaan inti stabil. Isobar ganjil telah ditandai pada
sisi kiri dan rata-rata isobar pada sisi kanan. Tanda panah merupakan “nomor
ajaib” nilai dari N dan Z : 20, 28, 50, 82, 126. Dengan isobar A ganjil-ganjil
: 2, 6, 10 dan 14 seperti yang telah terlihat.
Perkiraan
rata-rata inti dilakukan secara terus-menerus. Pada keadaan inti stabil dimana
melalui proses peningkatan energi rata-rata diproduksi dengan peningkatan
abundance, kita bisa menarik kesimpulan bahwa rata-rata inti merupakan jenis
inti yang paling stabil, kita bisa menyamakan abundance dengan stabilitas.
Diputuskan untuk menyepakati Gambar dari sistematik pemisahan energi. Proses
dari formasi dasar mungkin akan menjadi kompleks, tapi dengan satu kemungkinan
formasi proses, letusan super dahysat, energi ikat inti tidak berperan dominan
dalam abundance. Dapat dipercaya sekarang inti yang terbanyak (tetapi tidak
abundant terbanyak) dimana merupakan proses yang benar-benar terjadi.
Table 4.1 Frekuensi dengan peristiwa
inti stabil
N
Z
|
Genap ganjil genap
ganjil
Genap genap ganjil ganjil
|
Banyak inti
|
160 53 49 4
|
Abundance
relative dari isotop dan abundance nyata dari inti juga memiliki sifat yang
menarik. Seperti ilustrasi, Gambar 4.2 memberikan abundance
isotopic relative ( Z = 50). Abundance relative yang terendah dari isotop
adalah dengan N ganjil adalah nilai nyata. Ini akan bersambungan lagi dengan
bagian dari formasi proses inti yang istimewa dengan energi ikat tinggi.
Pembelajaran lebih mendetail tentang abundance diam merupakan akhir yang sama.
Partikulasi
stabilitas tinggi dan abundance tinggi dengan timbal-balik yang berdekatan
dengan inti merupakan rekan dengan inti yang mana N atau Z sama dengan 2, 8,
20, 28, 50, 82, dan 126. Beberapa pengaruh dari nomor khusus bisa diberitahukan
dengan memeriksakan akhir dari Gambar 4.1; fakta-fakta yang
lain untuk membuktikan adanya akan diperlihatkan setelah ini. Nomor khusus
menggambarkan efek pada inti yang biasanya sama dengan penutup dari elektron
kulit atom. Disini ada alasan menarik mengapa nomor tersebut tidak pernah
setuju dengan periode, dari periode tabel 2, 8, 18, 32.
Sebelum berdiskusi dengan model inti shell, model tetes zat cair akan bisa
dilihat kembali karena itu sangat mudah untuk mengerti dan menjelaskan sejauh
mana data tersebut desebutkan.
Gambar 4.2. Abundance relative
dari tin isotop sebagai fungsi dari nomor neutron. Sebuah isotop dengan N3, 71,
73 adalah stabil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar